MAKALAH
Penetapan
Kadar Paracetamol Dalam Saccharum Lactis Secara Nitrimetri
Praktikum Analisa Obat I
Grup C
Akhmad Andy Sandra
1543057052
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
JAKARTA
Salah satu metode yang termasuk dalam titrasi redoks adalah diazotasi
(nitritometri). Titrasi diazotasi berdasarkan pada pembentukan garam diazonium
dari gugus amin aromatis bebas yang direaksikan dengan asam nitrit, dimana asam
nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan natrium nitrit dengan suatu asam.
Titrasi diazotasi sangat sederhana dan sangat berguna untuk menetapkan
kadar senyawa-senyawa antibiotik sulfonamida dan juga senyawa-senyawa
anestesika lokal golongan asam amino benzoat.
Metode titrasi diazotasi disebut juga dengan nitrimetri yakni metode
penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku natrium
nitrit. Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina
aromatik primer dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium
(Gandjar, 2007).
Zat yang dapat dititrasi dengan nitrimetri adalah zat yang mengandung
gugus –NH2 (amin) aromatis primer atau zat lain yang dapat
dihidrolisis/direduksi menjadi amin aromatis primer (Harjadi, 1986).
Titrasi nitrimetri merupakan titrasi yang dipergunakan dalam analisa
senyawa-senyawa organik, khususnya untuk persenyawaan amina primer. Penetapan
kuantitas zat didasari oleh reaksi antara fenil amina primer (aromatic) dengan
natrium nitrit dalam suasana asam menbentuk garam diazonium. Reaksi ini dikenal
dengan reaksi diazotasi, dengan persamaan yang berlangsung dalam dua tahap
seperti dibawah ini:
NaNO2
+ HCl → NaCl + HNO2 Ar- NH2 + HNO2 + HCl → Ar-N2Cl + H2O
Reaksi ini tidak stabil dalam suhu kamar, karena garam diazonium yang
terbentu mudah tergedradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen. Sehingga
reaksi dilakukan pada suhu dibawah 15o C. Reaksi diazotasi dapat dipercepat
dengan panambahan garam kalium bromida. Reaksi dilakukan dibawah 15 o C, sebab
pada suhu yang lebih tinggi garam diazonium akan terurai menjadi fenol dan
nitrogen. Reaksi diazonasi dapat dipercepat dengan menambahkan kalium bromida (Rivai,
1995).
Penentuan titik akhir titrasi dapat dilakukan secara:
1. Visual
Dengan indikator dalam, dengan tropeolin-OO (5 tetes)
dan metilen blue (3 tetes). Indikator dalam adalah indicator yang dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer, penggunaan indicator dalam mempunyai kelebihan dan
kekurangan, yaitu:
a. Kelebihan
:
· cara kerja cepat dan praktis
· dapat dilakukan pada suhu kamar
b. Kekurangan
:
· penggunaan terbatas hanya untuk beberapa zat
saja, untuk beberapa zat lainnya perubahannya tidak jelas.
Dengan indicator
luar, dengan pasta kanji-KI. Indikator luar diletakkan diluar Erlenmeyer.
a. Kelebihan
:
· untuk beberapa zat lebih tepat dipakai karena
perubahan warna lebih jelas
b. Kekurangan
:
· cara kerja tidak praktis
· terlalu sering menotol menyebabkan adanya
kemungkinan zat terbuang
· titrasi harus dilakukan pada suhu dibawah 15°C
2. Elektrometri
(Potensiometri)
Elektroda yang digunakan adalah sepasang elektroda
platinum, atau elektroda natrium. Titik akhir ditandai dengan
terdepolarisasinya elektroda tersebut sehingga jarum petunjuk pada galvanometer
tidak kembali ketempat semula.
Prinsip titrasi nitrimetri adalah reaksi diazotasi, yaitu :
1. Pembentukan
garam diazonium dari gugus amin aromatik primer (amin aromatik sekunder dan
gugus nitro aromatik). Contoh zat yang memiliki gugus amin aromatik primer
adalah benzokain. Contoh zat yang memiliki gugus amin aromatis sekunder adalah
parasetamol dan fenasetin. Contoh zat yang memiliki gugus nitroaromatik adalah
kloramfenikol.
2. Pembentukan
senyawa nitrosamine dari amin alifatik sekunder. Contoh zat yang mempunyai
gugus amin alifatis adalah Na siklamat.
3. Pembentukan
senyawa azo dari gugus hidrazida. Contoh zat yang memiliki gugus hidrazida
adalah INH.
4. Pemasukkan
gugus nitro yang jarang terjadi karena sulitnya titrasi dengan menggunakan asam
nitrit dalam suasana asam.
Dalam nitrimetri, berat ekivalen suatu senyawa sama dengan berat
molekulnya karena 1 mol senyawa bereaksi dengan 1 mol asam nitrit dan
menghasilkan 1 mol garam diazonium. Dengan alasan ini pula, untuk nitrimetri,
konsentrasi larutan baku sering dinyatakan dengan molaritas (M) karena molaritasnya
sama dengan normalitasnya (Maryani, 2012).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam titrasi nitrimetri adalah :
1. Suhu
Pada saat melakukan titrasi, suhu harus berada antara
5-15°C, walaupun sebenarnya pembentukan garam diazonium berlangsung pada suhu
yang lebih rendah yaitu 0-5°C. Pada temperatur 5-15°C digunakan KBr sebagai
stabilisator. Titrasi tidak dapat dilakukan pada suhu tinggi karena:
·
HNO2 yang terbentuk akan menguap pada suhu
tinggi
·
Garam diazonium yang terbentuk akan terurai
menjadi fenol
Apabila digunakan indicator luar, suhu harus dibawah
15°C karena bila suhu tinggi garam diazonium akan pecah uap NO hasil tidak
akurat, bila menggunakan indicator dalam suhunya tidak harus 15°C tetapi harus
tetap dijaga supaya tidak terlalu tinggi.
2. Keasaman
Titrasi ini berlangsung pada pH ± 2 hal ini
dibutuhkan untuk:
·
Mengubah NaNO2 menjadi HNO2
·
Pembentukan garam diazonium
pH harus asam karena apabila keasaman kurang maka
titik akhir titrasi tidak jelas dan garam diazonium yang terbentuk tidak
sempurna karena garam diazonium tidak stabil pada suasana netral atau basa
pemakaian KBr boleh dilakukan ataupun tidak, tetapi apabila tidak ditambahkan
KBr suhu harus dibawah 15°C bila menggunakan indicator luar, hati-hati pada
reaksi titik akhir palsu.
3. Kecepatan Reaksi
Reaksi diazotasi berlangsung lambat sekali, sehingga
agar reaksi sempurna maka titrasi harus dilakukan perlahan-lahan dan dengan
pengocokan yang kuat. Frekuensi tetesan pada awal titrasi kira-kira 1 ml/menit,
lalu menjelang titik akhir menjadi 2 ml/menit. Karena asam nitrit terbentuk
pada suasana asam, penambahan KBr pada titrasi nitrimetri diperlukan sebagai:
1. Katalisator,
yaitu untuk mempercepat reaksi, karena KBr dapat mengikat NO2 membentuk
nitrosobromid, yang akan meniadakan reaksi tautomerasi dari bentuk keto dan
langsung membentuk enol.
2. Stabilisator,
yaitu untuk mengikat NO2 agar asam nitrit tidak terurai atau menguap.
Penetesan NaNO2 dari buret jangan terlalu cepat
karena pembentukan garam diazonium memerlukan waktu yang lama. Bila penetesan terlalu
cepat HONO belum bereaksi dengan sampel begitu diteteskan dengan indicator luar
akan menimbulkan warna biru langsung, maka hasil tidak akurat.
Indikator
Pada titrasi diazotasi, penentuan titik akhir titrasi dapat menggunakan
indikator luar, indikator dalam, dan secara potensiometri (Gandjar, 2007).
a. Indikator
Luar
Indikator luar yang digunakan adalah pasta
kanji-iodida atau dapat pula menggunakan kertas kanji-iodida. Ketika larutan
digoreskan pada pasta atau kertas, adanya kelebihan asam nitrit akan mengoksidasi
iodide menjadi iodium dan dengan adanya kanji atau amilum akan menghasilkan
warna biru segera. Indikator kanji-iodida ini peka terhadap kelebihan 0,05 –
0,10 ml natrium nitrit dalam 200 ml larutan. Reaksi yang terjadi dapat
dituliskan sebagai berikut (Khopkhar, 1990):
NaNO2
+ HCl HNO2 + NaCl
KI +
HCl KCl +HI
2 HI +
2 HONO I2 + 2 NO + 2 H2O
I2 +
kanji kanji iod (biru)
Titik akhir titrasi tercapai apabila pada penggoresan
lautan yang dititrasi pada pasta kanji-iodida atau kertas kanji-iodida akan
terbentuk warna biru juga terbentuk beberapa saat setelah dibiarkan di udara.
Hal ini disebabkan karena oksidasi iodida oleh udara (O2) menurut reaksi:
4 KI +
4 HCl + O2 2H2O + 2 I2 + 4 KCl
I2 +
kanji kanji iod (biru)
Untuk meyakinkan apakah benar-benar sudah terjadi
titik akhir titrasi, maka pengujian seperti di atas dilakukan lagi setelah dua
menit. Dengan indikator luar, dengan pasta kanji-KI mempunyai kelebihan dan
kekurangan yaitu sebagai berikut :
a. Kelebihan
1. Untuk
beberapa zat lebih tepat dipakai karena perubahan warna lebih jelas.
b. Kekurangan
:
1. Cara
kerja tidak praktis
2. Terlalu
sering menguap menyebabkan adanya
kemungkinan zat terbuang.
3. Titrasi
harus dilakukan pada suhu dibawah 15°C
4. Harus
diketahui jumlah volume titran yang dibutuhkan. Bila tidak, titrasi akan
berlangsung sangat lama yang berarti makin banyak larutan yang dititrasi hilang
(karena digoreskan pada pasta kanji iodida untuk mengetahui titik akhir
titrasi).
b. Indikator
Dalam
Indikator dalam terdiri atas campuran tropeolin OO
dan metilen biru. Tropoelin OO merupakan indikator asam-basa yang berwarna
merah dalam suasana asam dan berwarna kuning bila dioksidasi oleh adanya
kelebihan asam nitrit, sedangkan metilen biru sebagai pengkontras warna sehingga
pada titik akhir titrasi akan terjadi perubahan dari ungu menjadi biru sampai
hijau tergantung senyawa yang dititrasi (Gandjar, 2007).
Pada pemakaian Indikator dalam ini ternyata mempunyai
kelebihan yaitu sebagai berikut :
·
Cara kerja cepat dan praktis.
·
Dapat dilakukan pada suhu kamar.
Pemakaian kedua indikator ini ternyata memiliki kekurangan. Pada
indikator luar harus diketahui dulu perkiraan jumlah titran yang diperlukan,
sebab kalau tidak tahu perkiraan jumlah titran yang dibutuhkan, maka akan sering
melakukan pengujian apakah sudah tercapai titik akhir titrasi atau belum. Di
samping itu, kalau sering melakukan pengujian, dikhawatirkan akan banyak
larutan yang dititrasi (sampel) yang hilang pada saat pengujian titik akhir.
Sementara itu pada pemakaian indikator dalam walaupun perlakuannya mudah tetapi
sering kali untuk senyawa yang berbeda akan memberikan warna yang berbeda.
Untuk mengatasi hal ini, maka akan digunakan metode pengamatan titik akhir
secara potensiometri (Gandjar, 2007).
c. Secara Potensiometri
Metode yang baik untuk penetapan titik akhir
nitrimetri adalah metode potensiometri dengan menggunakan electrode
kolomelplatina yang dicelupkan ke dalam nitrat. Pada saat titik akhir titrasi
(adanya kelebihan asam nitrit), akan terjadi perubahan arus yang sangat tajam
sekitar +0,80 Volt sampai +0,90 Volt. Metode ini sangat cocok untuk sampel
dalam bentuk sediaan sirup berwarna (Underwood, 2004).
Monografi
1.
Acetaminophenum
Sinonim : Paracetamol
BM : 151,56
RM : C8H9NO2
Kadar : Mengandung
tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2 dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan.
Pemerian : Hablur atau hablur serbuk putih; tidak berbau;
rasa pahit.
Kelarutan : Larut
dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P, dalam 13 bagian aseton P,
dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P; larut dalam
larutan alkali hidroksida.
2. Saccharum Lactis
Sinonim : Laktosa
BM : 36,30
RM : C12H22O11.H2O
Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa agak
manis.
Kelarutan : Larut
dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih; sukar larut dalam etanol
(95%) P; praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
3. Natrii
Nitrit
Sinonim : Natrium Nitrit
BM : 69
RM : NaO2
Pemerian : Hablur atau granul; tidak berwarna; atau putih
kekuningan.
Kelarutan : Larut
dalam 1,5 bagian air; agak sukar larut dalam etanol (95%) P.
4. Aqua
Destillata
Sinonim :
Air Suling
BM :
18,02
RM :
H2O
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau;
tidak mempunyai rasa.
Daftar Pustaka
Gandjar, I. G. dan Abdul
R. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Harjadi,
W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar.
Gramedia. Jakarta.
Rivai,
H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia.
Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Maryani. 2012. Modul Menerapkan Dasar-dasar Kerja di
Laboratorium Resep dan Kimia. Jakarta: Erlangga.
Khopkhar,
S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik.
Jakarta: UI Press.
Underwood, A.L. dan R.A. Day, Jr.
2004. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi
Keenam. Jakarta: Erlangga.
0 komentar:
Posting Komentar