Jumat, 01 November 2019

MAKALAH EVALUASI SEDIAAN TRANSDERMAL


MAKALAH
EVALUASI SEDIAAN TRANSDERMAL

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmasi Industri
pada Program Studi Profesi Apoteker




UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS FARMASI
2018


1.      Pengamatan Organoleptik Film Transdermal
Pengamatan organoleptik meliputi pengamatan terhadap warna, bau dan perubahan tekstur.
2.      Pengujian Bobot Matriks FilmTransdermal
Pengujian bobot matriks filmpada tiap formula dilakukan dengan cara menimbang satu persatu matrik. Uji Keseragaman bobot dengan cara dihitung bobot individu dari 10 patch secara acak dan menghitung berat rata-ratanya. Bobot individu seharusnya tidak menyimpang secara signifikan dari berat rata-rata (Samanta, et al., 2003).
Alat : timbangan analitik dan kertas perkamen
Bahan : sediaan transdermal
Prosedur :
Nyalakan Tombol ON. Timbang kertas perkemen kosong kemudian tekan TARE. Ambil sediaan transdermal lihat timbangan berapa gram yang tertera.  Memenuhi syarat jika sediaan transdermal memiliki standar deviasi yang kecil. 

3.      Pengujian Ketebaalan Matrik FilmTransdermal                   
Ketebalan film polimer dihitung menggunakan mikroskopik, dial gauge, screw gauge atau micrometer pada berbagai titik filma polimer (Aquil, et al., 2004).
Alat: Jangka sorong
Bahan: Sediaan transdermal
Prosedur:
Ambil jangka sorong. Siapkan sediaan transdermal, atur ketebalannya. Persepsikan nilai yang terukur pada jangka sorong.


4.      Pengukuran pH Permukaan FilmTransdermal
Film dimasukan kedalam beacker glass yang berisi aquades selama 5 menit kemudian ukur pH aquadest yang telah dimasukan tersebut.
Alat: pH meter, beaker glass, aquades, dapar standar
Bahan: sediaan transdermal
Prosedur:
-          Kalibrasi pH meter:
Siapkan pH meter, cuci elektroda, masukan pada dapar standar pH asam, cek nilai pH, bilas dengan aquades, lakukan hal yang sama dengan menggunakan dapar standar pH basa. pH meter siap digunakan.
-          Pengukuran pH:
Siapkan sedian patch transdermal. Larutkan sediaan dengan manggunakan aquades hingga larut. Cek pH sediaan. 

5.      Uji Ketahanan Lipatan Matriks Patach Transdermal (Folding Endurance)
Uji daya tahan lipat melibatkan penentuan kapasitas lipatan dari film polimer yang dikenai dengan kondisi lipatan ekstrim yang sering terjadi. Daya tahan lipat ditentukan dengan melipat-lipatnya di tempat yang sama hingga pecah. Seringkali dilm polimer bisa dilipat di tempat yang sama tanpa putus dan memberikan nilai daya tahan lipat (Ubaidulla, et al., 2007).

6.      Uji Freeze Thaw
Metode freeze thaw dilakukan dengan menyimpan sediaan pada suhu 4oC selama 48 jam kemudian dipindahkan kesuhu 40oC selama 48 jam selama 3 siklus dengan membandingkan nilai keseragaman bobot dan nilai kandungan lembab sebelum dan sesudah penyimpanan dipercepat.

7.      Uji kandungan lembab (Moisture Content) Matriks Film Transdermal
Uji kelembaban dilakukan dengan menyiapkan film yang ditimbang secara terpisah dan disimpan dalam desikator yang mengandung kalsium klorida pada suhu kamar selama 24 jam. Film-film polimer ditimbang lagi setelah interval waktu yang ditentukan sampai beratnya konstan. Persentase kandungan air dihitung dengan menggunakan rumus:

%Moisture content=  ((initial weight-final weight))/(final weight)  x 100

(Bagyalakshmi, et al., 2007)
Matriks ditimbang satu persatu dan dimasukan ke dalam deksikator selama 24 jam kemudian matrik kembali ditimbang satu persatu setelah penyimpanan dalam deksikator tersebut. Selanjutnya dihitung selisih bobot matriks sebelum dan sesudah dimasukan dalam deksikator. Hasil perhitungan tersebut dinyatakan sebagai angka persentase susut pengeringan.

8.      Uji Daya Serap Kelembaban (Moisture uptake)
Serapan kelembaban diuji dengan cara film polimer yang telah ditimbang disimpan dalam desikator pada suhu kamar selama 24 jam. Kemudian diambil diatur kelembabannya hingga 84% dengan menggunakan larutan jenuh kalium klorida dalam desikator hingga berat dari film polimer tersebut konstan. Persentase penyerapan air dihitung dengan menggunakan rumus:

%Moisture uptake=  (final weight-initial weight)/(initial weight)  x 100

                                                                     (Bagyalakshmi, et al., 2007)


9.      Uji Keamanan (Iritan)
Pengujian keamanan sediaan yang dibuat dilakukan dengan uji iritasi terhadap 10 orang responden. Teknik yang digunakan adalah uji tempel terbuka (Patched test), yang dilakukan dengan menempelkan filmpada punggung tangan responden dan dibiarkan terbuka. Bagian yang diolesi dibiarkan terbuka selama 5 menit dan mengamati kemungkinan terjadinya iritasi pada kulit. Jika  tidak terjadi reaksi apapun diberi tanda (-), bila kulit memerah diberi tanda (+) dan bila terjadi pembengkakan diberi tanda (++).

10.  Uji Persentase Pemanjangan
Persentase pemanjangan adalah perubahan panjang maksimum yang dapat dialami bahan pada saat mengalami peregangan atau ditarik sammpai sebelum bahan itu robek. Perubahan pemajangan panjang dapat terlihat apabila film sobek.

11.  Daya Tarik (tensile strength)
Untuk menentukan daya Tarik dari film polimer, film polimer tersebut diapit secara terpisah dengan menggunakan plat besi linier yang dikeringkan. Salah satu ujung dari film polimer tersebut tetap terjaga dengan bantuan layer besi dan ujung lainnya terhubung dengan benang yang bisa digerakkan secara bebeas di atas katrol. Bobot ditambahkan secara bertaha ke dalam panic yang terpasang pada ujung gantung benang. Sebuah pointer pada benang digunakan untuk mengukur perpanjangan film. Berat hanya cukup untuk memecahkan film polimer yang diperhatikan. Daya Tarik dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Tensile Strength=  F/( a .b ^((1+L/l) ) )

F adalah daya Tarik yang dibutuhkan untuk memutuskan. A adalah lebar film. B adalah ketebalan film. L adalah Panjang film. l adalah perpanjangan film saat break point. Dalam studi lain, daya Tarik ditentukan dengan bantuan penganalisis tekstur. Kekuatan dan pemanjangan diukur saat film pecah (Khan, et al., 2000).




Daftar Pustaka

Aquil, M., Ali, A., Sultana, Y., Najmi, A. K. 2004. Fabrication and Evaluation of Polymeric Films For Transdermal Delivery of Pinacidil. Pharmazie,Vol. 59: 631-635.
Bagyalakshmi, J., Vamsikrishna, R. P., Manavalan, R., Ravi, T. K., Manna, P. K. 2007.  Formulation Development and In Vitro and In Vivo Evaluation of Membrane Moderated Transdermal Systems of Ampicilline Sodium In Ethanol, Ph 4.7 Buffer Solvent System. AAPS PharmSciTec. Vol. 8. Article 7.
Khan, T. A., Peh, K. K., Chung, H. S. 2000. Mechanical, Bioadhesive Strength and Biological Evaluation of Chitosan Film for Wound Dressing. J Pharm Pharmceut Sci. Vol. 3: 303-311.
Samanta, M. K., Dube, R., Suresh, B. 2003.  Transdermal Drug Delivery System of Haloperidol to Overcome Self Induced Extrapyramidal Syndrome. Drug Dev Ind Pharm. Vol. 29: 405-415.
Ubaidulla, U., Reddy, M. V., Ruckmani, K., Ahmad, F. J., Khar, R. K. 2007. Transdermal Therapeutic System of Carvedilol: Effect of Hydrophilic and Hydrophobic Matrix on In Vitro And In Vivo Characteristics. AAPS Pharm Sci Tech. Vol.  8(1). Article 2.

0 komentar:

Posting Komentar