MAKALAH ANATOMI
FISIOLOGI MANUSIA
Sistem
Reproduksi
Disusun Oleh:
Kelas Pagi A - Kelompok V
1. Duryatun Sofha (1343050067)
2. Nurul Qomariah (1343050073)
3. Sabrina Aulia (1343050083)
4. Agustiani Masliyana (1543057049)
5. Akhmad Andy Sandra (1543057052)
6. Fazriannur (1543057065)
7. Widya S. Saman (1643050008)
8. Tiara Dita (1643050013)
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem reproduksi atau genetalia baik pria ataupun wanita terdiri dari 2
bagian, yaitu genetalia interna dan genetalia eksterna. Reproduksi atau perkembangbiakan
merupakan bagian dari ilmu faal (fisiologi). Reproduksi secara fisiologis tidak
vital bagi kehidupan individual dan meskipun siklus reproduksi suatu manusia
berhenti, manusia tersebut masih dapat bertahan hidup, sebagai contoh manusia
yang dilakukan vasektomi pada organ reproduksinya (testes atau ovarium) atau
mencapai menopause dan andropouse tidak akan mati.
Sistem reproduksi adalah sistem
yang berfungsi untuk berkembang biak. Pada umumnya reproduksi baru dapat
berlangsung setelah manusia tersebut mencapai masa pubertas atau dewasa
kelamin, dan hal ini diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon yang
dihasilkan dalam tubuh manusia. Reproduksi juga merupakan bagian dari proses
tubuh yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan suatu generasi. Untuk
kehidupan makhluk hidup reproduksi tidak bersifat vital artinya tanpa adanya
proses reproduksi makhluk hidup tidak mati. Akan tetapi bila makhluk tidup
tidak dapat bereproduksi maka kelangsungan generasi makhluk hidup tersebut
terancam dan punah, karena tidak dapat dihasilkan keturunan (anak) yang
merupakan sarana untuk melanjutkan generasi.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah anatomi fisiologi
sistem reproduksi wanita?
2.
Bagaimanakah anatomi fisiologi
sistem reproduksi pria?
C. Tujuan Penulisan
1.
Menjelaskan anatomi fisiologi
sistem reproduksi wanita.
2.
Menjelaskan anatomi fisiologi
sistem reproduksi pria.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Reproduksi Wanita
Terdiri alat / organ eksternal
dan internal, sebagian besar terletak dalam rongga panggul. Eksternal (sampai
vagina): fungsi kopulasi. Internal: fungsi ovulasi, fertilisasi ovum,
transportasi blastocyst, implantasi, pertumbuhan fetus, kelahiran.
Fungsi sistem reproduksi
wanita dikendalikan / dipengaruhi oleh hormon-hormon gondaotropin / steroid
dari poros hormonal thalamus – hipothalamus – hipofisis–adrenal–ovarium. Selain
itu terdapat organ/sistem ekstragonad/ ekstragenital yang juga dipengaruhi oleh
siklus reproduksi: payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan sebagainya.
1.
Genitalia
Eksterna
Pudenda atau organ reproduksi eksterna
yang sering disebut vulva, tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari
mons pubis, labia mayor, labia minor, klitoris, hymen, vestibulum, orificium, urethrae
externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.
a.
Mons Pubis / Mons Veneris
Mons pubis atau mons veneris merupakan jaringan lemak
subkutan berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat di
atas simfisis pubis. Mons pubis banyak mengandung kelenjar sebasea (minyak) dan
ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, yaitu
sekitar satu sampai dua tahun sebelum awitan haid. Rata-rata menarche (awitan
haid) terjadi pada usia 13 tahun. Mons berperan dalam sensualitas dan
melindungi simfisis pubis selama koitus (hubungan seksual). Semakin
bertambahnya usia, jumlah jaringan lemak di tubuh wanita berkurang dan rambut
pubis menipis.
b.
Labia Mayor
Labia mayor adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak
dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang dari mons
pubis ke arah bawah mengelilingi labia minor, berakhir di perineum pada garis
tengah. Labia mayor memiliki panjang 7-8 cm, lebar 2-3 cm, dan tebal 1-1,5 cm
dan agak meruncing pada ujung bawah. Labia mayor melindungi labia minor,
meatus urinarius, dan introitus vagina (lubang vagina). Pada wanita yang belum
pernah melahirkan pervagina, kedua labia mayor terletak berdekatan di garis
tengah menutupi struktur-struktur di bawahnya. Setelah melahirkan anak dan
mengalami cedera pada vagina atau perineum, labia sedikit terpisah bahkan
introitus vagina terbuka. Penurunan produksi hormone menyebabkan atrofi labia
mayor.
Pada permukaan arah lateral kulit labia yang tebal, biasanya memiliki
pigmen lebih gelap daripada jaringan sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar
(sama dengan rambut di mons pubis) dan semakin menipis kea rah luar perineum.
Permukaan medial (arah dalam) labia mayor licin, tebal, dan tidak ditumbuhi
rambut. Bagian ini mengandung suplai kelenjar sebasea dan banyak kelenjar
keringat serta banyak mengandung pembuluh darah. Labia mayor sensitive terhadap
nyeri, sentuhan, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf
yang menyebar luas, yang berfungsi sebagai rangsangan seksual.
c.
Labia Minor
Labia minor terletak di antara dua labia mayor dan
merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut, yang
memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dab menyatu dengan fourchette.
Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen,
permukaan medial labia minor sama dengan mukosa vagina merah muda dan basah.
Pembuluh darah yang banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan
memungkinkan labia minor membengkak, bila ada stimulus emosional dan stimulus
fisik. Kelenjar di labia minor juga melumasi vulva. Suplai saraf yang banyak
membuat labia minor menjadi sensitif. Ruangan antara kedua labia minor disebut
vestibulum.
d.
Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil, terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva,
dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Homolog
embriologik dengan penis pada pria. Terdapat juga reseptor androgen pada
clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif terhadap
suhu, sentuhan, dan sensasi tekanan. Kelenjar sebasea
klitoris mensekresi smegma, suatu substansi lemak seperti keju yang memiliki
aroma khas dan berfungsi sebagai feromon (senyawa organic yang memfasilitasi
komunikasi olfaktorius) dan anggota lain pada spesies yang sama untuk
membangkitkan respon tertentu).
e.
Vestibulum
Daerah dengan batas atas
clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora. Berasal dari sinus
urogenital. Vestibulum terdiri dari dua muara uretra, kelenjar
parauretra (vetibulum minus atau Skene), vagina, dan kelenjar paravagina
(vestibulum mayus, vulvovagina, atau Bartholin). Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium
urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri
dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa
navicularis.
f.
Introitus / Orificium Vagina
Terletak di bagian bawah
vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis bermukosa yaitu selaput
dara / hymen, utuh tanpa robekan. Hymen normal terdapat lubang kecil untuk
aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis,
septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan
bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk
fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut parous.
Corrunculae myrtiformis adalah
sisa-sisa selaput dara yang robek yang tampak pada wanita pernah melahirkan/
para. Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen imperforata)
menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di
rongga genitalia interna.
g.
Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan
tipis, terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayor dan minor di garis
tengah bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis
terletak di antara fourchette dan hymen.
h.
Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva
dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma pelvis (m.levator ani,
m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus profunda,
m.constrictor urethra). Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara
anus dan vagina. Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong
(episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.
2.
Genitalia Interna
a.
Uterus (Rahim)
Uterus merupakan organ brdinding tebal,
muscular, pipih, cekung yang mirip buah pir terbalik yang terletak antara
kandung kemih dan rectum pada pelvis wanita. Pada wanita yang belum melahirkan,
berat uterus matang sekitar 30-40 gr sedangkan pada wanita yang pernah
melahirkan, berat uterusnya adalah 75-100 gr. Uterus normal memiliki bentuk simetris,
nyeri bila ditekan, licin, dan teraba padat. Derajat kepadatan tergantung dari
beberapa faktor, diantaranya
uterus lebih banyak mengandung rongga selama fase sekresi siklus menstruasi,
lebih lunak selama masa hamil, dan lebih padat setelah menopause.
Selama kehamilan berfungsi
sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada saat persalinan
dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi
konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks
uteri.
Berdasarkan
fungsi dan anatomisnya, uterus dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
Ø Fundus, Merupakan tonjolan bulat di bagian atas yang terletak di atas insersi tuba
fallopii.
Ø Korpus, Merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri.
Ø Istmus, Merupakan bagian konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks yang
dikenal sebagai segmen uterus bawah pada masa hamil.
Fungsi
utama uterus:
Ø Setiap bulan berfungsi dalam pengeluaran darah haid dengan adanya perubahan
dan pelepasan dari endometrium
Ø Tempat janin tumbuh dan berkembang
Ø Tempat melekatnya plasenta
Ø Pada kehamilan, persalinan dan nifas mengadakan kontraksi untuk lancarnya
persalinan dan kembalinya uterus pada saat involusi.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan, yaitu endometrium, miometrium,
dan sebagian lapisan luar peritoneum parietalis. Endometrium
yang banyak mengandung pembuluh darah adalah suatu lapisan membrane mukosa yang
terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan permukaan padat, lapisan tengah
jaringan ikat yang berongga, dan lapisan dalam padat yang menghubungkan
endometrium dengan miometrium. Selama menstruasi dan sesudah melahirkan,
lapisan permukaan yang padat dan lapisan tengah yang berongga tanggal. Segera
setelah aliran menstruasi berkahir, tebal endometrium 0,5 mm. Mendekati akhir
siklus endometrium, sesaat sebelum menstruasi mulai lagi, tebal endometrium
menjadi 5 mm.
Miometrium yang tebal tersusun atas lapisan-lapisan serabut otot polos yang
membentang ke tiga arah (longitudinal, transversa, dan oblik). Miometrium
paling tebal di fundus, semakin menipis ke arah istmus, dan paling tipis di
serviks. Serabut longitudinal membentuk lapisan luar miometrium
yang paling banyak ditemukan di fundus, sehingga lapisan ini cocok untuk
mendorong bayi pada persalinan. Pada lapisan miometrium tengah yang tebal,
terjadi kontraksi yang memicu kerja hemostatis. Sedangkan pada lapisan dalam,
kerja sfingter untuk mencegah regurgitasi darah menstruasi dari tuba fallopii
selama menstruasi. Kerja sfingter di sekitar ostium serviks interna membantu
mepertahankan isi uterus selama hamil. Cedera pada sfingter ini dapat
memperlemah ostium interna dan menyebabkan ostium interna serviks inkompeten.
1)
Serviks Uteri (Mulut Rahim)
Bagian terbawah uterus,
terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus dinding dalam vagina) dan
pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan
ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina
yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum
(luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium
uteri internum (dalam, arah cavum).
Sebelum melahirkan
(nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah
pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang.
Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar
mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein
kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan
mukosa dan viskositas lendir serviks dipengaruhi siklus haid.
2)
Corpus Uteri (Batang/Badan Rahim)
Terdiri dari: paling luar
lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum latum uteri di
intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis
(dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta
dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh
sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium.
Posisi corpus intraabdomen
mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica
urinaria. Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi
selama pertumbuhan dan perkembangan wanita.
3)
Ligamenta Penyangga Uterus
Ligamentum latum uteri,
ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum
sacrouterina propium, ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina,
ligamentum rectouterina.
a)
Ligamentum Latum
Terletak di kanan kiri uterus
meluas sampai dinding rongga panggul dan dasar panggul, seolah-olah menggantung
pada tuba. Ruangan antar kedua lembar dari lipatan ini terisi oleh jaringan
yang longgar disebut parametrium dimana berjalan arteria, vena uterina pembuluh
limpa dan ureter.
b)
Ligamentum Rotundum
(Ligamentum Teres Uteri)
Terdapat pada bagian atas
lateral dari uterus, kaudal dari insersi tuba, kedua ligamen ini melelui
kanalis inguinalis kebagian kranial labium mayus. Terdiri dari jaringan otot
polos dan jaringan ikat ligamen. Ligamen ini menahan uterus dalam antefleksi.
Pada saat hamil mengalami hypertrophi dan dapat diraba dengan pemeriksaan luar.
c)
Ligamentum Infundibulo
Pelvikum ( Ligamen suspensorium)
Ada 2 buah kiri kanan dari
infundibulum dan ovarium, ligamen ini menggantungkan uterus pada dinding
panggul. Antara sudut tuba dan ovarium terdapat ligamentum ovarii propium.
d)
Ligamentum Kardinale ( lateral
pelvic ligament/Mackenrodt’s ligament)
Terdapat di kiri kanan dari
serviks setinggi ostium internum ke dinding panggul. Ligamen ini membantu
mempertahankan uterus tetap pada posisi tengah (menghalangi pergerakan ke kanan
ke kiri) dan mencegah prolap.
e)
Ligamentum Sakro Uterinum
Terdapat di kiri kanan dari
serviks sebelah belakang ke sakrum mengelilingi rektum.
f)
Ligamentum Vesiko Uterinum
Dari uterus ke kandung kencing
4)
Vaskularisasi Uterus
Terutama dari arteri uterina
cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri ovarica cabang aorta
abdominalis.
a)
Arteri uterine
Berasal dari arteria
hypogastrica yang melalui ligamentum latum menuju ke sisi uterus kira-kira
setinggi OUI dan memberi darah pada uterus dan bagian atas vagina dan
mengadakan anastomose dengan arteria ovarica.
b)
Arteri ovarica
Berasal dari aorta masuk ke
ligamen latum melalui ligamen infundibulo pelvicum dan memberi darah pada
ovarium, tuba dan fundus uteri. Darah dari uterus dialirkan melalui vena
uterina dan vena ovarica yang sejalan dengan arterinya hanya vena ovarica kiri
tidak masuk langsung ke dalam vena cava inferior, tetapi melalui vena renalis
sinistra.
b.
Salping / Tuba Falopi
Sepasang tuba
fallopii melekat pada fundus uterus. tuba ini memanjang ke arah lateral,
mencapai ujung bebas ligament lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap
ovarium. Tuba memiliki panjang sekitar 10 cm dengan diameter
0,6 cm. Setiap tuba mempunyai lapisan peritoneum bagian luar, lapisan otot
tipis di bagian tengah, dan lapisan mukosa di bagian dalam. Lapisan mukosa terdiri
dari sel-sel kolumnar, beberapa
diantaranya bersilia dan beberapa yang lain mengeluarkan secret. Lapisan mukosa
paling tipis saat menstruasi. Setiap tuba dan lapisan mukosanya menyatu dengan
mukosa uterus dan vagina.
Dinding tuba terdiri tiga lapisan: serosa, muskular (longitudinal dan
sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia. Terdiri dari pars
interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum dengan
fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-beda
pada setiap bagiannya.
1)
Pars Isthmica
(proksimal/isthmus)
Merupakan bagian dengan lumen
tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendali transfer gamet.
2)
Pars ampularis (medial/ampula)
Tempat yang sering terjadi
fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada hamil ektopik
(patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini.
3)
Pars infundibulum (distal)
Dilengkapi dengan fimbriae
serta ostium tubae abdominale pada ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium.
Fimbriae berfungsi “menangkap” ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan
ovarium, dan membawanya ke dalam tuba.
4)
Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba
(seperti halnya mesenterium pada usus).
c.
Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval,
terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium,
sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks
dan medula. Dua ligament mengikat ovarium pada tempatnya, yaitu bagian
mesovarium ligament lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding
pelvis lateral setinggi Krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum ovarii
proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. pada palpasi overium dapat
digerakkan.
Ovarium berfungsi dalam
pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal
primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran
ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna
folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars
infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae “menangkap”
ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi.
Ovarium memiliki asal yang sama (homolog)
dengan testis pria. Ukuran dan bentuk setiap ovarium menyerupai sebuah almon
berukuran besar. Saat ovulasi, ukuran ovarium dapat menjadi dua kali lipat
untuk sementara. Ovarium yang berbentuk oval ini memiliki konsistensi yang
padat dan sedikit kenyal. Sebelum menarche, permukaan ovarium licin. Setelah
maturitas seksual, luka parut akibat ovulasi dan rupture folikel yang berulang
membuat permukaan nodular menjadi kasar.
Fungsi ovarium adalah:
1.
Mengeluarkan hormon estrogen
dan progesteron
2.
Mengeluarkan telur setiap
bulan
Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum
infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang
aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis.
d.
Vagina
Adalah liang atau saluran yang
menghubungkan vulva dan rahim, terletak diantara kandung kencing dan rectum. Rongga
muskulo membranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di bagian
kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar
cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran: fornix anterior, fornix posterior,
dan fornix lateral kanan dan kiri. Bagian atas vagina terbentuk dari duktus
Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu
fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri. Titik
Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior
dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal.
Dinding depan vagina
panjangnya 7-9 cm dan dinding belakang 9-11 cm. Vagina memiliki dinding ventral
dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah
mengikuti siklus haid. Dinding vagina berlipat-lipat yang berjalan sirkuler dan
disebut rugae, sedangkan ditengahnya ada bagian yang lebih keras disebut
kolumna rugarum. Dinding vagina terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan mukosa
yang merupakan kulit, lapisan otot dan lapisan jaringan ikat. Berbatasan dengan
serviks membentuk ruangan lengkung, antara lain forniks lateral kanan kiri, forniks
anterior dan posterior. Saat wanita berdiri, vagina condong ke arah belakang
dan ke atas. Vagina merupakan suatu tuba berdinding tipis yang
dapat melipat dan mampu meregang secara luas.
Cairan vagina berasal dari traktus genitalia atas
dan bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan
glikogen memeprtahankan keasaman. Apabila pH naik > 5, insiden infeksi
vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina mempertahnakan
kebersihan relative vagina. Oleh karena itu, penyemporotan cairan ke vagina
dalam lingkaran normal tidak diperlukan dan tidak dianjurkan.
Bagian dari serviks yang
menonjol ke dalam vagina disebut portio. Suplai darah vagina diperoleh dari
arteria uterina, arteria vesikalis inferior, arteria hemoroidalis mediana san
arteria pudendus interna. Fungsi penting vagina yaitu:
-
Saluran keluar untuk
mengalirkan darah haid dan sekret lain dari rahim
-
Alat untuk bersenggama
-
Jalan lahir pada waktu
bersalin
B. Sistem Reproduksi Pria
Sistem reproduksi pria
meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon pada pria. Organ
reproduksi pria terdiri atas organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luar.
1.
Organ
Reproduksi Dalam
Organ reproduksi dalam pria terdiri dari:
a.
Testis
Testis (gonad jantan)
berbentuk oval dan terletak didalam kantung pelir (skrotum). Testis berjumlah
sepasang (testes = jamak). Testis terdapat di bagian tubuh sebelah kiri dan
kanan. Testis kiri dan kanan dibatasi oleh suatu sekat yang terdiri dari serat
jaringan ikat dan otot polos. Testis adalah sepasang struktur oval, agak gepeng
dengan panjang 4 cm sampai 5 cm (1,5 inci sampai 2 inci) dan berdiameter 2,5 cm (1 inci).
Fungsi testis, terdiri dari:
·
Membentuk gamet-gamet baru
yaitu spermatozoa, dilakukan di Tubulus seminiferus.
·
Menghasilkan hormon
testosteron, dilakukan oleh sel interstial.
Bersama dengan epididimis,
testis berada dalam kantung skrotum. Dinding yang memisahkan testis dengan
epididimis disebut tunica vaginalis. Tunica vaginalis dibentuk dari peritoneum
abdominalis yang mengadakan migrasi kedalam skrotum saat berkembangnya
genitalia interna pria.
1)
Turnika albuginca adalah
kapsul jaringan ikat yang membungkus testis dan merentang ke arah dalam untuk
membaginya menjadi sekitar 250 lobulus.
2)
Tubulus seminiferus, tempat
berlangsungnya spermatogenesis, terlilit dalam lobulus. epitelium germinal
khusus yang melapisi tubulus seminiferus mengandung sel-sel batang
(spermatogonia) yang kemudian menjadi sperma: sel-sel Sertoli yang menompang
dan memberi nutrisi sperma yang sedang berkembang : dan sel-sel interstisial
(leydig), yang memiliki fungsi endokrin.
b.
Saluran Pengeluaran
Saluran pengeluaran pada organ
reproduksi dalam pria terdiri dari epididimis, vas deferens, saluran ejakulasi
dan uretra.
1)
Epididimis
Epididimis merupakan saluran
berkelok-kelok di dalam skrotum yang keluar dari testis. Epididimis berjumlah
sepasang di sebelah kanan dan kiri. Epididimis berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara sperma sampai sperma menjadi matang dan bergerak menuju
vas deferens.
2)
Vas Deferens
Vas deferens atau saluran
sperma (duktus deferens) merupakan saluran lurus yang mengarah ke atas dan
merupakan lanjutan dari epididimis dengan panjang sekitar 45 cm dan dimulai
dari ujung bawah epididimis kemudian naik sepanjang aspek posterior testis.
Setelah meninggalkan bagian
belakang testis, vas deferen melewati chorda spermatica menuju kedalam abdomen.
Setelah menyilang ureter, vas deferen menuju ke duktus vesikula seminalis.. Vas
deferens tidak menempel pada testis dan ujung salurannya terdapat di dalam
kelenjar prostat. Vas deferens berfungsi sebagai saluran tempat jalannya sperma
dari epididimis menuju kantung semen atau kantung mani (vesikula seminalis).
3)
Saluran Ejakulasi
Saluran ejakulasi merupakan
saluran pendek yang menghubungkan kantung semen dengan uretra. Saluran ini
berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar masuk ke dalam uretra.
4)
Uretra
Uretra merupakan saluran akhir
reproduksi yang terdapat di dalam penis. Uretra berfungsi sebagai saluran
kelamin yang berasal dari kantung semen dan saluran untuk membuang urin dari
kantung kemih.
c.
Kelenjar Asesoris
Selama sperma melalui saluran
pengeluaran, terjadi penambahan berbagai getah kelamin yang dihasilkan oleh
kelenjar asesoris. Getah-getah ini berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan
hidup dan pergerakakan sperma. Kelenjar asesoris merupakan kelenjar kelamin
yang terdiri dari vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar Cowper.
1)
Vesikula seminalis
Vesikula seminalis atau kantung semen (kantung mani) merupakan kelenjar
berlekuk-lekuk yang terletak di belakang kantung kemih. Dinding vesikula
seminalis menghasilkan zat makanan yang merupakan sumber makanan bagi sperma.
2)
Kelenjar prostat
Kelenjar Prostat sebagian
struktur berupa kelenjar dan sebagian lainnya otot. Struktur ini mengelilingi
urethra pria. Organ berukuran 2.5x3-5x4.5 cm. Lobus media prostat secara
histologis merupakan zona transisional berbentuk baji yang secara langsung
mengelilingi urethra dan memisahkannya dengan ductus ejaculatorius. Saat
terjadi hipertrofi, lobus media dapat menyumbat aliran urine. Prostat bagian
anterior sebagian besar terdiri dari jaringan fibromuskular. Semua jaringan
otot pada vas deferen, prostat, prostat disekitar urethra dan vesicula
seminalis terlibat dalam proses ejakulasi. Sekresi prostat menyumbang 15%
volume total cairan semen.
Kelenjar prostat melingkari
bagian atas uretra dan terletak di bagian bawah kantung kemih. Kelenjar prostat
menghasilkan getah yang mengandung kolesterol, garam dan fosfolipid yang
berperan untuk kelangsungan hidup sperma. Menambah cairan alkalis pada cairan seminalis yang berguna untuk
menlindungi spermatozoa terhadap sifat asam yang terapat pada uretra dan
vagina. Di bawah kelenjar ini terdapat Kelenjar Bulbo Uretralis yang memilki
panjang 2-5 cm. fungsi hampir sama dengan kelenjar prostat.
3)
Kelenjar Cowper
Kelenjar Cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar yang salurannya
langsung menuju uretra. Kelenjar Cowper menghasilkan getah yang bersifat alkali
(basa).
2.
Organ
Reproduksi Luar
Organ reproduksi luar pria
terdiri dari penis dan skrotum.
a.
Penis
Penis terdiri dari tiga bagian akar batang dan glans penis yang membesar
yang banyak mengandung ujung – ujung saraf sensorik. Penis terdiri dari tiga
rongga yang berisi jaringan spons. Dua rongga yang terletak di bagian atas
berupa jaringan spons korpus kavernosa. Satu rongga lagi berada di bagian bawah
yang berupa jaringan spons korpus spongiosum yang membungkus uretra. Uretra
pada penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongga-rongganya banyak
mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa.
1)
Kulit penis tipis dan tidak
berambut kecuali didekat akar organ. Preposium (kulup) adalah lipatan sirkular
kulit longgar yang merentang menutupi glans penis kecuali jika diangkat melalui
sirkumsisi. Korona adalah ujung proksimal glans penis.
2)
Badan penis dibentuk dari tiga
masa jaringan erektil silindris dua korpus kavernosum spongiosum vebtral di
sekitar uretra.
a.
Jaringan erektil adalah jaring
– jaring ruang darah ireguler (vinusa sinusoid) yang diperdarai oleh arteriol
aferen dan kapiler didrainase oleh venula dan dikelilingi jaringan ikat rapat
yang disebut tunika albuginea
b.
Korpus konvernosum dikelilingi
oleh jaringan ikat rapat disebut tunika albugnea.
3)
Mekanisme ereaksi penis.
Ereksi adalah salah satu fungsi vaskular korpuskavernosum dibawah pengendalian
SSO.
b.
Skrotum
Adalah kantong longgar yang tersusun dari kulit, fasia, dan otot polos yang
membungkus dan menompangtestis di luar tubuh
pada suhu optimum untuk produksi spermatozoa.
1)
Dua kantong skrotal, satiap
skrotal berisi satu testis tungggal, dipisahkan oleh septum internal.
2)
Otot dartos adalah lapisan
serabut dalam fasia dasar yang berkontraksi untuk membentuk kerutan pada kulit
skrotal sebagai respons terhadap udara dingin atau eksitasi seksual.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sistem reproduksi wanita terdiri alat / organ eksternal dan internal,
sebagian besar terletak dalam rongga panggul. Eksternal (sampai vagina): fungsi
kopulasi. Internal: fungsi ovulasi, fertilisasi ovum, transportasi blastocyst,
implantasi, pertumbuhan fetus, kelahiran.
2.
Sistem reproduksi pria
meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon pada pria. Organ
reproduksi pria terdiri atas organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luar.
DAFTAR PUSTAKA
Evelyn C.P. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis. Jakarta: PT
Gramedia.
Gibson, J. 1995. Anatomi dan
Fisiologi Modern Untuk Perawat. Jakarta: Penerbit EGC.
Jarvis, S. 2011. Ensiklopedi
Kesehatan Wanita. Jakarta: Erlangga.
Heffner, L. 2008. Sistem Reproduksi.
Jakarta: Erlangga.
Moore, K.L. 2013. Anatomi Berorientasi
Klinis. Jakarta: Erlangga.
Setiadi.
2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Penerbit Graha
Ilmu.
Syaifuddin. 1997. Anatomi
Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta:
Penerbit EGC.
0 komentar:
Posting Komentar