Rabu, 03 Mei 2017

MAKALAH Penetapan Kadar Paracetamol Dalam Saccharum Lactis Secara Nitrimetri Praktikum Analisa Obat I


MAKALAH

Penetapan Kadar Paracetamol Dalam Saccharum Lactis Secara Nitrimetri

Praktikum Analisa Obat I

Grup C



Akhmad Andy Sandra

1543057052



UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

JAKARTA



Salah satu metode yang termasuk dalam titrasi redoks adalah diazotasi (nitritometri). Titrasi diazotasi berdasarkan pada pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatis bebas yang direaksikan dengan asam nitrit, dimana asam nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan natrium nitrit dengan suatu asam.

Titrasi diazotasi sangat sederhana dan sangat berguna untuk menetapkan kadar senyawa-senyawa antibiotik sulfonamida dan juga senyawa-senyawa anestesika lokal golongan asam amino benzoat.

Metode titrasi diazotasi disebut juga dengan nitrimetri yakni metode penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku natrium nitrit. Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium (Gandjar, 2007).

Zat yang dapat dititrasi dengan nitrimetri adalah zat yang mengandung gugus –NH2 (amin) aromatis primer atau zat lain yang dapat dihidrolisis/direduksi menjadi amin aromatis primer (Harjadi, 1986).

Titrasi nitrimetri merupakan titrasi yang dipergunakan dalam analisa senyawa-senyawa organik, khususnya untuk persenyawaan amina primer. Penetapan kuantitas zat didasari oleh reaksi antara fenil amina primer (aromatic) dengan natrium nitrit dalam suasana asam menbentuk garam diazonium. Reaksi ini dikenal dengan reaksi diazotasi, dengan persamaan yang berlangsung dalam dua tahap seperti dibawah ini:

NaNO2 + HCl → NaCl + HNO2 Ar- NH2 + HNO2 + HCl → Ar-N2Cl + H2O

Reaksi ini tidak stabil dalam suhu kamar, karena garam diazonium yang terbentu mudah tergedradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen. Sehingga reaksi dilakukan pada suhu dibawah 15o C. Reaksi diazotasi dapat dipercepat dengan panambahan garam kalium bromida. Reaksi dilakukan dibawah 15 o C, sebab pada suhu yang lebih tinggi garam diazonium akan terurai menjadi fenol dan nitrogen. Reaksi diazonasi dapat dipercepat dengan menambahkan kalium bromida (Rivai, 1995).

Penentuan titik akhir titrasi dapat dilakukan secara:

1. Visual

Dengan indikator dalam, dengan tropeolin-OO (5 tetes) dan metilen blue (3 tetes). Indikator dalam adalah indicator yang dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, penggunaan indicator dalam mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu:

a.    Kelebihan :

·   cara kerja cepat dan praktis

·   dapat dilakukan pada suhu kamar

b.    Kekurangan :

·   penggunaan terbatas hanya untuk beberapa zat saja, untuk beberapa zat lainnya perubahannya tidak jelas.

Dengan indicator luar, dengan pasta kanji-KI. Indikator luar diletakkan diluar Erlenmeyer.

a.    Kelebihan :

·   untuk beberapa zat lebih tepat dipakai karena perubahan warna lebih jelas

b.    Kekurangan :

·   cara kerja tidak praktis

·   terlalu sering menotol menyebabkan adanya kemungkinan zat terbuang

·   titrasi harus dilakukan pada suhu dibawah 15°C

2. Elektrometri (Potensiometri)

Elektroda yang digunakan adalah sepasang elektroda platinum, atau elektroda natrium. Titik akhir ditandai dengan terdepolarisasinya elektroda tersebut sehingga jarum petunjuk pada galvanometer tidak kembali ketempat semula.

Prinsip titrasi nitrimetri adalah reaksi diazotasi, yaitu :

1.    Pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatik primer (amin aromatik sekunder dan gugus nitro aromatik). Contoh zat yang memiliki gugus amin aromatik primer adalah benzokain. Contoh zat yang memiliki gugus amin aromatis sekunder adalah parasetamol dan fenasetin. Contoh zat yang memiliki gugus nitroaromatik adalah kloramfenikol.

2.    Pembentukan senyawa nitrosamine dari amin alifatik sekunder. Contoh zat yang mempunyai gugus amin alifatis adalah Na siklamat.

3.    Pembentukan senyawa azo dari gugus hidrazida. Contoh zat yang memiliki gugus hidrazida adalah INH.

4.    Pemasukkan gugus nitro yang jarang terjadi karena sulitnya titrasi dengan menggunakan asam nitrit dalam suasana asam.

Dalam nitrimetri, berat ekivalen suatu senyawa sama dengan berat molekulnya karena 1 mol senyawa bereaksi dengan 1 mol asam nitrit dan menghasilkan 1 mol garam diazonium. Dengan alasan ini pula, untuk nitrimetri, konsentrasi larutan baku sering dinyatakan dengan molaritas (M) karena molaritasnya sama dengan normalitasnya (Maryani, 2012).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam titrasi nitrimetri adalah :

1.    Suhu

Pada saat melakukan titrasi, suhu harus berada antara 5-15°C, walaupun sebenarnya pembentukan garam diazonium berlangsung pada suhu yang lebih rendah yaitu 0-5°C. Pada temperatur 5-15°C digunakan KBr sebagai stabilisator. Titrasi tidak dapat dilakukan pada suhu tinggi karena:

·      HNO2 yang terbentuk akan menguap pada suhu tinggi

·      Garam diazonium yang terbentuk akan terurai menjadi fenol

Apabila digunakan indicator luar, suhu harus dibawah 15°C karena bila suhu tinggi garam diazonium akan pecah uap NO hasil tidak akurat, bila menggunakan indicator dalam suhunya tidak harus 15°C tetapi harus tetap dijaga supaya tidak terlalu tinggi.

2. Keasaman

Titrasi ini berlangsung pada pH ± 2 hal ini dibutuhkan untuk:

·      Mengubah NaNO2 menjadi HNO2

·      Pembentukan garam diazonium

pH harus asam karena apabila keasaman kurang maka titik akhir titrasi tidak jelas dan garam diazonium yang terbentuk tidak sempurna karena garam diazonium tidak stabil pada suasana netral atau basa pemakaian KBr boleh dilakukan ataupun tidak, tetapi apabila tidak ditambahkan KBr suhu harus dibawah 15°C bila menggunakan indicator luar, hati-hati pada reaksi titik akhir palsu.

3. Kecepatan Reaksi

Reaksi diazotasi berlangsung lambat sekali, sehingga agar reaksi sempurna maka titrasi harus dilakukan perlahan-lahan dan dengan pengocokan yang kuat. Frekuensi tetesan pada awal titrasi kira-kira 1 ml/menit, lalu menjelang titik akhir menjadi 2 ml/menit. Karena asam nitrit terbentuk pada suasana asam, penambahan KBr pada titrasi nitrimetri diperlukan sebagai:

1.    Katalisator, yaitu untuk mempercepat reaksi, karena KBr dapat mengikat NO2 membentuk nitrosobromid, yang akan meniadakan reaksi tautomerasi dari bentuk keto dan langsung membentuk enol.

2.    Stabilisator, yaitu untuk mengikat NO2 agar asam nitrit tidak terurai atau menguap.

Penetesan NaNO2 dari buret jangan terlalu cepat karena pembentukan garam diazonium memerlukan waktu yang lama. Bila penetesan terlalu cepat HONO belum bereaksi dengan sampel begitu diteteskan dengan indicator luar akan menimbulkan warna biru langsung, maka hasil tidak akurat.

Indikator

Pada titrasi diazotasi, penentuan titik akhir titrasi dapat menggunakan indikator luar, indikator dalam, dan secara potensiometri (Gandjar, 2007).

a.    Indikator Luar

Indikator luar yang digunakan adalah pasta kanji-iodida atau dapat pula menggunakan kertas kanji-iodida. Ketika larutan digoreskan pada pasta atau kertas, adanya kelebihan asam nitrit akan mengoksidasi iodide menjadi iodium dan dengan adanya kanji atau amilum akan menghasilkan warna biru segera. Indikator kanji-iodida ini peka terhadap kelebihan 0,05 – 0,10 ml natrium nitrit dalam 200 ml larutan. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut (Khopkhar, 1990):

NaNO2 + HCl        HNO2 + NaCl

KI + HCl        KCl +HI

2 HI + 2 HONO       I2 + 2 NO + 2 H2O

I2 + kanji       kanji iod (biru)

Titik akhir titrasi tercapai apabila pada penggoresan lautan yang dititrasi pada pasta kanji-iodida atau kertas kanji-iodida akan terbentuk warna biru juga terbentuk beberapa saat setelah dibiarkan di udara. Hal ini disebabkan karena oksidasi iodida oleh udara (O2) menurut reaksi:

4 KI + 4 HCl + O2       2H2O + 2 I2 + 4 KCl

I2 + kanji        kanji iod (biru)

Untuk meyakinkan apakah benar-benar sudah terjadi titik akhir titrasi, maka pengujian seperti di atas dilakukan lagi setelah dua menit. Dengan indikator luar, dengan pasta kanji-KI mempunyai kelebihan dan kekurangan yaitu sebagai berikut :

a.    Kelebihan

1.    Untuk beberapa zat lebih tepat dipakai karena perubahan warna lebih jelas.

b.    Kekurangan :

1.    Cara kerja tidak praktis

2.    Terlalu sering menguap  menyebabkan adanya kemungkinan zat terbuang.

3.    Titrasi harus dilakukan pada suhu dibawah 15°C

4.    Harus diketahui jumlah volume titran yang dibutuhkan. Bila tidak, titrasi akan berlangsung sangat lama yang berarti makin banyak larutan yang dititrasi hilang (karena digoreskan pada pasta kanji iodida untuk mengetahui titik akhir titrasi).

b. Indikator Dalam

Indikator dalam terdiri atas campuran tropeolin OO dan metilen biru. Tropoelin OO merupakan indikator asam-basa yang berwarna merah dalam suasana asam dan berwarna kuning bila dioksidasi oleh adanya kelebihan asam nitrit, sedangkan metilen biru sebagai pengkontras warna sehingga pada titik akhir titrasi akan terjadi perubahan dari ungu menjadi biru sampai hijau tergantung senyawa yang dititrasi (Gandjar, 2007).

Pada pemakaian Indikator dalam ini ternyata mempunyai kelebihan yaitu sebagai berikut :

·      Cara kerja cepat dan praktis.

·      Dapat dilakukan pada suhu kamar.

Pemakaian kedua indikator ini ternyata memiliki kekurangan. Pada indikator luar harus diketahui dulu perkiraan jumlah titran yang diperlukan, sebab kalau tidak tahu perkiraan jumlah titran yang dibutuhkan, maka akan sering melakukan pengujian apakah sudah tercapai titik akhir titrasi atau belum. Di samping itu, kalau sering melakukan pengujian, dikhawatirkan akan banyak larutan yang dititrasi (sampel) yang hilang pada saat pengujian titik akhir. Sementara itu pada pemakaian indikator dalam walaupun perlakuannya mudah tetapi sering kali untuk senyawa yang berbeda akan memberikan warna yang berbeda. Untuk mengatasi hal ini, maka akan digunakan metode pengamatan titik akhir secara potensiometri (Gandjar, 2007).

c. Secara Potensiometri

Metode yang baik untuk penetapan titik akhir nitrimetri adalah metode potensiometri dengan menggunakan electrode kolomelplatina yang dicelupkan ke dalam nitrat. Pada saat titik akhir titrasi (adanya kelebihan asam nitrit), akan terjadi perubahan arus yang sangat tajam sekitar +0,80 Volt sampai +0,90 Volt. Metode ini sangat cocok untuk sampel dalam bentuk sediaan sirup berwarna (Underwood, 2004).

Monografi

1. Acetaminophenum

Sinonim          :  Paracetamol

BM                 :  151,56

RM                 :  C8H9NO2

Kadar              :  Mengandung tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Pemerian        :  Hablur atau hablur serbuk putih; tidak berbau; rasa pahit.

Kelarutan        :  Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P; larut dalam larutan alkali hidroksida.

2. Saccharum Lactis


Sinonim          :  Laktosa

BM                 :  36,30

RM                 :  C12H22O11.H2O

Pemerian        :  Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa agak manis.

Kelarutan        :  Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih; sukar larut dalam etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P.

3. Natrii Nitrit

Sinonim          :  Natrium Nitrit

BM                 :  69

RM                 :  NaO2

Pemerian        :  Hablur atau granul; tidak berwarna; atau putih kekuningan.

Kelarutan        :  Larut dalam 1,5 bagian air; agak sukar larut dalam etanol (95%) P.

4. Aqua Destillata

Sinonim          : Air Suling

BM                 : 18,02

RM                 : H2O

Pemerian         :  Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.



Daftar Pustaka



Gandjar, I. G. dan Abdul R. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia. Jakarta.

Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Maryani. 2012. Modul Menerapkan Dasar-dasar Kerja di Laboratorium Resep dan Kimia. Jakarta: Erlangga.

Khopkhar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.

Underwood, A.L. dan R.A. Day, Jr. 2004. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

0 komentar:

Posting Komentar