MAKALAH
PENGUJIAN SEDIAAN SUSPENSI
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Farmasi Industri
pada Program Profesi Apoteker
UNIVERSITAS
PADJADJARAN
FAKULTAS
FARMASI
2018
PENGUJIAN SEDIAAN SUSPENSI
A.
EVALUASI
FISIKA
-
Distribusi
Ukuran Partikel
Beberapa metode yang digunakan
untuk menentukan ukuran partikel:
a.
Metode
Mikroskopik
Mikroskopik merupakan metode
langsung yang sering digunakan pada penentuan ukuran partikel terutama sediaan
suspensi dan emulsi. Cara Pengujian dilakukan melalui 2 cara, yaitu:
·
Cara 1
Digunakan
untuk menentukan ukuran partikel antara 0,2-100 μm
-
Pada
metode ini suspensi (yang sebelumnya diencerkan ataupun tidak) diteteskan pada
slide (semacam objek glass). Kemudian besarnya akomodasi mikroskop diatur
sehingga partikel terlihat dengan jelas.
-
Frekuensi
ukuran yang diperoleh diplot terhadap range ukuran partikel sehingga diperoleh
kurva distribusi ukuran partikel.
-
Jumlah
partikel yang harus dihitung untuk memperoleh data yang baik adalah antara
300-500 partikel. Yang penting jumlah partikel yang ditentukan harus cukup
sehingga diperoleh data yang representatif. British standard bahkan menetapkan
pengukuran terhadap 625 partikel.
-
Jika
distribusi ukuran partikel luas, dianjurkan untuk menentukan ukuran partikel
dengan jumlah yang lebih besar lagi. Sedangkan, jika distribusi ukuran partikel
sempit, 200 partikel sudah mencukupi.
-
Untuk
memudahkan pengerjaan dan perhitungan akan lebih baik bila dilakukan
pemotretan. Metode ini membutuhkan ketelitian, konsentrasi dan waktu yang cukup
lama. Jika partikel yang ada dalam larutan lebih dari satu macam, sebaiknya
tidak digunakan metode ini
Penafsiran Hasil : Distribusi
ukuran partikel yang baik adalah distribusi normal pada kurvanya.
·
Cara 2
-
Larutkan
sejumlah sampel yang cocok dengan volume yang sama dengan gliserol dan kemudian
encerkan lebih lanjut. Bila perlu dengan campuran sejumlah volume yang sama
dari gliserol dan air, sebagai alternatif digunakan paraffin sebagai pelarutnya
(sesuai monografinya).
-
Teteskan
cairan yang telah diencerkan tadi pada kaca objek. Periksalah sebaran
acaknya secara mikroskopik dengan menggunakan mikroskop resolusi yang cukup
untuk mengobservasi partikel yang kecil.
-
Observasi
dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada partikel atau tidak lebih dari
beberapa partikel di atas ukuran maksimum yang diperbolehkan pada monografinya
dan karena itu hitunglah presentasi partikel yang mempunyai diameter maksimum
dalam batas yang ditetapkan.
b.
Metode
Pengayakan
Metode ini menggunakan 1 seri
ayakan standar yang telah dikalibrasi oleh National Bureau of Standards. Ayakan
sering digunakan untuk pengklasifikasian/membagi-bagi ukuran partikel. Ayakan
yang tersedia dengan ukuran 90 µm – 5 µm, dibuat dengan teknik photoetching
& electroforming.
Berdasarkan US Pharmacopoeia untuk
menguji kelembutan serbuk, sejumlah massa tertentu ditempatkan pada ayakan dalam
pengocok mekanik (mechanical shaker). Serbuk ini dikocok selama waktu
tertentu, dan material yang melewati ayakan dan ditahan pada ayakan berikutnya
(next finer sieve) dikumpulkan kemudian ditimbang. Mengasumsikan
distribusi logaritma normal, presentase kumulatif berat serbuk yang tertahan
pada ayakan diplot dalam skala probabilitas terhadap logaritma aritmetik
rata-rata ukuran partikel.
c.
Metode
Sedimentasi
Ukuran partikel pada subsieve range dapat
diperoleh melalui sedimentasi gravitasi berdasarkan hukum Stokes sebagai
berikut:
V = h/t = dst2
(ρ s – ρ 0) g / 18 η0
Keterangan:
ρ 0 = media dispersi
ρ s = kepadatan
partikel
g = percepatan gravitasi
η0 = viskositas
medium
h = jarak
v = kecepatan sedimentasi ( rate
of settling )
dst = diameter rata-rata partikel
berdasarkan kecepatan sedimentasi
d.
Metode
Penentuan Volume Partikel
Instrumen yang populer digunakan
untuk penentuan volume partikel adalah Coulter counter. Prinsip kerja dari alat
ini adalah ketika partikel tersuspensi dalam cairan melewati lubang kecil.
-
Homogenitas
Homogenitas
dapat ditentukan berdasarkan jumlah partikel maupun distribusi ukuran
partikelnya dengan pengambilan sampel pada berbagai tempat (ditentukan
menggunakan mikroskop untuk hasil yang lebih akurat). Jika sulit dilakukan atau
membutuhkan waktu yang lama, homogenitas dapat ditentukan secara visual.
Pengambilan sampel dilakukan pada bagian atas, tengah, atau bawah.
Prosedur
: Sampel
diteteskan pada kaca objek kemudian diratakan dengan kaca objek lain sehingga
terbentuk lapisan tipis.Partikel diamati secara visual.
Penafsiran hasil :
suspensi yang homogen akan memperlihatkan jumlah atau distribusi ukuran
partikel yang relatif hampir sama pada berbagai tempat pengambilan sampel
(suspensi dikocok terlebih dahulu).
-
Volume
Sedimentasi dan Kemampuan Redispersi
Karena kemampuan meredispersi
kembali merupakan salah satu pertimbangan utama dalam menaksir penerimaan
pasien terhadap suatu suspensi dan karena endapan yang terbentuk harus dengan
mudah didispersikan kembali dengan pengocokan sedang agar menghasilkan sistem
yang homogen, maka pengukuran volume endapan dan mudahnya mendispersikan
kembali membentuk dua prosedur yang paing umum.
a.
Volume
Sedimentasi
Prinsip
: Perbandingan
antara volume akhir (Vu) sedimen dengan volume asal (Vo)
sebelum terjadi pengendapan. Semakin besar nilai Vu, semakin baik
suspendibilitasnya.
Cara
: Sediaan dimasukkan ke dalam tabung
sedimentasi yang berskala selanjutnya volume yang diisikan merupakan volume
awal (Vo). Setelah beberapa waktu/hari diamati volume
akhir dengan terjadinya sedimentasi. Volume terakhir tersebut diukur (Vu).
Hitung volume sedimentasi (F). Buat grafik antara F (Sumbu Y) terhadap waktu
(Sumbu X).
Penafsiran
Hasil :
·
Bila
F=1 dinyatakan sebagai “Flocculation equilibrium”, merupakan sediaan yang baik.
Demikian bila F mendekati 1.
·
Bila
F>1 terjadi “Floc” sangat longgar dan halus sehingga volume akhir lebih
besar dari volume awal. Maka perlu ditambahkan zat tambahan.
·
Formulasi
suspensi lebih baik jika dihasilkan kurva garis yang horizontal atau sedikit
curam.
F = Vu/Vo
Keterangan
:
F adalah volume sedimentasi
dinyatakan dalam %
Vu adalah volume endapan atau
sedimen
Vo adalah volume keseluruhan
b.
Kemampuan
Redispersi
Metode
penentuan reologi dapat digunakan untuk membantu menentukan perilaku suatu
cairan dan penentuan pembawa dan bentuk struktur partikel untuk tujuan
perbandingan. Penentuan redispersi dapat ditentukan dengan cara mengocok
sediaannya dalam wadahnya atau dengan menggunakan pengocok mekanik. Keuntungan
pengocokan mekanik ini dapat memberikan hasil yang reprodusibel bila digunakan
dengan kondisi terkendali. Suspensi yang sudah tersedimentasi (ada endapan)
ditempatkan ke silinder bertingkat 100 mL. Dilakukan pengocokan (diputar) 360˚
dengan kecepatan 20 rpm. Titik akhirnya adalah jika pada dasar tabung sudah
tidak terdapat endapan.
Penafsiran
Hasil : Kemampuan
redispersi baik bila suspense telah terdispersi sempurna dengan pengocokan
tangan maksimum 30 detik.
-
Bobot
Jenis Sediaan dengan Piknometer
Kecuali
dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan bobot jenis digunakan
hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada perbandingan
bobot zat di udara pada suhu 25˚C terhadap bobot air dengan volume dan suhu
yang sama. Bila suhu ditetapkan dalam monografi, bobot jenis adalah
perbandingan bobot zat di udara pada volume dan suhu yang sama. bila pada suhu
25˚C zat berbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah tertera
pada masing-masing monografi, dan mengacu pada air pada suhu 25˚C. Prosedur
pengujiannya meliputi beberapa tahapan yaitu
1. Gunakan piknometer bersih, kering,
dan telah dikalibrasi dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang
baru dididhkan, pada suhu 25˚C.
2.
Atur
hingga suhu zat uji lebih kurang 20˚C, masukkan ke dalam piknometer.
3.
Atur
suhu pikometer yang telah diisi hingga suhu 25˚C.
4.
Buang
kelebihan zat uji dan timbang.
5.
Kurangkan
bobot piknometer kosong dari bobot piknometer yang telah diisi.
6. Bobot jenis adalah hasil yang
diperoleh dengan membagi bobot zat dengan bobot air, dalam piknometer. Kecuali
dinyatakan lain dalam monografi, keduanya ditetapkan pada suhu 25˚C.
-
Sifat
Aliran dan Viskositas dengan Viskometer Brookfield
Viskosimeter Brookfield
merupakan viskosimeter banyak titik dimana dapat dilakukan pengukruan pada
beberapa harga kecepatan geser sehingga diperoleh rheogram yang sempurna.
Viskosimeter ini dapat pula digunakan baik untuk menentukan viskositas dan
rheologi cairan Newton maupun non-Newton
-
Volume
Terpindahkan
Uji ini dilakukan sebagai jaminan
bahwa larutan oral dan suspensi yang dikemas dalam wadah dosis ganda, dengan volume yang tertera pada etiket tidak lebih dari 250 mL, yang tersedia
dalam bentuk sediaan cair atau sediaan cair yang dikonstitusi dari bentuk padat
dengan penambahan bahan pembawa tertentu dengan volume yang ditentukan, jika
dipindahkan dari wadah asli, akan memberikan volume sediaan seperti yang
tertera pada etiket. Prosedur pengujian meliputi
1. Pilih
tidak kurang dari 30 wadah
2. Untuk
suspense oral, kocok isi 10 wadah satu persatu
3. Untuk suspensi rekonstitusi, serbuk
dikonstitusikan dengan sejumlah pembawa seperti yang tertera pada etiket,
konstitusi 10 wadah dengan volume pembawa seperti yang tertera pada
etiket diukur secara seksama dan campur.
4. Tuang isi perlahan-lahan dari tiap
wadah ke dalam gelas ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak
lebih dari 2,5 kali volume yang diukur.
5. Penuangan dilakukan secara hati-hati
untuk menghindarkan pembentukkan gelembung udara pada waktu penuangan dan
diamkan selam 30 menit.
6. Jika telah bebas dari gelembung
udara, ukur volume dari tiap campuran : volume rata-rata yang diperoleh dari 10
wadah tidak kurang dari 100% dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari
95%.
7. Jika A : adalah volume rata-rata kurang
dari 100%, tetapi tidak ada satupun wadah yang volumenya kurang dari 95%.
8. Jika B : adalah tidak lebih dari satu wadah volume kurang dari 95%
tetapi tidak kurang dari 90% dari volume yang tertera pada etiket, lakukan
pengujian terhadap 20 wadah tambahan.
9. Volume rata-rata yang diperoleh dari
30 wadah tidak kurang dari 100% dan tidak lebih dari satu dari 30 wadah volume
kurang dari 95%, tetapi tidak kurang dari 95%.
-
Penetapan
pH
Jika pH meter dibakukan menggunakan
larutan dapar dalam air, kemudian digunakan untuk mengukur pH larutan atau
suspense dalam pelarut bukan air, maka tetapkan pengionan dari asam atau basa
tetapkan dieletrik dari medium, pontesial sambungan cairan (yang dapat
memberikan kesalahan lebih kurang 1 unit pH ), dan respon ion hydrogen dari
elektroda kaca, semua akan berubah. Oleh karena itu, harga yang diperoleh
dengan larutan yang sifatnya hanya mengandung sebagian air, dapat dianggap
hanya sebagai harga pH.
-
Penetapan
Waktu Rekonstruksi
Penetapan waktu rekonstruksi
dilakukan dengan cara ke dalam botol kering dan bersih dimasukkan serbuk
rekonstruksi, lalu dimasukkan air sampai batas, selanjutnya botol dikocok
sampai terdispersi dalam air, dan waktu rekonstruksi adalah mulai dari air
dimasukkan sampai sebuk terdispersi sempurna. Waktu rekonstruksi yang baik
adalah < 30 detik.
B.
EVALUASI
KIMIA
-
Keseragaman
Sediaan
Keseragaman sediaan yang dilakukan adalah berupa uji
keseragaman kandungan untuk suspensi
dalam wadah dosis tunggal.
-
Penetapan
Kadar
Dalam monografi zat aktif masing-masing.
-
Identifikasi
Dalam monografi zat aktif masing-masing.
-
Penetapan
Kapasitas Penetralan Asam ( Untuk
Sediaan Suspensi Antasida)
Prosedur
Pengujian
1. Pipet 30 mL asam klorida 1 N LV ke dalam Larutan
uji sambil diaduk terus menggunakan Pengaduk magnetik. (Catatan
Bila kapasitas penetralan asam zat uji lebih besar dari 25mEq, gunakan 60 mL
asam klorida 1 N LV).
2. Setelah penambahan asam, aduk selama 15 menit
tepat, segera titrasi.
3. Titrasi kelebihan asam klorida dengan natrium
hidroksida 0,5 N LV dalam waktu tidak lebih dari 4 menit sampai dicapai pH 3,5 yang stabil (selama
10 detik sampai 15 detik).
4. Hitung jumlah mEq asam yang digunakan tiap g zat
uji. Tiap mL asam klorida 1 N setara dengan 1 mEq asam yang digunakan
C.
EVALUASI
BIOLOGI
-
Uji
Potensi ( Suspensi Antibiotik)
Tujuan : untuk memastikan aktivitas
antibiotik tidak berubah selama proses pembuatan larutan dan menunjukkan daya
hambat antibiotik terhadap mikroba.
Prinsip : Pengukuran hambatan
pertumbuhan biakan mikroba oleh antibiotik dalam sediaan yang ditambahkan ke
dalam media padat atau cair yang mengandung biakan mikroba berdasarkan metode
lempeng atau metode turbidimetri.
Penafsiran hasil : Potensi antibiotik
ditentukan dengan menggunakan metode garis lurus transformasi log dengan
prosedur penyesuaian kuadrat terkecil dan uji linieritas (FI IV,hal 898). Harga
KHM yang makin rendah, makin kuat potensinya. Pada Umumnya antibiotik yang
berpotensi tinggi mempunyai KHM yang rendah dan diameter hambat yang besar
-
Kandungan zat
antimikroba (khusus untuk formula yang menggunakan pengawet)
Khusus Pengawet :
Metode I : Kromatografi
gas (Benzil alkohol, Klorbutanol, Fenol, NipaginNipasol)
Metode II : Polarigrafi
(Fenil Raksa (II) Nitrat, Timerosal)
·
Tujuan: Menentukan kadar
pengawet terendah yang masih efektif dan ditujukan untuk zat-zat yang paling
umum digunakan untuk menunjukkan bahwa zat yang tertera memang ada, tetapi
tidak lebih dari 20% dari jumlah yang tertera di etiket.
·
Prinsip: Penentuan kandungan zat antimikroba
menggunakan kromatografi gas atau polarografi (sesuaikan dengan pengawet yang
digunakan) Persyaratan : Produk harus mengandung sejumlah zat antimikroba
seperti yang tertera pada etiket ± 20%.
·
Penafsiran Hasil : kandungan zat
antimikroba dinyatakan dalam satuan b/v atau v/v.
-
Uji Efektivitas
Pengawet
Tujuan: Menunjukkan efektifitas
pengawet antimikroba yang ditambahkan pada sediaan dosis ganda yang dibuat
dengan dasar atau bahan pembawa berair seperti produk parenteral yang
dicantumkan pada etiket produk yang bersangkutan.
Prinsip: Pengurangan jumlah
mikroba yang dimasukkan ke dalam sediaan yang mengandung pengawet dalam selang
waktu tertentu dapat digunakan sebagai parameter efektifitas pengawet dalam
sediaan. Inokulasi mikroba pada sediaan dengan cara menginkubasi tabung bakteri
biologik (Candida Albicans, Aspergillus Niger, Pseudomonas aeruginosa dan
Staphylococcus aureus) yang berisi sampel dari inokula pada suhu 20-25C dalam
media Soybean-Casein Digest Agar.
Syarat/penafsiran hasil: Suatu pengawet
dinyatakan efektif di dalam contoh yang diuji, jika: g. Jumlah bakteri viabel
pada hari ke-14 berkurang hingga tidak lebih dari 0,1% dari jumlah awal. h.
Jumlah kapang dan khamir viabel selama 14 hari pertama adalah tetap atau kurang
dari jumlah awal. Jumlah tiap mikroba uji selama hari tersisa dari 28 hari
pengujian adalah tetap atau kurang dari bilangan yang disebut pada a dan b.
DAFTAR
PUSTAKA
Depkes RI. 1979. Farmakope
Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI.
Depkes RI. 1995. Farmakope
Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI.
Sweetman.2009. Martindale
the Complete Drug References. New York : Pharmaceutical Press.
0 komentar:
Posting Komentar