MAKALAH
PENGUJIAN SEDIAAN
KAPSUL
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmasi
Industri
pada Program Profesi Apoteker
UNIVERSITAS
PADJADJARAN
FAKULTAS FARMASI
2018
EVALUASI
SALEP/SALEP STERIL dan PASTA/PASTA STERIL
Evaluasi dalam
Proses (IPC)
SALEP /SALEP STERIL
DAN PASTA/PASTA STERIL
1.
Organoleptik (Goeswin Agoes,
Teknologi Farmasi Liquida & Semisolida, hal 127)
Tujuan: Memeriksa kesesuaian warna, tekstur dan
bau salep di mana sedapat mungkin mendekati dengan spesifikasi sediaan yang
telah ditentukan selama formulasi.
Prinsip: pemeriksaan warna dan bau salep
menggunakan panca indera.
Penafsiran hasil: warna, dan penampilan memenuhi
spesifikasi formulasi yaitu ……. (SESUAIKAN DENGAN Spec. Sediaan yang dibuat)
2.
Penetapan pH (FI IV hal
1039-1040)
Alat : pH meter
Tujuan : mengetahui pH sediaan sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan
Prinsip : pengukuran pH cairan uji menggunakan pH
meter yang telah dikalibrasi
Penafsiran hasil : pH sesuai dengan spesifikasi
formulasi sediaan yaitu ...... (Sesuaikan!!)
3.
Uji Homogenitas (Teknologi
Farmasi Likuida dan Semisolida, hal 127)
Tujuan : Menjamin
ke-homogenitas-an sediaan suspensi
Prinsip :
Homogenitas dapat ditentukan berdasarkan jumlah partikel maupun distribusi
ukuran partikelnya dengan pengambilan sampel pada berbagai tempat menggunakan
mikroskop untuk hasil yang lebih akurat atau jika sulit dilakukan atau
membutuhkan waktu yg lama, homogenitas dapat ditentukan secara visual.
Penafsiran Hasil :
suspensi yang homogen akan memperlihatkan jumlah atau distribusi ukuran
partikel yang relatif hampir sama pada berbagai tempat pengambilan sampel.
4.
Konsistensi
(Modul Praktikum Farmasi Fisika, 2002, hal 17-18 )
Tujuan : Menjamin
kemudahan penggunaan/pengolesan sediaan
Prinsip : Sediaan
semisolid termasuk sistem non-newton, jadi viskositasnya diukur dengan
viskometer Brookfield Helipath stand. Pengukuran konsistensi salep dilakukan
pada suhu kamar dengan menggunakan viskometer Brookfield Helipath stand yang
memakai spindel dan pada kecepatan (RPM) tertentu.
Penafsiran Hasil :
Viskositas yang diperoleh adalah ………
5.
Distribusi
ukuran partikel (Disperse System vol II 1989,hal. 670-672)
Tujuan :
menentukan distribusi ukuran partikel
Prinsip:
Menghitung frekuensi ukuran partikel dengan menggunakan mikroskop dan membuat
plot antara frekuensi ukuran terhadap range ukuran partikel
Penafsiran hasil :
Distribusi ukuran yang baik adalah yang menghasilkan kurva distribusi normal
Evaluasi
Akhir - Sediaan SALEP/SALEP STERIL
Evaluasi
Fisik
1.
Organoleptik
(Goeswin Agoes, Teknologi Farmasi Liquida & Semisolida, hal 127)
Tujuan: Memeriksa kesesuaian warna, dan
penampilan salep di mana sedapat mungkin mendekati dengan spesifikasi sediaan
yang telah ditentukan selama formulasi.
Prinsip: pemeriksaan warna dan penampilan
menggunakan panca indera.
Penafsiran hasil: warna, dan penampilan
memenuhi spesifikasi formulasi yaitu ……. (SESUAIKAN DENGAN Spec. Sediaan yang
dibuat)
2.
Isi
minimum (FI IV hal 997)
Tujuan: Menentukan kesesuaian isi minimum
salep dalam wadah dengan bobot yang tertera dalam penandaan dan volume
kelebihan yang dipersyaratkan dalam Farmakope Indonesia
Prinsip: Pengukuran isi sediaan salep
dalam wadah dilakukan dengan menghitung selisih bobot salep dalam wadah dengan
bobot wadah yang telah dikeluarkan isinya.
Hasil : perbedaan penimbangan adalah bobot
bersih wadah Bobot bersih rata-rata isi dari 10 wadah tidak kurang dari bobot
yang tertera di etiket dan tidak satu wadah pun yang bobot bersih isinya kurang
dari: (pilih salah satu, sesuaikan dgn sediaan) # 90% dari bobot tertera di
etiket (jika bobot di etiket 60 g atau kurang) # 95% dari bobot tertera di
etiket (jika bobot di etiket lebih dari 60 gram&kurang dari 150 gram) Jika
syarat tidak dipenuhi maka ditambahkan 20 wadah lagi. Bobot bersih rata-rata
isi dari 30 wadah tidak kurang dari yang tertera pada etiket dan hanya 1 wadah
yang bobot bersih isinya tidak memenuhhi syarat di atas.
3.
Uji Kebocoran , u/ semua yang
pake tube (FI IV hal 1086)
Tujuan : memeriksa keutuhan kemasan untuk
menjaga sterilitas dan volume serta kestabilan sediaan.
Prinsip : 10 tube sediaan dibersihkan dan
dikeringkan baik-baik bagian luarnya dengan kain penyerap. lalu tube diletakkan
secara horizontal di atas kain penyerap di dalam oven dengan suhu diatur pada
60o ± 3o selama 8 jam.
Hasil : tidak boleh terjadi kebocoran yang
berarti selama atau setelah pengujian selesai. Abaikan bekas krim yang
diperkirakan berasal dari bagian luar dimana terdapat lipatan dari tube atau
dari bagian ulir tutup tube. Jika terdapat kebocoran pada 1 tube tetapi tidak
lebih dari 1 tube, ulangi pengujian dengan 20 tube tambahan. Uji memenuhi
syarat jika: tidak ada satu pun kebocoran diamati dari 10 tube uji pertama,
atau kebocoran yang diamati tidak lebih dari 1 dari 30 tube yang diuji.
4.
Penentuan partikel
logam dalam SALEP MATA (FI IV , hal 1039)
Tujuan: Membatasi jumlah&ukuran
partikel logam yang diperbolehkan dalam sediaan salep mata.
Prinsip: Partikel logam dalam salep mata
ditentukan dengan penghitungan jumlah partikel berukuran 50μm atau lebih
menggunakan alat bantu mikroskop.
Syarat / penafsiran hasil: Memenuhi syarat
jika jumlah partikel dari 10 tube tidak lebih dari 50 partikel dan jika tidak
lebih dari 1 tube mengandung 8 partikel. Jika persyaratan tidak terpenuhi,
dilakukan penambahan uji sebanyak 20 tube, persyaratan dipenuhi jika jumlah
partikel logam yang berukuran 50μm atau lebih besar pada tiap dimensi dari 30
tube tidak lebih dari 150 partikel dan jika tidak lebih dari 3 tube
masing-masing mengandung 8 partikel.
5.
Uji Homogenitas (Teknologi
Farmasi Likuida dan Semisolida, hal 127)
Tujuan : Menjamin ke-homogenitas-an
sediaan suspensi
Prinsip : Homogenitas dapat ditentukan
berdasarkan jumlah partikel maupun distribusi ukuran partikelnya dengan
pengambilan sampel pada berbagai tempat menggunakan mikroskop untuk hasil yang
lebih akurat atau jika sulit dilakukan atau membutuhkan waktu yg lama,
homogenitas dapat ditentukan secara visual.
Penafsiran Hasil : suspensi yang homogen
akan memperlihatkan jumlah atau distribusi ukuran partikel yang relatif hampir
sama pada berbagai tempat pengambilan sampel.
6.
Uji pelepasan
bahan aktif dari sediaan (Tugas akhir Ivantina tentang pelepasan Diklofenak
dari sediaan salep)
Tujuan : Mengukur kecepatan pelepasan
bahan aktif dari sediaan
Prinsip : Mengukur kecepatan pelepasan
bahan aktif dari sediaan gel dengan cara mengukur konsentrasi zat aktif dalam
cairan penerima pada waktu – waktu tertentu.
Penafsiran hasil :bahan aktif dinyatakan
mudah terlepas dari sediaan apabila waktu tunggu ( waktu pertama kali zat aktif
ditemukan dalam cairan penerima) semakin kecil. Dan ini tergantung dari
pembawa, penambahan komponen lain dan jenis cairan penerima.
7.
Uji difusi bahan
aktif dari sediaan salep/gel (Tugas akhir Sriningsih, kecepatan difusi
kloramfenikol dari sediaan salep)
Tujuan : Mengetahui laju difusi bahan
aktif
Prinsip : Menguji difusi bahan aktif dari
sediaan salep/gel menggunakan suatu sel difusi dengan cara mengukur konsentrasi
bahan aktif dalam cairan penerima pada selang waktu tertentu.
Evaluasi Kimia
Prosedur
evaluasi kimia harus mengacu terlebih dahulu pada data monografi sediaan
(dibuku FI IV atau buku resmi lainnya)
1. Identifikasi
Metode utama,
prinsip, prosedur …. Mengacu pada Bab V.8 (di jurnal)
2. Penetapan kadar
Metode utama,
prinsip, prosedur … Mengacu pada Bab V.8 (di jurnal)
Evaluasi biologi
1.
Uji Sterilitas (untuk Salep
Steril)(FI IV, 855-863)
Tujuan :
menetapkan apakah sediaan yang harus steril memenuhi syarat berkenaan dengan
uji sterilitas seperti tertera pada masing-masing monografi.
Prinsip : Menguji
sterilitas suatu bahan dengan melihat ada tidaknya pertumbuhan mikroba pada
inkubasi bahan uji menggunakan cara inokulasi langsung atau filtrasi dalam
medium Tioglikonat cair dan Soybean Casein Digest prosedur uji dapat
menggunakan teknik inokulasi langsung ke dalam media pada 30-35oC selama tidak
kurang dari 7 hari.
Hasil : Tahap
Pertama: Memenuhi syarat uji jika pada interval waktu tertentu dan pada akhir
periode inkubasi, diamati tidak terdapat kekeruhan atau pertumbuhan mikroba
pada permukaan, kecuali teknik pengujian dinyatakan tidak absah. Jika ternyata
uji tidak absah, maka dilakukan pengujian Tahap Kedua. Tahap Kedua: Memenuhi
syarat uji jika tidak ditemukan pertumbuhan mikroba pada pengujian terhadap
minimal 2 kali jumlah sampel uji tahap
2.
Uji efektivitas
pengawet antimikroba
(khusus untuk formula yang menggunakan pengawet) (FI IV , hal 854-855)
Tujuan:
Menunjukkan efektifitas pengawet antimikroba yang ditambahkan pada sediaan
dosis ganda yang dibuat dengan dasar atau bahan pembawa berair seperti produk
parenteral yang dicantumkan pada etiket produk yang bersangkutan.
Prinsip:
Pengurangan jumlah mikroba yang dimasukkan ke dalam sediaan yang mengandung
pengawet dalam selang waktu tertentu dapat digunakan sebagai parameter efektifitas
pengawet dalam sediaan. Inokulasi mikroba pada sediaan dgn cara menginkubasi
tabung bakteri biologik (Candida Albicans, Aspergillus Niger, Pseudomonas
aeruginosa dan Staphylococcus aureus) yang berisi sampel dari inokula pada suhu
20-25°C dalam media Soybean-Casein
Digest Agar.
Syarat/penafsiran
hasil: Suatu pengawet dinyatakan efektif di dalam contoh yang diuji, jika:
a.
Jumlah
bakteri viabel pada hari ke-14 berkurang hingga tidak lebih dari 0,1% dari
jumlah awal.
b.
Jumlah
kapang & khamir viabel selama 14 hari pertama adalah tetap atau kurang dr
jmlh awal.
c.
Jumlah
tiap mikroba uji selama hari tersisa dari 28 hari pengujian adalah tetap atau
kurang dari bilangan yang disebut pada a dan b.
3.
Penetapan potensi
antibiotik secara mikrobiologi (untuk zat aktifnya antibiotik) (FI IV ,
hal 891- 899)
Tujuan : untuk
memastikan aktivitas antibiotik tidak berubah selama proses pembuatan laruta
dan menunjukkan daya hambat antibiotik terhadap mikroba.
Prinsip :
Pengukuran hambatan pertumbuhan biakan mikroba oleh antibiotik dalam sediaan
yang ditambahkan ke dalam media padat atau cair yang mengandung biakan mikroba
berdasarkan metode lempeng atau metode turbidimetri.
Penafsiran hasil :
Potensi antibiotik ditentukan dengan menggunakan metode garis lurus
transformasi log dengan prosedur penyesuaian kuadrat terkecil dan uji
linieritas (FI IV,hal 898). Harga KHM yang makin rendah, makin kuat potensinya.
Pada Umumnya antibiotik yang berpotensi tinggi mempunyai KHM yang rendah dan
diameter hambat yang besar
4.
Kandungan zat antimikroba (khusus untuk
formula yang menggunakan pengawet) (FI IV hal 939- 942)
Khusus Pengawet :
Metode I à Kromatografi gas
(Benzil alkohol, Klorbutanol, Fenol, Nipagin-Nipasol) Metode II à Polarigrafi (Fenil Raksa (II)
Nitrat, Timerosal)
Tujuan: Menentukan
kadar pengawet terendah yang masih efektif dan ditujukan untuk zat-zat yang
paling umum digunakan untuk menunjukkan bahwa zat yang tertera memang ada,
tetapi tidak lebih dari 20% dari jumlah yang tertera di etiket.
Prinsip: Penentuan
kandungan zat antimikroba menggunakan kromatografi gas atau polarografi
(sesuaikan dengan pengawet yang digunakan) Persyaratan : Produk harus
mengandung sejumlah zat antimikroba seperti yang tertera pada etiket ± 20%.
Penafsiran Hasil :
kandungan zat antimikroba dinyatakan dalam satuan b/v atau v/v.
0 komentar:
Posting Komentar