Minggu, 01 Desember 2019

MAKALAH PENGUJIAN SEDIAAN SUSPENSI


MAKALAH

PENGUJIAN SEDIAAN SUSPENSI

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmasi Industri
pada Program Profesi Apoteker


UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS FARMASI
2018



PENGUJIAN SEDIAAN SUSPENSI

A.    EVALUASI FISIKA
-          Distribusi Ukuran Partikel
Beberapa metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel:

a.      Metode Mikroskopik
Mikroskopik merupakan metode langsung yang sering digunakan pada penentuan ukuran partikel terutama sediaan suspensi dan emulsi. Cara Pengujian dilakukan melalui 2 cara, yaitu:
·         Cara 1
Digunakan untuk menentukan ukuran partikel antara 0,2-100 μm
-          Pada metode ini suspensi (yang sebelumnya diencerkan ataupun tidak) diteteskan pada slide (semacam objek glass). Kemudian besarnya akomodasi mikroskop diatur sehingga partikel terlihat dengan jelas.
-          Frekuensi ukuran yang diperoleh diplot terhadap range ukuran partikel sehingga diperoleh kurva distribusi ukuran partikel.
-          Jumlah partikel yang harus dihitung untuk memperoleh data yang baik adalah antara 300-500 partikel. Yang penting jumlah partikel yang ditentukan harus cukup sehingga diperoleh data yang representatif. British standard bahkan menetapkan pengukuran terhadap 625 partikel.
-          Jika distribusi ukuran partikel luas, dianjurkan untuk menentukan ukuran partikel dengan jumlah yang lebih besar lagi. Sedangkan, jika distribusi ukuran partikel sempit, 200 partikel sudah mencukupi.
-          Untuk memudahkan pengerjaan dan perhitungan akan lebih baik bila dilakukan pemotretan. Metode ini membutuhkan ketelitian, konsentrasi dan waktu yang cukup lama. Jika partikel yang ada dalam larutan lebih dari satu macam, sebaiknya tidak digunakan metode ini
Penafsiran Hasil : Distribusi ukuran partikel yang baik adalah distribusi normal pada kurvanya.
·         Cara 2
-          Larutkan sejumlah sampel yang cocok dengan volume yang sama dengan gliserol dan kemudian encerkan lebih lanjut. Bila perlu dengan campuran sejumlah volume yang sama dari gliserol dan air, sebagai alternatif digunakan paraffin sebagai pelarutnya (sesuai monografinya).
-          Teteskan cairan yang telah diencerkan tadi pada kaca objek.  Periksalah sebaran acaknya secara mikroskopik dengan menggunakan mikroskop resolusi yang cukup untuk mengobservasi partikel yang kecil.
-          Observasi dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada partikel atau tidak lebih dari beberapa partikel di atas ukuran maksimum yang diperbolehkan pada monografinya dan karena itu hitunglah presentasi partikel yang mempunyai diameter maksimum dalam batas yang ditetapkan.

b.      Metode Pengayakan
Metode ini menggunakan 1 seri ayakan standar yang telah dikalibrasi oleh National Bureau of Standards. Ayakan sering digunakan untuk pengklasifikasian/membagi-bagi ukuran partikel. Ayakan yang tersedia dengan ukuran 90 µm – 5 µm, dibuat dengan teknik photoetching & electroforming.
Berdasarkan US Pharmacopoeia untuk menguji kelembutan serbuk, sejumlah massa tertentu ditempatkan pada ayakan dalam pengocok mekanik (mechanical shaker). Serbuk ini dikocok selama waktu tertentu, dan material yang melewati ayakan dan ditahan pada ayakan berikutnya (next finer sieve) dikumpulkan kemudian ditimbang. Mengasumsikan distribusi logaritma normal, presentase kumulatif berat serbuk yang tertahan pada ayakan diplot dalam skala probabilitas terhadap logaritma aritmetik rata-rata ukuran partikel.

c.       Metode Sedimentasi
Ukuran partikel pada subsieve range dapat diperoleh melalui sedimentasi gravitasi berdasarkan hukum Stokes sebagai berikut:
V = h/t = dst2s – ρ 0) g / 18 η0
Keterangan:
ρ 0 = media dispersi
ρ s = kepadatan partikel
g = percepatan gravitasi
η0 = viskositas medium
h = jarak
v = kecepatan sedimentasi ( rate of settling )
dst = diameter rata-rata partikel berdasarkan kecepatan sedimentasi

d.      Metode Penentuan Volume Partikel
Instrumen yang populer digunakan untuk penentuan volume partikel adalah Coulter counter. Prinsip kerja dari alat ini adalah ketika partikel tersuspensi dalam cairan melewati lubang kecil.

-          Homogenitas
Homogenitas dapat ditentukan berdasarkan jumlah partikel maupun distribusi ukuran partikelnya dengan pengambilan sampel pada berbagai tempat (ditentukan menggunakan mikroskop untuk hasil yang lebih akurat). Jika sulit dilakukan atau membutuhkan waktu yang lama, homogenitas dapat ditentukan secara visual. Pengambilan sampel dilakukan pada bagian atas, tengah, atau bawah.
Prosedur : Sampel diteteskan pada kaca objek kemudian diratakan dengan kaca objek lain sehingga terbentuk lapisan tipis.Partikel diamati secara visual.
Penafsiran hasil : suspensi yang homogen akan memperlihatkan jumlah atau distribusi ukuran partikel yang relatif hampir sama pada berbagai tempat pengambilan sampel (suspensi dikocok terlebih dahulu).

-          Volume Sedimentasi dan Kemampuan Redispersi
Karena kemampuan meredispersi kembali merupakan salah satu pertimbangan utama dalam menaksir penerimaan pasien terhadap suatu suspensi dan karena endapan yang terbentuk harus dengan mudah didispersikan kembali dengan pengocokan sedang agar menghasilkan sistem yang homogen, maka pengukuran volume endapan dan mudahnya mendispersikan kembali membentuk dua prosedur yang paing umum.

a.      Volume Sedimentasi
Prinsip : Perbandingan antara volume akhir (Vu) sedimen dengan volume asal (Vo) sebelum terjadi pengendapan. Semakin besar nilai Vu, semakin baik suspendibilitasnya.
Cara : Sediaan dimasukkan ke dalam tabung sedimentasi yang berskala selanjutnya volume yang diisikan merupakan volume awal (Vo). Setelah beberapa waktu/hari diamati volume akhir dengan terjadinya sedimentasi. Volume terakhir tersebut diukur (Vu). Hitung volume sedimentasi (F). Buat grafik antara F (Sumbu Y) terhadap waktu (Sumbu X).
Penafsiran Hasil :
·         Bila F=1 dinyatakan sebagai “Flocculation equilibrium”, merupakan sediaan yang baik. Demikian bila F mendekati 1.
·         Bila F>1 terjadi “Floc” sangat longgar dan halus sehingga volume akhir lebih besar dari volume awal. Maka perlu ditambahkan zat tambahan.
·         Formulasi suspensi lebih baik jika dihasilkan kurva garis yang horizontal atau sedikit curam.
F = Vu/Vo
Keterangan :
F adalah volume sedimentasi dinyatakan dalam %
Vu adalah volume endapan atau sedimen
Vo adalah volume keseluruhan

b.      Kemampuan Redispersi
Metode penentuan reologi dapat digunakan untuk membantu menentukan perilaku suatu cairan dan penentuan pembawa dan bentuk struktur partikel untuk tujuan perbandingan. Penentuan redispersi dapat ditentukan dengan cara mengocok sediaannya dalam wadahnya atau dengan menggunakan pengocok mekanik. Keuntungan pengocokan mekanik ini dapat memberikan hasil yang reprodusibel bila digunakan dengan kondisi terkendali. Suspensi yang sudah tersedimentasi (ada endapan) ditempatkan ke silinder bertingkat 100 mL. Dilakukan pengocokan (diputar) 360˚ dengan kecepatan 20 rpm. Titik akhirnya adalah jika pada dasar tabung sudah tidak terdapat endapan.
Penafsiran Hasil : Kemampuan redispersi baik bila suspense telah terdispersi sempurna dengan pengocokan tangan maksimum 30 detik.

-          Bobot Jenis Sediaan dengan Piknometer
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25˚C terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila suhu ditetapkan dalam monografi, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada volume dan suhu yang sama. bila pada suhu 25˚C zat berbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada masing-masing monografi, dan mengacu pada air pada suhu 25˚C. Prosedur pengujiannya meliputi beberapa tahapan yaitu
1.      Gunakan piknometer bersih, kering, dan telah dikalibrasi dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru dididhkan, pada suhu 25˚C.
2.      Atur hingga suhu zat uji lebih kurang 20˚C, masukkan ke dalam piknometer.
3.      Atur suhu pikometer yang telah diisi hingga suhu 25˚C.
4.      Buang kelebihan zat uji dan timbang.
5.      Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot piknometer yang telah diisi.
6.      Bobot jenis adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat dengan bobot air, dalam piknometer. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi, keduanya ditetapkan pada suhu 25˚C.

-          Sifat Aliran dan Viskositas dengan Viskometer Brookfield
Viskosimeter Brookfield  merupakan viskosimeter banyak titik dimana dapat dilakukan pengukruan pada beberapa harga kecepatan geser sehingga diperoleh rheogram yang sempurna. Viskosimeter ini dapat pula digunakan baik untuk menentukan viskositas dan rheologi cairan Newton maupun non-Newton

-          Volume Terpindahkan
Uji ini dilakukan sebagai jaminan bahwa larutan oral dan suspensi yang dikemas dalam wadah dosis ganda, dengan volume yang tertera pada etiket tidak lebih dari 250 mL, yang tersedia dalam bentuk sediaan cair atau sediaan cair yang dikonstitusi dari bentuk padat dengan penambahan bahan pembawa tertentu dengan volume yang ditentukan, jika dipindahkan dari wadah asli, akan memberikan volume sediaan seperti yang tertera pada etiket. Prosedur pengujian meliputi
1.      Pilih tidak kurang dari 30 wadah
2.      Untuk suspense oral, kocok isi 10 wadah satu persatu
3.      Untuk suspensi rekonstitusi, serbuk dikonstitusikan dengan sejumlah pembawa seperti yang tertera pada etiket, konstitusi 10 wadah dengan volume pembawa seperti yang tertera pada etiket diukur secara seksama dan campur.
4.      Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari 2,5 kali volume yang diukur.
5.      Penuangan dilakukan secara hati-hati untuk menghindarkan pembentukkan gelembung udara pada waktu penuangan dan diamkan selam 30 menit.
6.      Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran : volume rata-rata yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100% dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95%.
7.       Jika A : adalah volume rata-rata kurang dari 100%, tetapi tidak ada satupun wadah yang volumenya kurang dari 95%.
8.      Jika B : adalah tidak lebih dari satu wadah volume kurang dari 95% tetapi tidak kurang dari 90% dari volume yang tertera pada etiket, lakukan pengujian terhadap 20 wadah tambahan.
9.      Volume rata-rata yang diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari 100% dan tidak lebih dari satu dari 30 wadah volume kurang dari 95%, tetapi tidak kurang dari 95%.

-          Penetapan pH
Jika pH meter dibakukan menggunakan larutan dapar dalam air, kemudian digunakan untuk mengukur pH larutan atau suspense dalam pelarut bukan air, maka tetapkan pengionan dari asam atau basa tetapkan dieletrik dari medium, pontesial sambungan cairan (yang dapat memberikan kesalahan lebih kurang 1 unit pH ), dan respon ion hydrogen dari elektroda kaca, semua akan berubah. Oleh karena itu, harga yang diperoleh dengan larutan yang sifatnya hanya mengandung sebagian air, dapat dianggap hanya sebagai harga pH.

-          Penetapan Waktu Rekonstruksi
Penetapan waktu rekonstruksi dilakukan dengan cara ke dalam botol kering dan bersih dimasukkan serbuk rekonstruksi, lalu dimasukkan air sampai batas, selanjutnya botol dikocok sampai terdispersi dalam air, dan waktu rekonstruksi adalah mulai dari air dimasukkan sampai sebuk terdispersi sempurna. Waktu rekonstruksi yang baik adalah < 30 detik.

B.     EVALUASI KIMIA
-          Keseragaman Sediaan
Keseragaman sediaan yang dilakukan adalah berupa uji keseragaman kandungan untuk suspensi dalam wadah dosis tunggal.
-          Penetapan Kadar
Dalam monografi zat aktif masing-masing.
-          Identifikasi
Dalam monografi zat aktif masing-masing.
-          Penetapan Kapasitas Penetralan Asam  ( Untuk Sediaan Suspensi Antasida)
Prosedur Pengujian
1.      Pipet 30 mL asam klorida 1 N LV ke dalam Larutan uji sambil diaduk terus menggunakan Pengaduk magnetik. (Catatan Bila kapasitas penetralan asam zat uji lebih besar dari 25mEq, gunakan 60 mL asam klorida 1 N LV).
2.      Setelah penambahan asam, aduk selama 15 menit tepat, segera titrasi.
3.      Titrasi kelebihan asam klorida dengan natrium hidroksida 0,5 N LV dalam waktu tidak lebih dari 4 menit sampai dicapai pH 3,5 yang stabil (selama 10 detik sampai 15 detik).
4.      Hitung jumlah mEq asam yang digunakan tiap g zat uji. Tiap mL asam klorida 1 N setara dengan 1 mEq asam yang digunakan

C.    EVALUASI BIOLOGI
-          Uji Potensi ( Suspensi Antibiotik)
Tujuan : untuk memastikan aktivitas antibiotik tidak berubah selama proses pembuatan larutan dan menunjukkan daya hambat antibiotik terhadap mikroba.
Prinsip : Pengukuran hambatan pertumbuhan biakan mikroba oleh antibiotik dalam sediaan yang ditambahkan ke dalam media padat atau cair yang mengandung biakan mikroba berdasarkan metode lempeng atau metode turbidimetri. 
Penafsiran hasil : Potensi antibiotik ditentukan dengan menggunakan metode garis lurus transformasi log dengan prosedur penyesuaian kuadrat terkecil dan uji linieritas (FI IV,hal 898). Harga KHM yang makin rendah, makin kuat potensinya. Pada Umumnya antibiotik yang berpotensi tinggi mempunyai KHM yang rendah dan diameter hambat yang besar
-          Kandungan zat antimikroba (khusus untuk formula yang menggunakan pengawet)
Khusus Pengawet :
Metode I    : Kromatografi gas (Benzil alkohol, Klorbutanol, Fenol, NipaginNipasol)
Metode II   : Polarigrafi (Fenil Raksa (II) Nitrat, Timerosal)
·         Tujuan: Menentukan kadar pengawet terendah yang masih efektif dan ditujukan untuk zat-zat yang paling umum digunakan untuk menunjukkan bahwa zat yang tertera memang ada, tetapi tidak lebih dari 20% dari jumlah yang tertera di etiket.
·         Prinsip:  Penentuan kandungan zat antimikroba menggunakan kromatografi gas atau polarografi (sesuaikan dengan pengawet yang digunakan) Persyaratan : Produk harus mengandung sejumlah zat antimikroba seperti yang tertera pada etiket ± 20%.
·         Penafsiran Hasil : kandungan zat antimikroba dinyatakan dalam satuan b/v atau v/v.

-          Uji Efektivitas Pengawet
Tujuan: Menunjukkan efektifitas pengawet antimikroba yang ditambahkan pada sediaan dosis ganda yang dibuat dengan dasar atau bahan pembawa berair seperti produk parenteral yang dicantumkan pada etiket produk yang bersangkutan.
Prinsip: Pengurangan jumlah mikroba yang dimasukkan ke dalam sediaan yang mengandung pengawet dalam selang waktu tertentu dapat digunakan sebagai parameter efektifitas pengawet dalam sediaan. Inokulasi mikroba pada sediaan dengan cara menginkubasi tabung bakteri biologik (Candida Albicans, Aspergillus Niger, Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus) yang berisi sampel dari inokula pada suhu 20-25C dalam media Soybean-Casein Digest Agar.
Syarat/penafsiran hasil: Suatu pengawet dinyatakan efektif di dalam contoh yang diuji, jika: g. Jumlah bakteri viabel pada hari ke-14 berkurang hingga tidak lebih dari 0,1% dari jumlah awal. h. Jumlah kapang dan khamir viabel selama 14 hari pertama adalah tetap atau kurang dari jumlah awal. Jumlah tiap mikroba uji selama hari tersisa dari 28 hari pengujian adalah tetap atau kurang dari bilangan yang disebut pada a dan b.




DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI.
Sweetman.2009. Martindale the Complete Drug References. New York : Pharmaceutical Press.

0 komentar:

Posting Komentar