Jumat, 01 November 2019

MAKALAH PENGUJIAN SEDIAAN INFUS


MAKALAH
PENGUJIAN SEDIAAN INFUS

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmasi Industri
pada Program Profesi Apoteker




UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS FARMASI
2018




Infus adalah sediaan steril, dapat berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen, sedapat mungkin isotonis dengan darah, disuntikkan langsung ke dalam vena dalam volume yang relatif besar. Infus intravena harus jernih dan praktis bebas partikel (The Departement of Health, Social Service and Public Safety, 2002 – British Pharmacope 2009). Kecuali dinyatakan lain, infus intravena tidak boleh mengandung bakterisida atau dapar (Lachman, 1993).
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembuatan infus intravena, yaitu:
1.      Sediaan steril berupa larutan atau emulsi (Departemen Kesehatan RI, 1995).
2.      Bebas pirogen (Departemen Kesehatan RI, 1995).
3.      Sedapat mungkin dibuat isotonis dan isohidris terhadap darah.
4.      Infus intravena tidak mengandung bakterisida dan zat dapar.
5.      Larutan untuk infus intravena harus jernih dan praktis bebas partikel.
6.      Volume netto/volume terukur tidak kurang dari nilai yang ada pada etiket sediaan.
7.      Memenuhi persyaratan lain yang tertera pada injeksi. Kecuali dinyatakan lain, syarat injeksi meliputi:
·         Keseragaman volume
·         Keseragaman bobot
·         Pirogenitas
·         Sterilitas
·         Penyimpanan dalam wadah dosis tunggal
·         Penandaan: etiket menyatakan konsentrasi mosmol total dalam satuan mosmol/L (Departemen Kesehatan RI, 1995).

Evaluasi Fisika
1.       Uji Bahan Partikulat dalam Injeksi (suplemen FI IV, 1533-15)
Tujuan:
Menghitung partikel asing subvisibel dalam rentang ukuran tertentu.
Prinsip:
Prosedurnya dengan cara memanfaatkan sensor penghamburan cahaya, jika tidak memenuhi batas yang ditetapkan maka dilakukan pengujian mikroskopik. Pengujian mikroskopik ini menghitung bahan partikulat subvisibel setelah dikumpulkan pada penyaring membran mikropori.
Hasil:
·         Penghamburan cahaya: hasil perhitungan jumlah total butiran baku yang terkumpul pada penyaring harus berada dalam batas 20% dari hasil perhitungan partikel kumulatif rata-rata per mL.
·         Mikroskopik: injeksi memenuhi syarat jika partikel yang ada (nyata atau menurut perhitungan) dalam tiap unit tertentu diuji melebihi nilai yang sesuai dengan yang tertera pada FI.

2.       Penetapan pH (Suplemen FI IV, hlm. 1572-1573)
Alat:
pH meter
Tujuan:
Mengetahui pH sediaan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan
Prinsip:
Pengukuran pH cairan uji menggunakan potensiometri (pH meter) yang telah dibakukan sebagaimana mestinya yang mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH menggunakan elektrode indikator yang peka, elektrode kaca, dan electrode pembanding yang sesuai.
Hasil:
pH sesuai dengan spesifikasi formulasi sediaan yang ditargetkan.

3.       Uji Kejernihan:
Uji kejernihan untuk larutan steril adalah dengan menggunakan latar belakang putih dan hitam di bawah cahaya lampu untuk melihat ada tidaknya partikel viable.

4.       Uji Kebocoran (Goeswin Agoes, 2009, 191-192)
Tujuan:
Memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas dan volume serta kestabilan sediaan.
Prinsip:
Untuk cairan bening tidak berwarna (a) wadah takaran tunggal yang masih panas setelah selesai disterilkan dimasukkan ke dalam larutan metilen biru 0,1%. Jika ada wadah yang bocor maka larutan metilen biru akan masuk ke dalam karena perubahan tekanan di luar dan di dalam wadah tersebut sehingga larutan dalam wadah akan berwarna biru.
Untuk cairan yang berwarna (b) lakukan dengan posisi terbalik, wadah takaran tunggal ditempatkan diatas kertas saring atau kapas. Jika terjadi kebocoran maka kertas saring atau kapas akan basah.
Hasil:
Sediaan memenuhi syarat jika larutan dalam wadah tidak menjadi biru (prosedur a) dan kertas saring atau kapas tidak basah (prosedur b)

5.       Uji Kejernihan dan Warna (Goeswin Agoes, 2009, 201-203)
Tujuan:
Memastikan bahwa setiap larutan obat suntik jernih dan bebas pengotor
Prinsip:
Wadah-wadah kemasan akhir diperiksa satu persatu dengan menyinari wadah dari samping dengan latar belakang hitam untuk menyelidiki pengotor berwarna putih dan latar belakang putih untuk menyelidiki pengotor berwarna.
Hasil:
Memenuhi syarat bila tidak ditemukan pengotor dalam larutan.

Evaluasi Kimia
Prosedur evaluasi kimia harus mengacu terlebih dahulu pada data monografi sediaan (dibuku Farmakope Indonesia atau buku kompendial lain)
1.       Identifikasi
2.       Penetapan Kadar

Evaluasi Biologi
1.       Uji Sterilitas (suplemen FI IV, 1512-1519)
Tujuan:
Menetapkan apakah sediaan yang harus steril memenuhi syarat berkenaan dengan uji sterilitas seperti tertera pada masing-masing monografi.
Prinsip:
Menguji sterilitas suatu bahan dengan melihat ada tidaknya pertumbuhan mikroba pada inkubasi bahan uji menggunakan cara inokulasi langsung atau filtrasi secara aseptik. Media yang digunakan adalah Tioglikonat cair dan Soybean Casein Digest
Hasil:
Memenuhi syarat jika tidak terjadi pertumbuhan mikroba setelah inkubasi selama 14 hari. Jika dapat dipertimbangkan tidak absah maka dapat dilakukan uji ulang dengan jumlah bahan yang sama dengan uji aslinya.

6.       Uji Endotoksin Bakteri (suplemen FI IV, 1527-1532)
Tujuan:
Mendeteksi atau kuantisasi endotoksin bakteri yang mungkin terdapat dalam suatu sediaan.
Prinsip:
Pengujian dilakukan menggunakan Limulus Amebocyte Lysate (LAL). Teknik pengujian dengan menggunakan jendal gel dan fotometrik.
Teknik Jendal Gel pada titik akhir reaksi dibandingkan langsung enceran dari zat uji dengan enceran endotoksin yang dinyatakan dalam unit endotoksin FI.
Teknik fotometrik (metode turbidimetri) yang didasarkan pada pembentukan kekeruhan.
Hasil:
Bahan memenuhi syarat uji jika kadar endotoksin tidak lebih dari yang ditetapkan pada masing-masing monografi.

7.       Uji Pirogen untuk volume sekali penyuntikan > 10 mL (FI IV, 908-909)
Tujuan:
Untuk membatasi resiko reaksi demam pada tingkat yang dapat diterima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi.
Prinsip:
Pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan larutan uji secara IV dan ditujukan untuk sediaan yang dapat ditoleransi dengan uji kelinci dengan dosis penyuntikan tidak lebih dari 10 mL/kg bb dalam jangka waktu tidak lebih dari 10 menit.
Prosedur:
Penyiapan Endotoksin dan LAL
a.       Penyiapan Endotoksin
Standar kontrol endotoksin yang tersedia adalah 2500 EU/vial. Sebanyak 10 mL LAL Reagent Water dimasukkan ke dalam vial endotoksin sehingga diperoleh endotoksin 250 EU/mL. Kemudian dilakukan pengenceran endotoksin sebagai berikut :
1.      Endotoksin 25 EU/mL
Sebanyak 1 mL endotoksin 250 EU/mL ditambah dengan 9 mL LAL Reagent Water (LRW).
2.      Endotoksin 2,5 EU/mL
Sebanyak 1 mL endotoksin 25 EU/mL ditambah dengan 9 mL LRW.
3.      Endotoksin 0,5 EU/mL
Sebanyak 1 mL endotoksin 2,5 EU/mL ditambah dengan 4 mL LRW.
b.      Penyiapan LAL
Pereaksi LAL yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pyrotell® LAL Single Test Vial yang hanya dapat digunakan untuk sekali pakai. Sensitivitas dari LAL ini adalah sebesar 0,25 EU/mL. Vial yang berisi LAL dapat langsung digunakan untuk menguji endotoksin dalam sediaan injeksi natrium klorida yang telah dibuat.
Prosedur Metode Gel-Clot
a.       Kontrol positif
Penelitian dilakukan di dalam Laminar Air Flow (LAF). Pyrosol® Reconstitution Buffer dimasukkan ke dalam larutan endotoksin 0,5 EU/mL sebanyak 2-3 tetes sampai diperoleh pH dengan rentang 6-8 . Kemudian larutan endotoksin yang telah ditambah buffer diambil sebanyak 0,2 mL menggunakan mikropipet dan dimasukkan ke dalam Pyrotell® LAL Single Test Vial (STV). Campuran dalam vial dikocok menggunakan pencampur vortex selama 1-2 detik, kemudian vial dimasukkan ke dalam inkubator dan diinkubasi pada suhu 37±1oC selama 60±2 menit.
b.      Kontrol Negatif
Pyrosol® Reconstitution Buffer dimasukkan ke dalam LAL Reagent Water (LRW) sebanyak 2-3 tetes sampai diperoleh pH dengan rentang 6-8 . Kemudian LRW yang telah diberi buffer diambil sebanyak 0,2 mL menggunakan mikropipet dan dimasukkan ke dalam Pyrotell® LAL Single Test Vial. Campuran dalam vial dikocok menggunakan pencampur vortex selama 1-2 detik, kemudian vial dimasukkan ke dalam inkubator dan diinkubasi pada suhu 37±1oC selama 60±2 menit.
c.       Pengujian Sediaan Injeksi Intravena
(Syah, dkk., 2009).
Hasil:
Setiap penurunan suhu dianggap nol. Sediaan memenuhi syarat bila tak seekor kelinci pun dari 3 kelinci menunjukkan kenaikan suhu 0,5° atau lebih. Jika ada kelinci yang menunjukkan kenaikan suhu 0,5° atau lebih lanjutkan pengujian dengan menggunakan 5 ekor kelinci. Jika tidak lebih dari 3 ekor dari 8 ekor kelinci masing-masing menunjukkan kenaikan suhu 0,5° atau lebih dan jumlah kenaikan suhu maksimum 8 ekor kelinci tidak lebih dari 3,3° sediaan dinyatakan memenuhi syarat bebas pirogen.

8.      Penetapan Potensi Antibiotik (khusus jika zat aktif antibiotik) (suplemen FI IV, 1519-1527)
Aktivitas (potensi) antibiotik dapat ditunjukkan pada kondisi yang sesuai dengan efek daya hambatnya terhadap mikroba.
Tujuan:
Untuk memastikan aktivitas antibiotik tidak berubah selama proses pembuatan larutan dan menunjukkan daya hambat antibiotik terhadap mikroba.
Prinsip:
Penetapan dengan lempeng silider atau “cawan” dan penetapan dengan cara “tabung” atau turbidimetri.
Hasil:
Potensi antibiotik ditentukan dengan menggunakan metode garis lurus transformasi log dengan prosedur penyesuaian kuadrat terkecil dan uji linieritas.


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 173-174; 519-521; 1044.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Suplemen I Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Lachman, Leon. 1993. Pharmaceutical Dosage Forms: Parenteral Medications. Volume 2, 2nd edition. New York: Marcell Dekker Inc.
Goeswin, A. 2009. Sediaan Farmasi Steril. Bandung: Penerbit ITB.
Syah, I.S.K., W. Sohadi dan C. Yessy. 2009. Uji Endotoksin Sediaan Injeksi Intravena Natrium Klorida Dengan Metode Gel-Clot. Farmaka. 7: 1.
The Department of Health, Social Service and Public Safety. British Pharmacopoeia. 2002. London. Halaman 1889.

0 komentar:

Posting Komentar