Penetapan
Kadar Asam Salisilat Dalam Talkum Secara Alkalimetri
Praktikum Analisa Obat I
Grup C
Akhmad Andy Sandra
1543057052
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
Asidimetri-Alkalimetri adalah teknik analisis kimia berupa titrasi yang
menyangkut asam dan basa atau sering
disebut titrasi asam-basa. Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu
larutan ditambahkan dari buret sedikit
demi sedikit sampai jumlah zat-zat yang direksikan tepat menjadi ekivalen
(telah tepat banyaknya untuk menghabiskan zat
yang direaksikan) satu sama lain. Larutan yang ditambahkan dari buret
disebut titrant, sedangkan larutan yang ditambah titrant disebut titrat (dalam
hal ini titrant dan titrat berupa asam dan basa atau sebaliknya). Pada saat
ekivalen, penambahan titrant harus dihentikan, saat ini dinamakan titik akhir
titrasi. Untuk mengetahui keadaan ekivalen dalam proses asidi-alkalimetri ini,
diperlukan suatu zat yang dinamakan indikator asam-basa. Indikator asam-basa
adalah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah.
Asidi-alkalimetri menyangkut reaksi antara asam kuat-basa kuat, asam kuat-basa
lemah, asam lemah-basa kuat, asam kuat-garam dari asam lemah, dan basa
kuat-garam dari basa lemah (Gandjar, 2007).
Alkalimetri merupakan suatu teknik analisis untuk mengetahui kadar
keasaman suatu zat dengan menggunakan larutan standar basa. Basa yang digunakan
biasanya adalah natrium hidroksida (NaOH). Sebelum digunakan, larutan NaOH
harus distandarisasi dahulu dengan asam oksalat (H2C2O4). Hidroksida-hidroksida
dari natrium, kalium dan barium umumnya digunakan sebagai larutan standar
alkalis (basa). Ketiganya merupakan basa kuat dan sangat mudah larut dalam air.
Pembuatan larutan standar alkalis dan amonium hidroksida tidak dibenarkan,
kecuali bersifat sebagai basa lemah, pada proses pelarutan dilepaskan gas
amonia (beracun). Natrium hidroksida paling sering digunakan karena murah dan
kemurniannya tinggi. Oleh karena sifatnya yang sangat higroskopis, maka
diperlukan ketelitian pada proses penimbangan. Pada saat penimbangan gunakan
botol timbang bertutup untuk mengurangi kesalahan. Standarisasi larutan NaOH
dapat dilakukan dengan larutan asam oksalat sesuai dengan reaksinya sebagai
berikut (Keenan, 1998):
NaOH
(aq) + H2C2O4 (aq) → Na2C2O4 (aq) + 2 H2O (l)
Titrasi alkalimetri adalah suatu proses titrasi untuk penentuan
konsentrasi suatu asam dengan menggunakan larutan basa sebagai standar. Reaksi
yang terjadi pada prinsipnya adalah reaksi netralisasi, yaitu pembentukan garam
dan H2O netral (pH = 7) hasil reaksi antara H+ dari suatu asam dan OH- dari
suatu basa. Reaksi berlangsung stoikiometri apabila mgrek pentitrasi sama
dengan mgrek titran, saat ini disebut dengan titik ekivalen. Dalam praktek
kondisi ini tidak bisa dilihat secara visual tetapi dapat dilihat dengan
bantuan indikator (asam-basa) yang mempunyai warna yang spesifik pada ph
tertentu. Seperti indicator phenolftalein (pp) akan berwarna pink pada ph
8,3-10. Saat tercapainya perubahan warna pada titran disebut dengan titik
titrasi (Atkins, 1997).
Seperti telah disebutkan di atas bahwa prinsip titrasi asam-basa adalah
reaksi penetralan antara asam dengan basa atau sebaliknya, maka untuk dapat
melakukan titrasi ini, kita terlebih dahulu harus memahami konsep teori
asam-basa, macam-macam reaksi penetralan dan indicator yang dapat dipakai pada
titrasi ini, sebagai berikut (Brady, 1999):
Konsep Teori Asam-Basa
a. Menurut
Archenius (akhir abad ke-19)
Asam adalah suatu
senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan melepaskan H+ sebagai satu-satunya
ion positif. Contoh: HCl, HNO3, CH3COOH, dan lain-lain.
HCl merupakan
asam kuat, dimana dalam air akan terdisosiasi sempurna:
HCl H+ + Cl-
H+ + H2O H3O+
Dari reaksi ini
terlihat bahwa H+ tidak terdapat bebas dalam air melainkan terikat pada molekul
H2O (kelemahan teori Archenius).
Basa adalah suatu
senyawa yang bila dilarutkan dalam air, akan melepaskan ion OH-.
b. Menurut
Bronsted dan Lowry
Asam adalah suatu
senyawa yang dapat memberikan proton, disebut sebagai donor proton. Basa adalah
suatu senyawa yang dapat menerima proton, disebut sebagai akseptor proton.
Asam proton + Basa konjugasi
A H+ + B
Jadi suatu asam dapat berbentuk:
·
Molekul, misalnya: H2SO4, HCl, CH3COOH
·
Anion, misalnya: HSO4-, H2PO4-, CH3COO-,COO-
·
Kation, misalnya: NH4+, C6H5NH3+, Fe
(H2O)3+
Suatu basa juga dapat berbentuk:
·
Molekul, misalnya: NH3, C2H5NH2, H2O
·
Anion, misalnya: CH3COO-, OH-, HPO4-2, C2H5O-
·
Kation, misalnya: Fe (H2O)5 (OH)2+
Reaksi ini hanya terjadi bila ada suatu basa yang dapat
menerima proton dari asam:
A1 B1 + H+
B2+ H+ A2
A1 + B2 A2 + B1
A1- B1 dan A2- B2 adalah pasangan-pasangan konjugasi
asam-basa. Perpindahan proton terjadi dari A1 ke B2 atau dari A2 ke B1. Asam
kuat melepaskan proton dengan segera sedangkan basa kuat dapat menerima proton
dengan segera pula.
c. Menurut G. N. Lewis
Asam adalah suatu senyawa yang dapat menerima
sepasang electron bebas, disebut sebagai akseptor pasangan electron bebas.
d. Menurut Boyle
Asam adalah suatu zat yang mempunyai daya kemampuan
melarutkan tinggi.
e. Menurut Roult
Basa adalah setiap zat yang bereaksi dengan asam
membentuk garam. Reaksi = Basa + Asam Garam + H2O
f. Menurut Liebeg
Asam adalah senyawa yang mengandung H, yang dapat
digantikan oleh logam yang akan menghasilkan garam. Contoh:
2HCl + Na → NaCl + H2
Larutan Standar
Dalam alkalimetri kita menggunakan larutan standar untuk menentukan
konsentrasinya. Larutan standar adalah larutan yang dengan tepat dapat
diketahui konsentrasinya dan dipakai sebagai pereaksi. Larutan standar dapat
digolongkan menjadi (Khopkhar, 1990):
a. Larutan
Standar Primer
Larutan yang
konsentrasinya sudah diketahui dengan pasti untuk menstandarkan suatu larutan.
Syarat-syarat larutan standar primer:
·
Memiliki kemurnian yang tinggi
·
Mudah diperoleh dan dikeringkan
·
Mudah diperiksa kemurniannya
·
Tidak bersifat higroskopis, tidak mudah
teroksidasi oleh udara
Contoh larutan standar primer:
Asam : H2SO4,
H2C2O4, C6H5COOH, (COOH) (COOK) C6H4.
Basa :
Na2CO3, MgO, Na2B4O7.
b. Larutan Standar Sekunder
Larutan standar yang konsentrasinya dapat diketahui
dengan menggunakan larutan standar primer sebagai pembanding. Contoh: NaOH,
KOH, KMnO4.
c. Larutan Standar Tersier
Larutan standar yang konsentrasinya dapat diketahui
dengan menggunakan larutan standar sekunder sebagai pembanding.
Titrasi dan Indikator
Titrasi yaitu suatu proses penambahan suatu larutan dari dalam buret
secara sedikit demi sedikit sampai jumlah zat-zat yang dititrasi dengan yang
mentitrasi tepat menjadi ekivalen satu sama lain. Dalam hal ini, larutan yang
berada di dalam buret atau larutan pentitrasi disebut titran, sedangkan larutan
yang akan ditetapkan kadarnya disebut analit. Hasil titrasi disebut titrat/
titer. Alkalimetri adalah analisis (volumetri) yang menggunakan alkali (basa)
sebagai larutan standar. Analisis anorganik secara kualitatif yaitu proses atau
operasi analisis yang digunakan untuk mengetahui atau mengidentifikasi
penyusun-penyusun dari suatu zat dan pengembang-pengembang metode-metode
pemisahan masing-masing penyusun yang terdpat dalam suatu campuran. Dalam titrasi
asam-basa, jumlah relatif asam dan basa yang diperlukan untuk mencapai titik
ekivalen ditentukan oleh perbandingan mol asam (H+) dan basa (OH-) yang
bereaksi. Asam didefinisikan sebagai senyawa yang mengandung Hidrogen yang
bereaksi dengan basa. Basa adalah senyawa yang mengandung ion OH- atau
menghasilkan OH- ketika bereaksi dengan air. Basa bereaksi dengan asam untuk
menghasilkan garam dan air. (Golberg, 2002). Dalam titrasi asam-basa perubahan
pH sangat kecil hingga hampir tercapai titik ekivalen. Pada saat tercapai titik
ekivalen, penambahan sedikit asam atau basa akan menyebabkan perubahan pH yang
besai ini seringkali dideteksi dengan zat yang dikenal sebagai indikator. Titik
atau kondisi penambahan asam atau basa dimana terjadi perubahan warna indikator
dalam suatu titrasi dikenal sebagai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi
sering disamakan dengan titik ekivalen, walaupun diantara keduanya masih ada
selisih yang relatif kecil. Semua masalah yang berkaitan dengan titrasi asam
basa dapat dipecahkan dengan konsep stoikiometri (Underwood, 2004).
Alkalimetri (Alkali = basa, metri = pengukuran) diartikan sebagai
titrasi untuk penetapan asam dengan standart basa sebagai alat ukurnya.
Faktor utama dalam menentukan pengukuran adalah [H+] dan [OH-] dalam larutan,
baik sebagai titrat maupun sebagai titran. Karena itulah maka dalam
mempersiapkan larutan pemeriksaan harus menggunakan air suling sebagai bahan
pelarut, sebab air suling adalah netral.
Dalam titrasi alakalimetri, didalam titrat asam sudah mempunyai harga
pH tertentu. Perjalanan titrasi dengan penambahan titran yang akan menyebabkan
perubahan pH, yang pada suatu saat nanti dimana meq titrat = meq titran akan
mempunyai pH tertentu (Susanti, 2003).
Syarat-syarat reaksi pada volumetri :
1. Reaksi
berlangsung sederhana dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi.
2. Reaksi
berlangsung terus menerus dengan cepat.
3. Ada
perubahan fisika maupun kimia yang dapat dideteksi pada titik ekivalen, atau
dapat mengubah indikator sehingga diketahui titik akhit titrasinya.
Syarat baku primer :
1. Harus
murni
2. Tidak
higroskopis, tidak teroksidasi, tidak menyerap udara selam penyimpanan tidak
boleh berubah.
3. Mengandung
kotoran (zat lain) tidak melebihi
4. Harus
mempunyai berat ekivalen yang tinggi
5. Mudah
larut dalam pelarut yang sesuai
6. Reaksinya
stoichiometri dan berlangsung terus menerus
Asam Salisilat
Asam salisilat memiliki rumus molekul C6H4COOHOH berbentuk Kristal
berwarna merah muda terang hingga kecokelatan yang memiliki berat molekul
sebesar 138,123 g/mol dengan titik leleh sebesar 156 C dan densitas pada 25 C
sebesar 1,443 g/mL. Mudah larut dalam air dingin tetapi dapat melarutkan dalam
keadaan panas. Asam salisat dapat menyublim tetapi dapat terdekomposisi dengan
mudah menjadi karbon dioksida dan phenol bila dipanaskan secara cepat pada suhu
sekitar 200C
Asam salisilat memiliki struktur bangun seperti yang disajikan pada
gambar berikut ini:
Struktur
Asam Salisilat
Bahan baku
utama dalam pembuatan asam salisilat adalah phenol, NaOH, karbon dioksida dan
asam sulfat. Asam salisilat kebanyakan digunakan sebagai obatobatan dan sebagai
bahan intermediet pada pabrik obat dan pabrik farmasi seperti aspirin dan
beberapa turunannya. Sebagai antiseptic, asam salisilat zat yang mengiritasi
kulit dan selaput lendir. Asam salisilat tidak diserap oleh kulit, tetapi
membunuh sel epidermis dengan sangat cepat tanpa memberikan efek langsung pada
sel epidermis. Setelah pemakaian beberapa hari akan menyebabkan terbentuknya
lapisan-lapisan kulit yang baru. Obat ini sangat spesifik untuk rematik akut
yang dapat mencegah kerusakan jantung yang biasanya terjadi akibat rematik,
menghilangkan sakit secara keseluruhan, dan beberapa saat setelah pemakaiannya
akan menurunkan temperatur suhu tubuh kembali normal.
Asam salisilat (10-20%) dalam larutan yang terdiri dari asam nitrat
selulosa dalam eter dan alkohol digunakan sebagai penghilang kutil dan
katimumul pada kaki. Dalam hal ini asam salisilat menyebabkan pelunakan lapisan
kulit sehingga katimumul dan kutil akan terlepas bersama kulit mati.
Selain digunakan sebagai bahan utama pembuatan aspirin, asam salisilat
juga dapat digunakan sebagai bahan baku obat yang menjadi turunan asam
salisilat. Misalnya sodium salisilat yang dapat digunakan sebagai analgesik dan
antipyretic serta untuk terapi bagi penderita rematik akut. Alumunium salisilat
yang berupa bubuk sehalus debu digunakan untuk mengatasi efek catarrhal pada
hidung dan tekak. Ammonium salisilat digunakan sebagai obat penghilang kuman
penyakit dan bakteri. Kalsium salisilat dapat digunakan untuk mengatasi diare.
Turunan lain selain diatas adalah asam p-aminosalisilat yang dapat
mengatasi tubercolosis pada manusia. Asam metilendisalisilat sering digunakan
sebagai zat aditif minyak pelumas serta sebagai formulasi resin alkil.
Salisilamide digunakan secara farmasi sebagai antipyretic, zat seudatif dan
anti rematik.
Monografi Bahan
1.
Acidum Salicylicum
Sinonim :
Asam Salisilat
BM :
138,12
RM :
C7H6O3
Kadar :
Asam salisilat mengandung tidak kurang
dari 99,5% C7H6O3.
Pemerian : Hablur
ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih; hampir tidak berbau; rasa
agak manis dan tajam.
Kelarutan : Larut
dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%) P; mudah larut dalam
kloroform P dan dalam eter P; larut dalam larutan amonium asetat P, dinatrium
hidrogenfosfat P, kalium sitrat P dan natrium sitrat P.
2. Talcum
Sinonim :
Talk
Kadar : Talk
adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit
aluminium silikat.
Pemerian : Serbuk
hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran; warna
putih atau atau putih kelabu.
Kelarutan :
Tidak larut dalam hampir semua pelarut.
3. Natrii
Hydroxydum
Sinonim :
Natrium Hidroksida
BM :
40
RM :
NaOH
Kadar : Natrium
Hidroksida mengandung tidak kurang dari 97,5% alkali jumlah dihitung sebagai
NaOH, dan tidak lebih dari 2,5% Na2CO3.
Pemerian : Bentuk
batang, butiran, massa hablur atau keping, kering, keras, rapuh dan menunjukkan
susunan hablur; putih, mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera
menyerap karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol
(95%) P.
4. Asam
Oksalat
RM :
(CO2H)2. 2H2O
Kadar :
Mengandung tidak kurang dari 99,5%
C2H2O4.2H2O.
Pemerian :
Hablur; tidak berwarna.
Kelarutan :
Larut dalam air dan dalam etanol (95%) P.
5. Aqua
Destillata
Sinonim :
Air Suling
BM :
18,02
RM :
H2O
Pemerian : Cairan
jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
Daftar
Pustaka
Atkins, Peter and Jones
Lorette. 1997. Chemistry Molecules and
Canges, 3rd Ed. New York: W. H. Freeman and Company.
Brady, James E. 1999. Kimia Universutas Asas dan Struktur.
Jakarta: Binarupa.
Gandjar, I. G. dan Abdul
R. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Keenan, C. W. 1998. Kimia Untuk Universitas. Jakarta:
Erlangga.
Khopkhar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI
Press.
Susanti, 2003. Analisis Kimia Farmasi Kuantitatif. Makassar: Fakultas Farmasi
Universitas Muslim Indonesia.
Underwood, A.L. dan R.A. Day, Jr.
2004. Analisis Kimia Kuantitatif.
Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
0 komentar:
Posting Komentar