Minggu, 07 Oktober 2018

MAKALAH DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) DAN METODE SOAP Hipotiroid


MAKALAH

  

DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) DAN

METODE SOAP

Hipotiroid






Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakoterapi Terapan

pada Program Studi Profesi Apoteker



   

AGUSTIANI MASLIYANA

260112180006



  



UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS FARMASI

2018



A.  Contoh Kasus

GC, seorang wanita 34 tahun, datang ke klinik dengan keluhan kelelahan, kelesuan, dan merasakan sulit berkonsentrasi dan tidak fokus selama 6 bulan terakhir. Dia pikir hal tersebut dikarenakan dia bekerja terlalu keras, tetapi gejalanya belum membaik meskipun sudah mengatur jadwal kerjanya. Dia mengalami kenaikan berat badan hingga 2,3 kg dan mengalami gangguan menstruasi, merasa dingin sepanjang waktu, dan kulitnya menjadi lebih kering. Dia tidak mengonsumsi obat lain selain acetaminophen sesekali untuk sakit kepala dan Milk of Magnesia untuk sembelit. Tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan panggul normal.

Laboratorium:

·      Serum kolesterol: 220 mg/dL (5,7 mmol / L)

·      TSH: 9,7 milliunits/L

·      T4 Bebas: 0,6 ng/dL (7,7 pmol / L)

·      Beratnya 66 kg (145 lb), dan tingginya 5 feet, 7 inches (170 cm)

·      Suhu: 36,7°C



B.  Penyelesaian

Penyelesaian kasus  dengan menggunakan metode SOAP (Subjective, Objective, Assesment, dan Plan) pada kasus ini adalah sebagai berikut:

1.    Subjective

Nama                            : Nona GC

Usia                               : 34 tahun

Jenis Kelamin               : Perempuan

Keluhan/Gejala             : Merasan kelelahan, kelesuan, serta sulit berkonsentrasi dan tidak fokus selama 6 bulan terakhir; mengalami kenaikan berat badan hingga 2,3 kg dan mengalami gangguan menstruasi; merasa dingin sepanjang waktu, dan kulitnya menjadi lebih kering

Riwayat Sosial              :  Bekerja terlalu keras.

Riwayat Pengobatan     : Acetaminophen sesekali untuk sakit kepala dan Milk of Magnesia untuk sembelit.





2.    Objective

Pemeriksaan Fisik         : Berat Badan 66 kg (145 lb); Tinggi Badan 5 feet, 7 inches (170 cm) → Body Mass Index = 22.84



Data Laboratorium

Parameter
Nilai Uji
Nilai Normal
Keterangan
Suhu
36,7°C
36 - 37°C
Normal
TSH
9,7 milliunits/L
0,5-2,5 milliunits/L
Tinggi
T4 Bebas
0,6 ng/dL
(7,7 pmol/L)
0,7-1,9 ng/dL
(9 - 24,5 pmol/L)
Dibawah Batas Normal
Serum Kolesterol
220 mg/dL
(5,7 mmol/L)
< 200 mg/dL
(< 5,2 mmol/L)
Melebihi Batas Normal



3.    Assassment

Berdasarkan data diatas, keluhan yang dirasakan pasien mengarah pada gejala dan tanda-tanda Presentasi Klinis dan Diagnosis pada Hypothyroidism yakni kelelahan, kelesuan, sulit berkonsentrasi dan tidak fokus, mengalami kenaikan berat badan dan gangguan menstruasi, merasa dingin sepanjang waktu dan kulitnya menjadi lebih kering. Pasien dengan hipotiroid ringan mungkin memiliki gejala samar yang kemudian berkembang sangat lambat sehingga tidak mudah terlihat oleh pasien atau keluarga. Kurangnya tanda dan gejala khusus menekankan pentingnya menggunakan kadar TSH serum untuk mengidentifikasi pasien dengan hipotiroidisme.

Diagnosa hipotiroid juga diperkuat dengan hasil pemeriksaan laboratorium pasien yang menunjukkan TSH pasien yang tinggi melebihi batas normal (0,5-2,5 milliunits/L) dan T4 Bebas dibawah batas normal (0,7-1,9 ng/dL atau 9 - 24,5 pmol/L). Suhu tubuh pasien yang normal mengindikasikan bahwa pasien tidak mengalami demam, sehingga intoleransi dingin yang dirasakan pasien adalah gejala hipotiroid.

Pasien dalam kasus ini diketahui mengonsumsi acetaminophen sesekali untuk sakit kepala dan Milk of Magnesia untuk sembelit yang dialami. Namun, pasien tidak mendapatkan terapi untuk hipotiroid yang dialami, sehingga gejala hipotiroid seperti  konstipasi yang dialami pasien terjadi. Selain itu, sakit kepala yang dirasakan oleh pasien kemungkinan besar dikarenakan oleh meningkatnya serum kolesterol pasien yangg yakni >200 mg/dL (> 5,2 mmol/L) atau melebihi batas normal. Dan pasien juga tidak mendapatkan terapi non farmakologi atau farmakologi untuk menormalkan serum kolesterolnya.

Oleh karena itu, Drug Related Problems (DRPs) yang terjadi pada kasus ini menurut PCNE V8 yakni:

a.    Masalah

Efektivitas Pengobatan
Ada (potensi) masalah dengan (kurangnya) efek farmakoterapi
P1.3
Gejala atau indikasi yang tidak diobati:

Ø Gejala yang dialami pasien menunjukkan indikasi hipotiroid, namun pasien tidak mendapatkan obat.
Ø Serum kolesterol pasien diatas normal namun pasien tidak mendapatkan terapi nonfarmakologi ataupun farmakologi



b.    Penyebab

Pemilihan obat
Penyebab (potensi) DRP terkait dengan pemilihan obat
C1.6
Tidak ada pengobatan meskipun ada indikasi





4.    Plan

Hypothyroidism adalah gangguan klinis yang paling umum terjadi pada gangguan tiroid. Hipotiroid adalah sindrom klinis yang ditandai dengan sekresi hormon tiroid yang tidak memadai dari kelenjar tiroid. Sebagian besar pasien hipotiroid mengalami kegagalan kelenjar primer, sedangkan kegagalan hipofisis atau hipotalamus pada pasien jarang terjadi. Diagnosa hipotiroidisme ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium TSH serum yang berada di atas batas normal (0,5-2,5 milliunits/L).

Berdasarkan assassment diatas, permasalahan DRPs yang dialami pasien diketahui disebabkan karena tidak adanya pengobatan meskipun ada indikasi. Salah satunya adalah pasien mengelukan gejala yang menunjukkan indikasi hipotiroid, namun pasien tidak mendapatkan obat. Oleh karena itu, rencana pengobatan untuk hipertiroid pasien adalah:

Ø Hormon Tiroid

Sejumlah produk hormon tiroid diantaranya LT4 dan T3 sintetik, kombinasi dari LT4 sintetis dan T3, dan produk yang mengandung hewan. Meskipun ketersediaan beragam tiroid produk hormon, jelas bahwa LT4 sintetis adalah pengobatan pilihan untuk hampir semua pasien dengan hypothyroidism. LT4 dapat digunakan sebagai pendekatan fisiologi normal kelenjar tiroid, yang mengeluarkan sebagian besar T4 sebagai prohormone. Jaringan periferal mengubah T4 menjadi T3 sesuai kebutuhan, berdasarkan tuntutan metabolik. Jika T3 digunakan untuk mengobati hipotiroidisme, jaringan perifer kehilangan kemampuannya untuk mengontrol tingkat metabolisme lokal. LT4 juga memiliki keunggulan farmakokinetik yang berbeda dibandingkan dengan T3. Dengan waktu paruh 7 hari, LT4 memberikan kurva doseresponse yang sangat halus dengan sedikit puncak dan efek palung. T3, dengan waktu paruh 24 jam, memberikan efek puncak dan palung yang signifikan, dan banyak pasien akan mengalami gejala tirotoksikosis setelah setiap dosis diberikan. Untuk pasien yang mengalami kesulitan mengikuti rejimen sehari-hari, rejimen LT4 sekali seminggu aman dan efektif.

Ada tiga tujuan utama dalam pengobatan hipotiroidisme: mengganti hormon yang hilang, meredakan gejala, dan mencapai keadaan euthyroid biokimia yang stabil. Pada pasien yang lebih muda dari 65 tahun dengan hipotiroidisme, dosis penggantian LT4 rata-rata adalah 1,6 mcg / kg per hari (gunakan berat badan ideal pada pasien obesitas). Jika tidak ada riwayat penyakit jantung, pasien ini dapat mulai dengan dosis penggantian penuh. Dosis penggantian penuh pada pasien di atas usia 75 lebih rendah, sekitar 1 mcg / kg per hari. Pada manula, dosis awal adalah 25 hingga 50 mcg / hari, dan dosis dititrasi hingga dosis penggantian penuh. Pada pasien dengan penyakit jantung iskemik, mulailah dengan 12,5-25 mcg / hari dan perlahan-lahan titrasi ke dosis penggantian penuh. Jika pasien mengembangkan angina atau bentuk lain dari iskemia miokard, kurangi dosis dan titrasi lebih lambat. Pada awal terapi dan dengan setiap perubahan dalam dosis, periksa kembali TSH dalam interval 6-8 minggu. Jika TSH tidak dalam kisaran target (0,5-2,5 milliunit / L), ubah dosisnya menjadi 10% hingga 20% dan kemudian periksa kembali TSH 6 hingga 8 minggu kemudian. Ketika dosis dititrasi, kaji gejala pasien. Banyak pasien akan membaik dengan cepat, dan banyak pasien akan merasakan yang terbaik jika TSH dititrasi ke tingkat normal hingga menengah normal (0,5-1,5 milliunits / L).

Pasien dengan hipotiroidisme ringan atau subklinis tidak perlu dimulai pada dosis penggantian penuh karena mereka masih memiliki beberapa produksi hormon endogen. Mulai pasien ini pada 25 hingga 50 mcg / hari, dan titrasi setiap 6 hingga 8 minggu berdasarkan tingkat TSH. Seiring waktu, mungkin dosis LT4 perlu ditingkatkan perlahan-lahan karena kelenjar tiroid pasien kehilangan fungsi residu.

Obat
Kandungan
Dosis Relatif
Dosis yang Disarankan
Levotiroksin
LT4 (50, 100 mcg)
60 mcg
 1 x 100 mcg/hari



Permasalahan DRPs pasien lainnya yang diketahui tidak adanya pengobatan meskipun ada indikasi adalah serum kolesterol pasien diatas normal namun pasien tidak mendapatkan terapi nonfarmakologi ataupun farmakologi. Oleh karena itu, rencana pengobatan untuk menormalkan serum kolesterol pasien adalah:

Ø Intervensi Gaya Hidup untuk Memperbaiki Profil Serum Kolesterol

Hypothyroidism adalah penyakit kronis yang dapat mengakibatkan sekuele jangka panjang yang signifikan. Hiperkolesterolemia dikaitkan dengan hipotiroidisme, meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular jangka panjang. Antara 4% dan 14% pasien dengan hiperkolesterolemia ditemukan hipotiroid. The Colorado Thyroid Health Study2 menunjukkan korelasi langsung antara tingkat elevasi TSH dan peningkatan kolesterol serum. Hypothyroidism juga dapat mengakibatkan peningkatan resistensi vaskular sistemik, penurunan curah jantung, dan peningkatan tekanan darah diastolik.

Intervensi gaya hidup dilakukan pada semua orang, dengan atau tanpa tambahan obat penurun lipid. Usaha yang dapat dilakukan antara lain mengurangi asupan asam lemak jenuh, meningkatkan asupan serat, mengurangi asupan karbohidrat dan alkohol, meningkatkan aktivitas fisik sehari-hari, mengurangi berat badan berlebih dan menghentikan kebiasaan merokok.

Ø Diet suplemen

1)   Fitosterol

Fitosterol berkompetisi dengan absorbsi kolesterol di usus sehingga dapat menurunkan konsentrasi kolesterol total. Secara alami, fitosterol banyak didapat dalam minyak nabati dan, dalam jumlah lebih sedikit, dalam buah segar, kacang kenari, dan kacang polong.

2)      Makanan kaya serat

Diet serat yang larut dalam air seperti kacang polong, sayuran, buah, dan sereal mempunyai efek hipokolesterolemik.





DAFTAR PUSTAKA



Chisholm-Burns, M.A., Wells, B.G., Schwinghammer, T.L., Malone, P.M., Kolesar, J.L., Rotschefer, J.C. & Dipiro, J.T. 2008. Pharmacotherapy Principles & Practice. The McGraw-Hill Companies, Inc. USA.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2013.  Pedoman Tatalaksana Dislipidemia. Edisi I.

0 komentar:

Posting Komentar