MAKALAH
UNIVERSITAS
PADJADJARAN
FAKULTAS
FARMASI
2018
Pendampingan Apoteker dalam
Pencegahan dan Penanganan Stunting
(Nutrisi, Edukasi & Sanitasi)
1.1 Pengertian Stunting
Stunting dapat didefinisikan sebagai kegagalan dalam mencapai pertumbuhan optimal
terutama pada balita dan anak-anak dengan diukur berdasarkan TB/U
(tinggi badan menurut umur). Stunting
atau sering disebut juga malnutrisi
kronik merupakan bentuk lain dari kegagalan pertumbuhan. Stunting
merupakan gangguan pertumbuhan fisik yang sudah
lewat yang ditandai dengan adanya penurunan kecepatan pertumbuhan dalam
perkembangan manusia yang merupakan dampak utama dari kekurangan nutrisi. Gizi kurang merupakan hasil dari
ketidak seimbangan faktor-faktor pertumbuhan (faktor internal dan eksternal). Hal ini
dapat terjadi selama beberapa periode pertumbuhan, seperti masa kehamilan, masa
perinatal, masa menyusui, bayi dan masa pertumbuhan (masa anak). Hal ini juga
bisa disebabkan karena defisiensi dari berbagai zat gizi, misalnya
mikronutrien, protein atau energi (Setiawan, 2010).
Pertumbuhan
(growth) sangat erat hubungannya dengan perubahan jumlah, ukuran dan
fungsi tingkat sel, organ maupun individu secara keseluruhan. Pertumbuhan ini diukur dengan satuan ukuran
yang meliputi berat (gram, pound, kilogram), panjang (cm, meter) dan keseimbangan metabolik
(retensi kalsium dan nitrogen tubuh). (Supariasa, et al, 2001).
1.2 Indikator Stunting
Indikator
untuk mengetahui apakah seorang anak stunting
atau normal dapat menggunakan indikator tinggi badan
menurut umur (TB/U). Tinggi badan dapat
menggambarkan kondisi pertumbuhan skeletal anak
yang pada keadaan normal tinggi badan anak tumbuh
seiring dengan bertambahnya umur. Tetapi pertumbuhan
tinggi badan biasanya kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam
waktu yang pendek. Indeks TB/U ini lebih menggambarkan
status gizi anak di masa lalu serta lebih erat
kaitannya dengan kondisi sosial ekonomi keluarga (Supariasa
et al 2001).
Indeks
TB/U dalam penerapannya dalam menilai kondisi pertumbuhan
anak memiliki
beberapa kelebihan antara lain,
1) Merupakan
indikator yang baik untuk mengetahui kurang gizi pada masa lampau.
2) Alat mudah dibawa-bawa dan murah.
3) Pengukuran
objektif.
Sedangkan kelemahannya indeks TB/U ini antara lain,
1) Harus
disertai dengan indeks lain (seperti BB/U), karena perubahan tinggi badan tidak
banyak terjadi dalam waktu singkat.
2) Ketepatan umur masih
sulit diperoleh.
Kategori
dan ambang batas penilaian status gizi berdasarkan indikator tinggi badan
menurut umur (TB/U) atau panjang badan menurut umur (PB/U) disajikan pada tabel
berikut:
Tabel 1.1 Kategori dan Ambang Batas
Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks PB/U
atau TB/U
Indeks
|
Kategori Status Gizi
|
Ambang Batas (Z-Score)
|
Panjang Badan menurut Umur
(PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) anak
|
Sangat Pendek
Pendek
Normal
|
< - 3 SD
-3 SD s/d ≤ -2 SD
-2 SD s/d 2 SD
|
Tinggi
|
> 2 SD
|
Pada
waktu lahir, panjang badan bayi rata-rata adalah 50 cm, tinggi badan 75 cm
dicapai pada usia 1 tahun, 85 cm pada usia 2 tahun dan 100 cm yaitu 2 kali
panjang lahir dicapai pada usia 4 tahun, dan pada usia 6 tahun tingginya
berkisar 130 cm. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh ini
sejalan dengan pertumbuhan umur anak. Pengaruh dari kurangnya zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak
pada saat yang cukup lama.
Tabel 1.2. Tinggi Badan dan Berat Badan Rata-rata Anak Umur 0-6 Tahun
No
|
Kelompok Umur
|
Berat Badan (kg)
|
Tinggi Badan (cm)
|
1
|
0 - 6 bulan
|
6
|
60
|
2
|
7 - 12 bulan
|
8,5
|
71
|
3
|
1 - 3 tahun
|
12
|
90
|
4
|
4 – 6 tahun
|
17
|
110
|
1.3 Prevalensi Stunting
Satu
dari tiga anak di negara berkembang dan negara miskin mengalami stunting dengan jumlah kejadian
tertinggi berada dikawasan Asia Selatan yang mencapai 46% disusul dengan
kawasan Benua Afrika sebesar 38%. Secara keseluruhan
angka kejadian stunting di negara miskin dan berkembang mencapai
32%. Stunting disebabkan oleh kurangnya
asupan makanan yang terjadi dalam waktu lama dan frekuensi menderita penyakit
infeksi (UNICEF, 2007). Akibat dari stunting
ini meliputi perkembangan motorik yang lambat, menurunnya fungsi kognitif dan
kemampuan berpikir.
Berdasarkan
laporan yang dikeluarkan oleh UNICEF, di Indonesia terdapat sekitar 7,8 juta
anak berusia dibawah 5 tahun mengalami stunting.
Dari data ini Indonesia masuk kedalam 5 besar negara
dengan jumlah anak di bawah 5 tahun yang mengalami stunting tinggi. Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan angka kejadian stunting secara nasional sebesar 36,7 %
yang berarti 1 dari 3 anak dibawah 5 tahun mengalami stunting, yang merupakan proporsi yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat menurut kriteria WHO (UNICEF, 2012). Meskipun telah terjadi penurunan
angka kejadian stunting pada
Riskesdas 2010 menjadi 35,7 %, namun di beberapa Provinsi di Indonesia terutama
di kawasan timur Indonesia menunjukkan peningkatan angka kejadian stunting.
1.4 Penyebab Stunting
Menurut
beberapa penelitian kejadian stunting pada anak merupakan suatu proses
kumulatif dari semenjak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus
kehidupan. Proses terjadinya stunting pada anak dan peluang peningkatan
kejadian stunting terjadi terutama pada 2 tahun pertama kehidupan.
Faktor asupan gizi ibu se!elum
serta selama kehamilan merupakan faktor penyebab
tak langsung yang berkontribusi terhadap proses tumbuh kembang anak. Ibu hamil yang kurang asupan
nutrisi mampu menyebabkan janin mengalami Intrauterine Growth Retardation
(IUGR) sehingga nantinya bayi akan lahir dengan kondisi
kurang gizi serta mengalami gangguan dalam
pertumbuhan dan perkembangannya.
Anak anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya
asupan makanan
yang bergizi, penyakit infeksi yang berulang, meningkatnya kebutuhan metabolik
serta kurangny nafsu makan akan makin meningkatkan kondisi kekurangan gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya
berpeluang terjadinya stunting (Allen and Gillespie, 2001).
Gizi
buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu saktor saja seperti
yang telah disebutkan di atas,
tetapi disebabkan oleh banyak faktor di mana
faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga
faktor utama penyebab stunting yaitu sebagai berikut:
1)
Asupan makanan tidak seimbang yang berkaitan dengan
kandungan nutrisi dalam makanan yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral dan air.
2)
Riwayat Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
3)
Riwayat penyakit.
1.5 Gejala Stunting
Gejala stunting dapat dilihat dari beberapa hal
berikut ini.
1.
Tanda
pubertas terlambat
2.
Performa
buruk pada tes perhatian dan memori belajar
3.
Pertumbuhan
gigi terlambat
4.
Usia
8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan eye contact
5.
Pertumbuhan
melambat
6.
Wajah
tampak lebih muda dari usianya
1.6 Dampak Stunting
Dampak
buruk yang dapat ditimbulkan oleh stunting:
1.
Jangka
pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan
fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh
2.
Dalam
jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan
kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit,
dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit
jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua
Semua dampak tersebut akan menurunkan
kualitas sumber daya manusia Indonesia, produktifitas, dan daya saing bangsa.
1.7 Pencegahan dan Penanganan Stunting
Salah satu fokus pemerintah saat
ini adalah pencegahan stunting. Upaya ini bertujuan agar anak-anak
Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan
disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta
mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global.
Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih.
Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih.
1) Pola Makan
Masalah stunting dipengaruhi oleh
rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta
seringkali tidak beragam. Istilah
''Isi Piringku'' dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam satu porsi makan, setengah piring diisi oleh sayur
dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun
hewani) dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat.
2) Pola Asuh
Stunting juga
dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam
praktek pemberian makan bagi bayi dan Balita. Dimulai
dari edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal
bakal keluarga, hingga para calon ibu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan
gizi saat hamil dan stimulasi bagi janin, serta memeriksakan kandungan empat
kali selama kehamilan. Bersalin di
fasilitas kesehatan, lakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan berupayalah agar
bayi mendapat colostrum air susu ibu (ASI). Berikan hanya ASI saja sampai bayi
berusia 6 bulan. Setelah itu, ASI boleh dilanjutkan
sampai usia 2 tahun, namun berikan juga makanan pendamping ASI. Jangan lupa
pantau tumbuh kembangnya dengan membawa buah hati ke Posyandu setiap bulan.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah berikanlah hak anak mendapatkan kekebalan dari penyakit berbahaya melalui imunisasi yang telah dijamin ketersediaan dan keamanannya oleh pemerintah. Masyarakat bisa memanfaatkannya dengan tanpa biaya di Posyandu atau Puskesmas.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah berikanlah hak anak mendapatkan kekebalan dari penyakit berbahaya melalui imunisasi yang telah dijamin ketersediaan dan keamanannya oleh pemerintah. Masyarakat bisa memanfaatkannya dengan tanpa biaya di Posyandu atau Puskesmas.
3) Sanitasi dan Akses Air Bersih
Rendahnya akses terhadap
pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya adalah akses sanitasi dan air bersih,
mendekatkan anak pada risiko ancaman penyakit infeksi. Untuk itu, perlu
membiasakan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak buang air
besar sembarangan. Pola asuh dan
status gizi sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tua (seorang ibu) maka,
dalam mengatur kesehatan dan gizi di keluarganya. Karena itu, edukasi
diperlukan agar dapat mengubah perilaku yang bisa mengarahkan pada peningkatan
kesehatan gizi atau ibu dan anaknya.
Penangan
stunting dilakukan melalui Intervensi Spesifik dan Intervensi Sensitif pada
sasaran 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak sampai berusia 6 tahun.
Intervensi
Gizi Spesifik
Ini
merupakan intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK) dan berkontribusi pada 30% penurunan stunting. Kerangka
kegiatan intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan pada sektor kesehatan.
a.
Intervensi dengan sasaran Ibu Hamil:
1)
Memberikan
makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan energi dan protein
kronis.
2)
Mengatasi
kekurangan zat besi dan asam folat.
3)
Mengatasi
kekurangan iodium.
4)
Menanggulangi
kecacingan pada ibu hamil.
5)
Melindungi
ibu hamil dari Malaria.
b.
Intervensi dengan sasaran Ibu
Menyusui dan Anak Usia 0-6 Bulan:
1)
Mendorong
inisiasi menyusui dini (pemberian ASI jolong/colostrum).
2)
Mendorong
pemberian ASI Eksklusif.
c. Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23 bulan:
1)
Mendorong
penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh pemberian MP-ASI.
2)
Menyediakan
obat cacing.
3)
Menyediakan
suplementasi zink.
4)
Melakukan
fortifikasi zat besi ke dalam makanan.
5)
Memberikan
perlindungan terhadap malaria.
6)
Memberikan
imunisasi lengkap.
7)
Melakukan
pencegahan dan pengobatan diare
Intervensi
Gizi Sensitif
Idealnya
dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan dan
berkontribusi pada 70% Intervensi Stunting. Sasaran dari intervensi gizi
spesifik adalah masyarakat secara umum dan tidak khusus ibu hamil dan balita
pada 1.000 Hari PertamaKehidupan (HPK).
1)
Menyediakan
dan Memastikan Akses pada Air Bersih.
2)
Menyediakan
dan Memastikan Akses pada Sanitasi.
3)
Melakukan
Fortifikasi Bahan Pangan.
4)
Menyediakan
Akses kepada Layanan Kesehatan dan Keluarga Berencana (KB).
5)
Menyediakan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
6)
Menyediakan
Jaminan Persalinan Universal (Jampersal).
7)
Memberikan
Pendidikan Pengasuhan pada Orang tua.
8)
Memberikan
Pendidikan Anak Usia Dini Universal.
9)
Memberikan
Pendidikan Gizi Masyarakat.
10)
Memberikan
Edukasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi, serta Gizi pada Remaja.
11)
Menyediakan
Bantuan dan Jaminan Sosial bagi Keluarga Miskin.
12)
Meningkatkan
Ketahanan Pangan dan Gizi.
Daftar Pustaka
Allen,
L.H dan Gillespie, S.R. 2001. What Works? A Review of The Efficacy and Effectiveness of Nutrition Intervensions.
Manila: ABD.
Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. 2017. Buku Saku Desa
dalam Penanganan Stunting. Jakarta: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi.
Keputusan
Menteri Kesehatan No. 1995/MENKES/SK/XII/2010 tanggal 30 Desember
2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak yang Menggunakan Standar WHO 2005.
Setiawan, B. 2010. Peranan ASI dan MP-ASI terhadap Tumbuh Kembang Anak Dan Pengaruh Stunting terhadap Mortalitas. Banda Aceh: Jurusan Gizi Poltekkes Depkes NAD.
Supariasa et. al. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
UNICEF. 2007. Progress
for Children. Tersedia di http://www.unicef.org/publications/files/Progress_For_Children_No_6_Revised.pdf [Diunduh
tanggal 27 Desember 2018].
UNICEF. 2012. Ringkasan Kajian Gizi
Ibu dan Anak. Tersedia di http://www.unicef.org/indonesia/id/A6_-_B_Ringkasan_Kajian_Gizi.pdf [Diunduh tanggal 27 Desember 2018].
1 komentar:
If you're looking to lose pounds then you absolutely need to start following this brand new custom keto plan.
To create this service, certified nutritionists, personal trainers, and professional chefs have joined together to provide keto meal plans that are powerful, suitable, money-efficient, and satisfying.
Since their first launch in 2019, hundreds of people have already remodeled their body and well-being with the benefits a proper keto plan can offer.
Speaking of benefits; in this link, you'll discover 8 scientifically-proven ones provided by the keto plan.
Posting Komentar