MAKALAH
PENGUJIAN SEDIAAN
EFFERVESCENT
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Farmasi Industri
pada Program Profesi Apoteker
UNIVERSITAS
PADJADJARAN
FAKULTAS
FARMASI
2018
A. Devinisi
Tablet Effervescent
Tablet
effervescent yaitu tablet berbuih dibuat dengan cara kompresi granul yang
mengandung garam effervescent atau bahan lain yang mampu melepaskan gas ketika
bercampur dengan air (Ansel, 1989). Tablet effervescent merupakan salah satu
bentuk sediaan tablet yang dibuat dengan cara pengempaan bahan-bahan aktif
dengan campuran asam-asam organik, seperti asam sitrat atau asam tartrat dan
natrium karbonat. Bila tablet ini dimasukkan ke dalam air, mulailah terjadi
reaksi kimia antara asam dan natrium karbonat sehingga terbentuk garam natrium
dari asam dan menghasilkan gas karbondioksida serta air. Reaksinya cukup cepat
dan biasanya berlangsung dalam waktu satu menit atau kurang. Disamping
menghasilkan larutan yang jernih, tablet juga menghasilkan rasa yang enak
karena adanya karbonat yang dapat membantu memperbaiki rasa beberapa obat
tertentu (Banker and Anderson, 1989).
Bahan
yang digunakan dalam pembuatan tablet effervescent antara lain:
a. Sumber
asam
Bahan yang mengandung asam atau yang dapat
membuat suasana asam pada campuran effervescent. Sumber asam jika direaksikan
dengan air akan terhidrolisa kemudian melepaskan asam yang dalam proses
selanjutnya menghasilkan CO2 (Mohrle, 1989). Menurut Morle (1989), keasaman
sangat penting dalam proses reaksi effervescent, dan ini didapat dari tiga
sumber asam yang mengandung asam tersebut, yaitu:
1) Asam anhidrat (acid anhydrides)
Pada asam anhidrat ini tidak terdapat air kristal, contohnya: asam suksinat dan
sitrat anhidrat.
2) Asam bebas Merupakan asam yang
mengandung asam atau bahan yang bisa memberikan suasana asam pada campuran
effervescent, seperti: asam sitrat (citric acid), asam tartrat (tartaric acid),
asam malat (malic acid)
3) Asam garam (acid salt) Asam
dalam bentuk garam, yang lebih mudah larut dalam air, contohnya: natrium
dihidrogen fosfat. Kombinasi asam sitrat dan asam tartrat dapat memperbaiki
ikatan antar partikel, sehingga ikatan antar partikel di dalamnya menjadi
semakin kuat. Dalam pembuatan tablet, hal ini sangat menguntungkan sekali
karena dapat menghasilkan kekerasan tablet yang baik yang dapat tahan baik
terhadap guncangan dan gesekan pada saat pengempaan, pengemasan dan
pendistribusian. Secara sederhana proses pembuatan tablet effervescent dibagi
menjadi dua tahap yaitu proses pencampuran bahan dan pencetakan tablet.
Garam-garam effervescent biasanya diolah dari suatu kombinasi asam sitrat dan
asam tartrat karena penggunaan bahan asam tunggal saja akan menimbulkan
kesukaran. Apabila asam tartrat sebagai asam tungal, granul yang dihasilkan
akan rapuh dan menggumpal. Bila hanya asam sitrat saja akan menghasilkan
campuran lekat dan sukar menjadi granul (Ansel, 1989).
b.
Sumber karbonat
Sumber karbonat digunakan sebagai bahan
penghancur dan sumber timbulnya gas yang berupa CO2 pada tablet effervescent.
Sumber karbonat yang biasa digunakan dalam pembuatan tablet effervescent adalah
natrium bikarbonat dan natrium karbonat. Natrium bikarbonat merupakan bagian
terbesar sumber karbonat dengan kelarutan yang sangat baik dalam air, non
higroskopis, serta tersedia secara komersil mulai bentuk bubuk sampai granul,
sehingga bikarbonat lebih banyak dipakai dalam pembuatan tablet effervescent
(Mohrle, 1989).
c. Bahan
pengikat (binder)
Bahan pengikat digunakan untuk
membantu menyatukan bahanbahan yang digunakan dalam pembuatan tablet
effervescent. Penggunaan bahan pengikat ini terbatas, karena penggunaan bahan
pengikat yang terlalu banyak akan menghambat disintegrasi (menurunkan daya
larut) tablet effervescent dalam air (Mohrle, 1989). Bahan pengikat yang sering
digunakan dalam pembuatan tablet effervescent adalah gula, jenis pati, gom
arab, gelatin dan turunan selulosa (Rohdiana, 2002). Bahan pengikat dari bahan
alami contohnya adalah agar-agar, pasta kanji umumnya kurang efektif digunakan,
karena mempunyai daya larut yang kecil dan akan meninggalkan residu dalam air.
Bahan pengikat kering contohnya: laktosa, dekstrosa, manitol umumnya banyak
digunakan, tapi bahan pengikat ini tidak efektif jika digunakan dalam
konsentrasi yang kecil (Mohrle, 1989).
d. Bahan
pelicin (lubricant)
Diantara semua bahan tambahan yang
digunakan dalam pembuatan tablet effervescent, lubricant adalah yang paling
penting. Tanpa lubricant, bahan obat akan mengganggu peralatan kecepatan tinggi,
karena bahan obat akan menempel pada dinding die pada saat pengempaan dan
pengeluaran tablet. Penggunaan bahan pelicin dalam tablet effervescent terbatas
karena akan mengurangi disintegrasi dari bahan obat itu sendiri. Konsentrasi
lubricant yang digunakan adalah tidak lebih dari 1%. Magnesium, zat kapur, dan
asam stearat adalah bahan yang paling efisien digunakan. Pada konsentrasi 1%
atau lebih sedikit zat-zat tersebut efektif sebagai lubricant, tapi tidak dapat
karut dalam air sehingga akan mengganggu disintegrasi dari tablet effervescent.
Talk dan polytetrafluoroethylene dalam bentuk bubuk atau tepung juga tidak
dapat larut dalam air, tetapi zat tersebut biasanya dapat mengizinkan
disintegrasi tablet effervescent lebih cepat. Lubricant yang dapat larut dalam
air biasanya kurang efektif jika dibandingkan dengan asam stearat dan
dibutuhkan dalam konsentrasi yang cukup tinggi, contoh dari lubricant yang
dapat larut dalam air adalah polietilenglikol 8000 dan sodium benzoate. Sodium
stearat dan sodium oleat juga merupakan lubricant yang dapat larut dalam air
dalam konsentrasi rendah, oleh karena itu kombinasi dari kedua zat ini dapat
menjadi suatu lubricant yang efisien. Bahan pelicin dapat ditambahkan secara
internal maupun eksternal. Bahan pelicin internal ditambahkan ke dalam campuran
granul dan termasuk ke dalam formulasi. Bahan pelicin eksternal ditambahkan ke
alat selama proses penabletan. Bahan pelicin yang sering digunakan adalah metal
stearat dan polyethylenglycol (PEG) untuk bahan pelicin internal dan asam lemak
untuk bahan pelicin eksternal (Morle, 1989).
e. Bahan
pengisi (Diluent)
Bahan pengisi dalam tablet
effervescent digunakan untuk mencapai berat tablet seperti yang diinginkan.
Bahan pengisi yang digunakan harus dapat larut dalam air dan membentuk larutan
yang jernih jika dilarutkan. Sodium bikarbonat juga dapat berfungsi sebagai
diluents dalam tablet effervescent, dan hal ini tidak akan menimbulkan masalah
pada pembentukan gas CO2. Contoh bahan lain yang dapat digunakan sebagai
diluents dalam pembuatan tablet effervescent adalah sodium klorid dan sodium
sulfat (Mohrle, 1989).
f.
Bahan tambahan lain Dalam tablet effervescent biasanya sering ditambahkan bahan
pengisi dan pewarna untuk memperbaiki penampilan dan rasa tablet. Tapi yang
paling penting untuk diperhatikan adalah bahan tersebut harus mudah larut dalam
air agar tidak meninggalkan residu. Bahan tambahan lain ditambahkan dalam
tablet effervescent berdasarkan fungsinya masing-masing. Pewarna dan pemanis
juga sering ditambahkan untuk membuat tablet effervescent lebih menarik
(Mohrle, 1989).
Keuntungan
Tablet effervescent sebagai bentuk obat adalah kemungkinan pembentukan larutan
dalam waktu cepat dan mengandung dosis obat yang tepat. Kerugian tablet
effervescent adalah kesukaran menghasilkan produk yang stabil secara kimia.
Kelembaban udara selama pembuatan produk sudah dapat untuk memulai reaksi
effervescent. Selama reaksi berlangsung air yang dibebaskan dari bikarbonat
menyebabkan autokatalisis. Tablet effervescent dikemas secara khusus dalam
kantong lembaran alumunium kedap udara atau kemasan padat di dalam tabung
silinder dengan ruang udara yang minimum (Mohrle, 1989).
B. Pemeriksaan
Kualitas Granul
Untuk mengetahui kualitas granul
effervescent secara fisik maka perlu dilakukan beberapa evaluasi, diantaranya
adalah:
a. Sudut
diam (angle of repose)
Sudut diam yaitu sudut tetap yang
terjadi antara timbunan partikel bentuk kerucut dengan bidang horizontal.
Granul atau serbuk akan mudah mengalir dengan baik jika sudut diam yang
terbentuk 250 -450 . Besar kecilnya sudut diam sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya
gaya tarik dan gaya gesek antar partikel. Jika gaya tarik dan gaya gesek kecil,
maka granul akan lebih cepat dan mudah mengalir. Selain itu sudut diam juga
dipengaruhi oleh ukuran partikel, semakin kecil ukuran partikel maka
kohesivitas partikel makin tinggi yang akan mengurangi kecepatan alirnya
sehingga sudut diam yang terbentuk semakin besar (Fonner, et al., 1981).
b. Waktu
alir
Waktu alir yaitu waktu yang
diperlukan sejumlah granul atau serbuk untuk mengalir dalam suatu alat alat
yang dipakai. Pada campuran serbuk atau granul sifat alirnya dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah rapat jenis, porositas, bentuk partikel,
ukuran partikel, kondisi percobaan, dan kandungan lembab (Voigt, 1984). Waktu
alir 100 gram granul tidak lebih dari 10 detik (Fudholi, 1983). Alat yang
digunakan yaitu flow tester.
c. Pengetapan
Pengetapan menunjukkan penerapan
volume sejumlah granul, serbuk akibat hentakan (tapped) dan getaran
(vibrating). Makin kecil indeks pengetapan makin kecil sifat alirnya. Granul atau
serbuk dengan indeks pengetapan kurang dari 20% menunjukkan sifat alir baik
(Fashihi and Kanfer, 1986). Data pengetapan dapat digunakan untuk mengetahui
kompresibilitas dari granul yang dihasilkan. Kompresibilitas dapat dilihat dari
harga indeks Carr’s yang sangat bergantung pada kerapatan nyata meupun
kerapatan mampat dari granul yaitu dengan cara kerapatan mampat dikurangi
kerapatan nyata, lalu dibagi dengan kerapatan mampat. Kompresibilitas granul
dinyatakan dalam persen. Hubungan antara indeks Carr’s dengan jenis aliran
granul. Alay yang digunakan bulk density apparatus.
Evaluasi granul yang pertama dilakukan adalah uji
kandungan lembab. Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kadar air yang
terkandung dalam granul yang berupa kadar lembab. Pengujian
ini dilakuakan dengan menggunakan alat moisture analyzer dengan
mengeringkan sampel pada suhu 105ᵒC karna pada suhu ini semua air
diharapkan telah menguap yaitu 5ᵒC diatas titk didih air.Kadar
air yang rendah baik untuk penyimpanan sediaan dalam jangka waktu
yang lebih lama sedangkan kadar air yang tinggi merupakan media yang
baik untuk pertumbuhan mikroorganisme seperti jamur. Kandungan lembab
granul effervescent yang baik yaitu 0,4-0,7% (Fausett, 2000).
Dari hasil
pengujian kandungan lembab yang diperoleh sebesar 1,4% . Tingginya
kandungan lembab pada granul effervescent hasil
penelitian dikarenakan keterbatasan pada ruangan tempat memproduksi
granul effervescent yang memiliki kelembaban relatif yang tinggi
55-65% sedangkan kelembaban relatif ruangan untuk pembuatan
sediaan effervescent adalah 25% (Mohrle, 1989). Keterbatasan inilah
yang membuat granul menyerap lembab dari lingkungan sehingga
kandungan lembab dalam granul effervescent menjadi lebih tinggi.
C. Pemeriksaan
Sifat Fisik Tablet
a. bobot
tablet
Menurut Farmakope Indonesia edisi
III (1979), tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang
ditetapkan sebagai berikut: ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap
tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari dua tablet yang
masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari
harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom b.
b. Kekerasan tablet
Kekerasan merupakan parameter yang
menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan-tekanan mekanik seperti
goncangan, kikisan, dan terjadinya keretakan tablet selama pengemasan,
pengangkutan, dan pendistribusian kepada konsumen. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa.
Kekerasan tablet yang baik adalah 4-8 kg (Parrot, 1970). Alat yang digunakan
hardnest tester.
c. Kerapuhan
tablet
Kerapuhan merupakan parameter lain
dari ketahanan tablet dalam melawan tahanan mekanik seperti goncangan dan
pengikisan. Faktorfaktor yang mempengaruhi kerapuhan adalah banyaknya kandungan
serbuk halus atau fines. Kerapuhan dinyatakan dalam prosentase bobot yang
hilang selama uji kerapuhan. Tablet yang baik mempunyai nilai kerapuhan tidak
lebih dari 1% (Parrot, 1970).
d. Waktu
hancur
Waktu hancur didefinisikan sebagai
waktu yang diperoleh untuk hancurnya tablet dalam media yang sesuai. Tablet
melepaskan obatnya dengan deagregasi (hilangnya kohesi granul) yang menghasilkan
dispersi komponen dalam partikel halus (Fudholi, 1983). Tablet effervescent
yang baik memiliki waktu larut tidak lebih dari 1 menit (Banker and Anderson,
1986). Menurut Bertuzzi (2005), formulasi tablet effervescent akan larut dalam
≤ 2 menit.
Daftar
Pustaka
Ansel. H,C., 1989, Pengantar
Bentuk Sediaan Farmasi, (Terjemahan), Universitas Indonesia
Press, Jakarta.
Banker, S.G., and Anderson, R.N.,
1989, Tablet In Lachman, L. Lieberman, The Theory and Practice of Industrial
Pharmacy, 3 rd ed., Lea and Febiger, Philadelphia. 643-704.
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.
Mohrle, R (1989), Effervescent Tablets, In:
Pharmaceutical Dosage Forms: Tablets, vol. 1, Chapter 6, 2nd ed.
Lieberman, HA, Lachman, L and Schwartz, JB (Eds.). Marcel Dekker Inc. New
York.
Rohdiana, D. 2002. Mengenali
Teknologi Tablet Effervescent. http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0403/10/cakrawala/lainnya2.htm. 14 SEptember 2018.
0 komentar:
Posting Komentar