MAKALAH
Pedoman Informasi Obat pada
Penggunaan Antibiotik untuk Bakteri Aerob dan Anaerob
UNIVERSITAS
PADJADJARAN
FAKULTAS
FARMASI
2018
Pedoman Informasi Obat pada
Penggunaan Antibiotik untuk Bakteri Aerob dan Anaerob
A.
Pengobatan Penyakit Infeksi Bakteri Aerob
Bakteri aerob merupakan bakteri yang dalam
melakukan proses metabolismenya memerlukan bantuan oksigen. Berdasarkan hasil identifikasi
bakteri dengan metode pewarnaan gram diperoleh bakteri gram positif dan gram
negatif. Bakteri gram positif diantaranya yaitu genus Staphylococcus,
Streptococcus, dan lain-lain. Sedangkan
bakteri yang termasuk dalam Gram negatif yaitu family Pseudomonadaceae (genus
Pseudomonas), Enterobacteriaceae (genus Esherichia, Shigella,
Klebsiella, Enterobacter, Proteus,
dan Alcaligenes) (Brooks, 2005). Adapun
tahapan terapi antibiotik untuk infeksi bakteri aerob adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Alur Penilaian Kualitatif Penggunaan Antibiotik (Gyssens
Classification) (Gyssesns, 2005).
Antibiotik
efektif yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit infeksi bakteri anaerob
adalah sebagai berikut:
1.
Chloramphenicol
Nama
|
:
|
Kloramfenikol
|
Dosis terapi
|
:
|
Oral, injeksi intravena atau infus: 50 mg/kg bb/hari
dibagi dalam 4 dosis (pada infeksi berat seperti septikemia dan meningitis,
dosis dapat digandakan dan segera diturunkan bila terdapat perbaikan klinis).
Anak: epiglotitis
hemofilus, meningitis purulenta, 50-100 mg/kg bb/hari dalam dosis terbagi.
Bayi di bawah 2 minggu, 25 mg/kg bb/hari (dibagi dalam 4 dosis). 2 minggu-1
tahun, 50 mg/kg bb/hari (dibagi 4 dosis) (Pionas, 2018)
|
Cara
pakai
|
:
|
Oral,
injeksi intravena, infus
|
Interaksi
obat
|
:
|
Kontraindikasi:
lurasidone
Serius (gunakan alternatif): bcg vaccine live,
cefoxitin, cholera vaccine, deferiprone, encorafenib, gilteritinib, glasdegib,
larotrectinib, lorlatinib, mefloquine, typhoid vaccine live, vilazodone,
warfarin.
Harus dimonitor: axitinib, bazedoxifene/ conjugated
estrogens, cannabidiol, ceftriaxone, conjugated estrogens, vaginal,
doravirine, duvelisib, eluxadoline, estradiol, estrogens conjugated
synthetic, estrogens esterified, estropipate, ethinylestradiol, flibanserin,
fosphenytoin, ifosfamide, ivacaftor, levonorgestrel oral/ethinylestradiol/ferrous
bisglycinate, lomitapide, maraviroc, mestranol, ospemifene, phenytoin, piperacillin,
segesterone/ethinyl estradiol, sodium picosulfate/magnesium oxide/anhydrous
citric acid, sufentanil sl, tinidazole
Minor: amobarbital, amoxicillin, ampicillin,
aztreonam, butabarbital, butalbital, cefaclor, cefadroxil, cefamandole,
cefazolin, cefdinir, cefditoren, cefixime, cefotaxime, cefotetan, cefpirome,
cefprozil, ceftazidime, ceftibuten, ceftizoxime, cefuroxime, cephalexin,
chlorpropamide, cocaine, cyanocobalamin, dicloxacillin, entacapone, ethotoin,
folic acid, glimepiride, glipizide, gliquidone, glyburide, nafcillin,
oxacillin penicillin g aqueous, penicillin vk, pentobarbital, phenobarbital
primidone, rifampin, ruxolitinib, secobarbital,
ticarcillin, tolazamide, tolbutamide.
|
Interaksi
dengan makanan
|
:
|
Red
yeast rice (angkak), produk olahan susu: susu, yoghurt, keju, coklat, es
krim, mentega, activia, krim asam, bhang, calciskim, custard, dadih, dodol susu, eggnog, gelato, kasein, kefir,
kerupuk susu, krim kocok, lassi, lemak
susu, mentega, skyr, krim soda, susu
bubuk, susu evaporasi, susu mentega, tahu susu, vla, whey, Ä¡bejna.
|
Cara penyimpanan
|
:
|
Simpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya
langsung dan tempat yang lembap. Jangan disimpan di kamar mandi. Jangan
dibekukan. Jauhkan semua obat-obatan dari jangkauan anak-anak dan hewan
peliharaan. Buang produk ini bila masa berlakunya telah habis atau bila sudah
tidak diperlukan lagi.
|
Efek samping
|
:
|
<1%: nightmares, headache, rash, diarrhea,
stomatitis, enterocolitis, nausea, vomiting, bone marrow suppression,
aplastic anemia, peripheral neuropathy, optic neuritis, gray syndrome.
|
2.
Cilastatin
Nama
|
:
|
Cilastatin, Imipenem
|
Dosis terapi
|
:
|
Injeksi intramuskuler: Infeksi ringan dan sedang
500-750 mg tiap 12 jam. Uretritis dan servisitis gonokokus, 500 mg dosis
tunggal.
Injeksi intravena: 1-2 gram per hari (dalam 3-4 kali
pemberian). Untuk kuman yang kurang sensitif, 50 mg/kg bb/hari (maksimum 4
g/hari). Anak di atas 3 bulan, 60 mg/kgbb (maksimum 2 g/hari) dibagi dalam
3-4 dosis.
Profilaksis bedah, 1 gram intravena, pada waktu
induksi anestesi, diulangi 3 jam kemudian. Pada operasi dengan risiko infeksi
tinggi (misal: kolorektal) dilanjutkan 500 mg, 8 dan 16 jam setelah induksi.
|
Cara
pakai
|
:
|
Injeksi
intramuskuler, injeksi intravena.
|
Interaksi obat
|
:
|
Serius/gunakan alternatif: bcg vaccine live, cholera
vaccine, ganciclovir, typhoid vaccine live, valproic acid.
Monitor: bazedoxifene/conjugated estrogens,
conjugated estrogens, dienogest/estradiol valerate, digoxin, estradiol,
estrogens conjugated synthetic, estropipate, mestranol, sodium picosulfate/magnesium
oxide/anhydrous citric acid, tobramycin inhaled.
Minor: balsalazide, biotin, bupropion, cyclosporine,
dyphylline pantothenic acid, pyridoxine, pyridoxine (antidote), tacrolimus
theophylline, thiamine, valganciclovir.
|
Interaksi
dengan makanan
|
:
|
Produk
olahan susu: susu, yoghurt, keju, coklat, es krim, mentega, activia, krim
asam, bhang, calciskim, custard, dadih,
dodol susu, eggnog, gelato, kasein, kefir, kerupuk susu, krim kocok, lassi, lemak susu, mentega,
skyr, krim soda, susu bubuk, susu evaporasi,
susu mentega, tahu susu, vla, whey, Ä¡bejna.
|
Cara
penyimpanan
|
:
|
Simpan
pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembap.
Jangan disimpan di kamar mandi. Jangan dibekukan. Jauhkan semua obat-obatan
dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan. Buang produk ini bila masa
berlakunya telah habis atau bila sudah tidak diperlukan lagi.
|
Efek
samping
|
:
|
Mual,
muntah, diare (pernah dilaporkan timbulnya kolitis), gangguan pengecapan,
gangguan darah, uji Coombs positif, reaksi alergi (ruam, urtikaria,
anafilaksis, nekrolisis epidermal toksik), mioklonus, konvulsi, bingung,
gangguan fungsi mental, peningkatan enzim hati dan bilirubin, peningkatan
ureum dan kreatinin serum, warna kemerahan di urin, reaksi lokal berupa
nyeri, kemerahan, indurasi dan tromboflebitis.
|
3.
Ciprofloxacin
Nama
|
:
|
Siprofoksasin
|
Dosis terapi
|
:
|
Oral: infeksi saluran napas, 250-750 mg dua kali
sehari.
Infeksi saluran kemih, 250-500 mg dua kali sehari
(untuk akut tanpa komplikasi, 250 mg dua kali sehari selam 3 hari). Gonore
500 mg dosis tunggal. Infeksi Pseudomonal saluran pernafasan bawah pada
cystic fibrosis 750 mg dua kali sehari; Anak 5-17 tahun sampai 20 mg/kg bb
dua kali sehari (maksimal 1,5 g sehari). Infeksi lain, 500-750 mg dua kali
sehari. Profilaksis bedah, 750 mg 60-90 menit sebelum operasi.
Injeksi intravena: (selama 30-60 menit), 200-400 mg
dua kali sehari.
Infeksi Pseudomonal saluran pernafasan bawah pada
cystic fibrosis 400 mg dua kali sehari. Anak 5-17 tahun sampai 10 mg/kg bb
tiga kali sehari (maksimal 1,2 g sehari). Infeksi saluran kemih, 100 mg dua
kali sehari. Gonore, 100 mg dosis tunggal.
Anak: tidak dianjurkan. Tapi bila pertimbangan
manfaat risiko menguntungkan, oral: 10-30mg/kg bb/hari dibagi dua dosis;
intravena: 8-16 mg/kg bb/hari dibagi dua dosis.
Antraks (pengobatan dan
profilaksis setelah terpapar, oral, 500 mg sehari dua kali; Anak 30 mg/kg
bb/hari dibagi dua dosis (maksimal 1 g per hari) Injekasi intravena, 400 mg
sehari dua kali; Anak 20 mg/kg bb/hari dibagi 2 dosis (Maksimal 800 mg per
hari).
|
Cara
pakai
|
:
|
Oral,
Injeksi Intravena
|
Interaksi
obat
|
:
|
Kontraindikasi:
flibanserin
Serius/gunakan
alternatif: alosetron, aluminum hydroxide, aminolevulinic acid oral,
aminolevulinic acid topical, bcg vaccine live, carbonyl iron, cholera
vaccine, cisapride, clomipramine, clozapine, cobimetinib, didanosine,
dronedarone, glasdegib, ibrutinib, imipramine, inotuzumab, iron sucrose,
ivosidenib, macimorelin, mefloquine, methyl aminolevulinate, olaparib,
ondansetron, panobinostat, pirfenidone, pomalidomide, rasagiline, saquinavir,
theophylline, tizanidine, toremifene, tretinoin, tretinoin topical, typhoid
vaccine live, umeclidinium bromide/vilanterol inhaled, vandetanib,
vemurafenib, venetoclax, vilanterol/fluticasone furoate inhaled, warfarin.
Monitor closely: (ada 194 obat) acarbose,
amiodarone, arsenic trioxide, artemether, artemether/lumefantrine, asenapine,
aspirin, aspirin/citric acid/sodium bicarbonate, axitinib,
bazedoxifene/conjugated estrogens, dll.
Minor: acebutolol, alprazolam, balsalazide,
carvedilol, chlordiazepoxide, clonazepam, clorazepate, diazepam, digoxin,
esmolol, estazolam, fennel, flurazepam, foscarnet, frovatriptan,
isotretinoin, metoprolol, midazolam, nadolol, nebivolol, penbutolol,
pindolol, propranolol, pyridoxine, quazepam, quercetin, ruxolitinib, tacrine,
temazepam, thiamine, timolol, triazolam, vitamin K1 (phytonadione).
|
Interaksi
dengan makanan
|
:
|
Teh
hijau, Produk olahan susu: susu, yoghurt, keju, coklat, es krim, mentega,
activia, krim asam, bhang, calciskim, custard, dadih, dodol susu, eggnog,
gelato, kasein, kefir, kerupuk susu,
krim kocok, lassi, lemak susu, mentega, skyr, krim soda, susu bubuk, susu evaporasi, susu mentega,
tahu susu, vla, whey, Ä¡bejna.
|
Cara
penyimpanan
|
:
|
Simpan
pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembap.
Jangan disimpan di kamar mandi. Jangan dibekukan. Jauhkan semua obat-obatan
dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan. Buang produk ini bila masa
berlakunya telah habis atau bila sudah tidak diperlukan lagi.
|
Efek
samping
|
:
|
Flatulen,
disfagia, pankreatitis, takikardia, hipotensi, udem, kemerahan, berkeringat,
gangguan dalam bergerak, tinnitus, vaskulitis, tenosinovitis, eritema,
nodosum, hemorrhagic bullae, petechiae dan hiperglikemia; nyeri dan flebitis
pada tempat penyuntikan.
|
4.
Clindamycin
Nama
|
:
|
Clindamycin
|
Dosis terapi
|
:
|
Capsule: 75 mg, 150 mg, 300 mg
Injectable solution: 150 mg/Ml
Oral solution: 75 mg/5Ml,
Intravenous ready-to-use solution: 300 mg/50mL (5%
dextrose), 600 mg/50mL (5% dextrose),
900 mg/50mL (5% dextrose)
Serious Infections Caused by Anaerobic Bacteria:
150-450 mg PO q6-8hr; not to exceed 1.8 g/day, OR, 1.2-2.7 g/day IV/IM
divided q6-12hr; not to exceed 4.8 g/day
|
Cara
pakai
|
:
|
Oral,
injeksi intravena.
|
Interaksi obat
|
:
|
Serius/gunakan alternatif: abobotulinumtoxina,
atracurium, bcg vaccine live, cholera vaccine, cisatracurium,
incobotulinumtoxina, onabotulinumtoxina, pancuronium, rapacuronium,
rimabotulinumtoxinb, rocuronium, succinylcholine, tubocurarine, typhoid
vaccine live, vecuronium.
Monitor: bazedoxifene/conjugated estrogens,
conjugated estrogens, dienogest/estradiol valerate, digoxin, estradiol,
estrogens conjugated synthetic, estropipate, ethinylestradiol, letermovir,
levonorgestrel oral/ethinylestradiol/ferrous bisglycinate, mestranol, mipomersen,
nitazoxanide, ospemifene segesterone/ethinyl estradiol, sodium
picosulfate/magnesium oxide/anhydrous citric acid, warfarin.
Minor: balsalazide, biotin, erythromycin base,
erythromycin ethylsuccinate, erythromycin lactobionate, erythromycin
stearate, pantothenic acid, pyridoxine, pyridoxine (antidote), thiamine.
|
Interaksi
dengan makanan
|
:
|
Produk
olahan susu: susu, yoghurt, keju, coklat, es krim, mentega, activia, krim
asam, bhang, calciskim, custard, dadih,
dodol susu, eggnog, gelato, kasein, kefir, kerupuk susu, krim kocok, lassi, lemak susu, mentega,
skyr, krim soda, susu bubuk, susu
evaporasi, susu mentega, tahu susu, vla, whey, Ä¡bejna.
|
Cara
penyimpanan
|
:
|
Simpan
pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembap.
Jangan disimpan di kamar mandi. Jangan dibekukan. Jauhkan semua obat-obatan
dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan. Buang produk ini bila masa
berlakunya telah habis atau bila sudah tidak diperlukan lagi.
|
Efek samping
|
:
|
Abdominal pain, agranulocytosis, eosinophilia (transient),
diarrhea, fungal overgrowth, pseudomembranous colitis, hypersensitivity,
stevens-johnson syndrome, rashes, urticaria, hypotension, nausea, vomiting,
sterile abscess at IM site, thrombophlebitis, granulocytopenia, neutropenia,
thrombocytopenia, polyarthritis, renal dysfunction, postmarketing reports,
metallic taste, clostridium difficile colitis.
|
5.
Doxycycline
Nama
|
:
|
Doxycycline
|
Dosis terapi
|
:
|
Dosis lazim dewasa: 200 mg pada hari pertama
(diberikan sebagai dosis tunggal atau 100 mg setiap 12 jam) diikuti dengan
dosis pemeliharaan 100 mg/hari (diberikan sebagai dosis tunggal atau sebagai
dosis 50 mg setiap 12 jam). Untuk mengatasi infeksi yang lebih berat
(terutama infeksi saluran kemih kronis), 200 mg sehari selama perioda terapi.
Anak di atas 8 tahun: Dosis yang dianjurkan pada
anak BB kurang dari atau sama dengan 45 kg adalah 4,4 mg/kgBB (sebagai dosis tunggal atau dosis terbagi
dua pada hari pertama), diikuti dengan 2,2 mg/kgBB (dosis tunggal atau dosis
terbagi dua) pada hari yang berurutan. Pada infeksi yang lebih berat, bisa
hingga 4,4 kg/BB. Anak dengan berat badan lebih dari 45 kg sama dengan dosis
dewasa.
Akne Vulgaris: 50-100 mg
per hari hingga 12 minggu.
|
Cara
pakai
|
:
|
Oral
|
Interaksi obat
|
:
|
Kontraindikasi: acitretin, allogeneic cultured keratinocytes/fibroblasts
in bovine collagen, flibanserin, lomitapide, tretinoin.
Serius (69 obat): abobotulinumtoxina, aluminum
hydroxide, aminolevulinic acid oral, aminolevulinic acid topical,
amoxicillin, ampicillin, atracurium, axitinib, bcg vaccine live, bismuth
subsalicylate, bosutinib.
|
Interaksi
dengan makanan
|
:
|
Produk
olahan susu: susu, yoghurt, keju, coklat, es krim, mentega, activia, krim
asam, bhang, calciskim, custard, dadih,
dodol susu, eggnog, gelato, kasein, kefir, kerupuk susu, krim kocok, lassi, lemak susu, mentega,
skyr, krim soda, susu bubuk, susu
evaporasi, susu mentega, tahu susu, vla, whey, Ä¡bejna.
|
Cara
penyimpanan
|
:
|
Simpan
pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembap.
Jangan disimpan di kamar mandi. Jangan dibekukan. Jauhkan semua obat-obatan
dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan. Buang produk ini bila masa
berlakunya telah habis atau bila sudah tidak diperlukan lagi.
|
Efek samping
|
:
|
Laporan postmarketing: pancreatitis, stevens-johnson
syndrome, maculopapular and erythematous rashes, angioneurotic edema,
anaphylaxis, anaphylactoid purpura, jarisch-herxheimer reaction in the
setting of spirochete infections.
|
6.
Erythromicin
Nama
|
:
|
Erythromicin
|
Dosis
terapi
|
:
|
Oral:
Dewasa dan anak di atas 8 tahun, 250-500 mg tiap 6 jam atau 0,5-1 g tiap 12
jam (lihat keterangan di atas); pada infeksi berat dapat dinaikkan sampai 4
g/hari. Anak sampai 2 tahun, 125 mg tiap 6 jam; 2-8 tahun 250 mg tiap 6 jam.
Untuk infeksi berat dosis dapat digandakan.
Akne:
250 mg dua kali sehari, kemudian satu kali sehari setelah 1 bulan. Sifilis
stadium awal, 500 mg 4 kali sehari selama 14 hari.
Infus
intravena: infeksi berat pada dewasa dan anak, 50 mg/kg bb/hari secara infus
kontinu atau dosis terbagi tiap 6 jam; infeksi ringan 25 mg/kg bb/hari bila
pemberian per oral tidak memungkinkan.
|
Cara
pakai
|
:
|
Oral,
infus intravena.
|
Interaksi
obat
|
:
|
Eritromisin
dan makrolida lain.
Aritmia:
hindari penggunaan bersama astemizol atau terfenadin, hindari juga kombinasi
dengan cisaprid.
|
Interaksi
dengan makanan
|
:
|
Produk
olahan susu: susu, yoghurt, keju, coklat, es krim, mentega, activia, krim
asam, bhang, calciskim, custard, dadih,
dodol susu, eggnog, gelato, kasein, kefir, kerupuk susu, krim kocok, lassi, lemak susu, mentega,
skyr, krim soda, susu bubuk, susu
evaporasi, susu mentega, tahu susu, vla, whey, Ä¡bejna.
|
Cara
penyimpanan
|
:
|
Simpan
pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembap.
Jangan disimpan di kamar mandi. Jangan dibekukan. Jauhkan semua obat-obatan
dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan. Buang produk ini bila masa
berlakunya telah habis atau bila sudah tidak diperlukan lagi.
|
Efek
samping
|
:
|
Mual,
muntah, nyeri perut, diare, urtikaria, ruam dan reaksi alergi lainnya,
gangguan pendengaran yang reversibel pernah dilaporkan setelah pemberian
dosis besar, ikterus kolestatik dan gangguan jantung (aritmia dan nyeri
dada).
|
7.
Ethambutol
Nama
|
:
|
Ethambutol
|
Dosis
terapi
|
:
|
Dewasa
dan anak di atas 6 tahun, 15-25 mg/kgBB sebagai dosis tunggal.
|
Cara
pakai
|
:
|
Oral
|
Interaksi
obat
|
:
|
Serius/gunakan
alternatif: bcg vaccine live.
Minor: allopurinol, aluminum hydroxide, aluminum
hydroxide/magnesium carbonate, aluminum hydroxide/ magnesium trisilicate,
febuxostat, probenecid, sodium picosulfate/magnesium oxide/anhydrous citric
acid.
|
Cara
penyimpanan
|
:
|
Simpan
pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembap.
Jangan disimpan di kamar mandi. Jangan dibekukan. Jauhkan semua obat-obatan
dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan. Buang produk ini bila masa
berlakunya telah habis atau bila sudah tidak diperlukan lagi.
|
Efek
samping
|
:
|
Neuritis
optik, buta warna merah/hijau, neuritis perifer.
|
8.
Gentamicin
Nama
|
:
|
Gentamicin
|
Dosis
terapi
|
:
|
Injeksi
intramuskuler, intravena lambat atau infus, 2-5 mg/kgBB/hari (dalam dosis
terbagi tiap 8 jam). Lihat juga keterangan di atas. Sesuaikan dosis pada
gangguan fungsi ginjal dan ukur kadar dalam plasma. Anak di bawah 2 minggu, 3
mg/kgBB tiap 12 jam; 2 minggu sampai 2 tahun, 2 mg/kgBB tiap 8 jam. Injeksi
intratekal: 1 mg/hari, dapat dinaikkan sampai 5 mg/hari disertai pemberian
intramuskuler 2-4 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi tiap 8 jam. Profilaksis
endokarditis pada dewasa 120 mg. Untuk anak di bawah 5 tahun 2 mg/kgBB.
|
Cara
pakai
|
:
|
Injeksi
intramuskuler, intravena lambat atau infus, Injeksi intratekal, oral.
|
Interaksi obat
|
:
|
Serius/gunakan alternatif: abobotulinumtoxina,
agalsidase alfa, agalsidase beta, amphotericin b deoxycholate, atracurium,
bacitracin, bcg vaccine live, bumetanide, cholera vaccine, cidofovir, cisatracurium,
ethacrynic acid, furosemide, incobotulinumtoxina, neomycin po,
onabotulinumtoxina, pancuronium, quinidine, rapacuronium,
rimabotulinumtoxinb, rocuronium, succinylcholine, torsemide, tubocurarine,
typhoid vaccine live, vecuronium.
|
Interaksi
dengan makanan
|
:
|
Produk
olahan susu: susu, yoghurt, keju, coklat, es krim, mentega, activia, krim
asam, bhang, calciskim, custard, dadih,
dodol susu, eggnog, gelato, kasein, kefir, kerupuk susu, krim kocok, lassi, lemak susu, mentega,
skyr, krim soda, susu bubuk, susu
evaporasi, susu mentega, tahu susu, vla, whey, dan gbejna.
|
Cara
penyimpanan
|
:
|
Simpan
pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembap.
Jangan disimpan di kamar mandi. Jangan dibekukan. Jauhkan semua obat-obatan
dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan. Buang produk ini bila masa
berlakunya telah habis atau bila sudah tidak diperlukan lagi.
|
Efek
samping
|
:
|
Gangguan
vestibuler dan pendengaran, nefrotoksisitas, hipomagnesemia pada pemberian
jangka panjang, kolitis karena antibiotik.
|
9. Amoxicillin
Nama
|
:
|
Amoxicillin
|
Dosis
terapi
|
:
|
Oral:
250 mg tiap 8 jam, dosis digandakan pada infeksi berat; Anak hingga 10 tahun:
125 - 250 mg tiap 8 jam, dosis digandakan pada infeksi berat. Otitis media, 1
g setiap 8 jam. Anak 40 mg/kgBB sehari dalam 3 dosis terbagi (maksimum 3 g
sehari). Pneumonia, 0,5 – 1 g setiap 8 jam. Antrax (terapi dan profilaksis
setelah paparan), 500 mg setiap 8 jam; Anak berat badan kurang dari 20 kg, 80
mg/kgBB sehari dalam 3 dosis terbagi, berat badan lebih dari 20 kg, dosis
dewasa. Terapi oral jangka pendek: Abses gigi: 3 g, diulangi setelah 8 jam;
Infeksi saluran kemih: 3 g, diulangi setelah 10-12 jam; Injeksi intramuskular:
500 mg tiap 8 jam; Anak, 50-100 mg/kgBB sehari dalam dosis terbagi; Injeksi
intravena atau infus: 500 mg tiap 8 jam, dapat dinaikkan sampai 1 g tiap 6
jam pada infeksi berat; Anak: 50-100 mg/hari dalam dosis terbagi. Listerial
meningitis (dalam kombinasi dengan antibiotik lain), infus intravena, 2 g
setiap 4 jam untuk 10 -14 jam. Endokarditis (dalam kombinasi dengan
antibiotik lain jika diperlukan), infus intravena, 2 g setiap 6 jam,
ditingkatkan hingga 2 g setiap 4 jam, seperti dalam endokarditis enterokokus
atau jika amoksisilin digunakan tunggal.
|
Cara
pakai
|
:
|
Injeksi
intravena atau infus, oral.
|
Interaksi obat
|
:
|
Dapat mengurangi kemanjuran OC. Dapat meningkatkan
efek antikoagulan. Peningkatan risiko reaksi alergi dg allopurinol. Tingkat
darah meningkat dan berkepanjangan dengan probenecid. Kloramfenikol,
makrolida, sulfonamida, dan tetrasiklin dapat mengganggu efek bakterisida
amoksisilin.
|
Cara
penyimpanan
|
:
|
Simpan
antara 20-25°C. Susp oral dilarutkan: Simpan antara 2-8°C.
|
Efek
samping
|
:
|
Mual,
muntah, diare, lidah berbulu hitam, reaksi seperti penyakit serum, ruam
makulopapular eritematosa, eritema multiforme, sindrom stevens-johnson,
dermatitis eksfoliatif, nekrolisis epidermal toksik, pustulosis eksantematosa
general generik, hipersensitivitas vaskulitis, urtika, peningkatan AS,
ikterus kolestatik, kolestasis hati, hepatitis sitolitik akut, kristaluria,
anemia, trombositopenia, purpura trombositopenik, eosinofilia, leukopenia,
agranulositosis. Jarang, hiperaktif reversibel, agitasi, kecemasan, insomnia,
kebingungan, kejang, perubahan perilaku, pusing, dan perubahan warna gigi.
Berpotensi
fatal: anafilaksis, diare terkait clostridium difficile (CDAD) atau kolitis
pseudomembran.
|
10. Isoniazid
Nama
|
:
|
Isoniazid
|
Dosis
terapi
|
:
|
Tuberkulosis
Aktif: Dewasa; 5 mg/kgBB per hari (4-6 mg/kgBB per hari), Anak:10 mg/kgBB per
hari (10-15 mg/kgBB per hari). Untuk dewasa dengan BB 30-45 kg, dosis per
hari 200 mg diberikan dalam dosis tunggal. Untuk pasien dengan BB >45 kg,
dosis per hari 300 mg diberikan dalam dosis tunggal. Tuberkulosis latent
(Monoterapi): diberikan sedikitnya 6 bulan Dewasa; 300 mg per hari. Anak; 10
mg/kgBB per hari (maks. 300 mg/hari). Tablet isoniazid 300 mg tidak boleh
diberikan untuk anak dengan BB
|
Cara
pakai
|
:
|
Intramuskular,
oral.
|
Interaksi obat
|
:
|
Menghambat metabolisme hepar antiepilepsi (mis.
karbamazepin, etosuksimid, primidon, fenitoin), benzodiazepin (mis. diazepam,
triazolam), klorzoksazon, teofilin, disulfiram, terkadang menyebabkan
peningkatan toksisitas. Metabolisme enfluran yang meningkat, menghasilkan
tingkat fluoride nefrotoksik yang berpotensi. Peningkatan konsentrasi dan
peningkatan efek atau toksisitas clofazimine, cycloserine dan warfarin.
Mengurangi absorpsi dengan antasida yang mengandung Al. Peningkatan risiko
neuropati perifer dg zalcitabine dan stavudine.
|
Interaksi
dengan makanan
|
:
|
Bioavailabilitas
menurun jika dikonsumsi bersama makanan. Hindari yang mengandung tyramine
(seperti keju, anggur merah) dan makanan yang mengandung histamin (seperti cakalang,
tuna, ikan tropis lainnya) karena respons berlebihan (seperti sakit kepala,
berkeringat, jantung berdebar, kemerahan, hipotensi) dapat terjadi. Alkohol
dapat mengurangi kemanjuran isoniazid dan dapat meningkatkan risiko
pengembangan neuropati perifer dan kerusakan hati.
|
Cara
penyimpanan
|
:
|
Simpan
antara 20-25°C. Lindungi dari kelembaban dan cahaya.
|
Efek
samping
|
:
|
Neuritis
perifer, reaksi psikotik, kejang, neuritis optik, peningkatan sementara enzim
hati; efek hematologis (seperti anemia, agranulositosis, trombositopenia,
eosinofilia); reaksi hipersensitivitas meliputi erupsi kulit (termasuk
eritema multiforme), demam, vaskulitis; mual, muntah, mulut kering, sembelit,
pellagra, purpura, hiperglikemia, sindrom mirip lupus, vertigo,
hiperrefleksia, retensi urin, ginekomastia.
Berpotensi
fatal: hepatitis.
|
11. Vancomycin
Nama
|
:
|
Vancomycin
|
Dosis terapi
|
:
|
Oral, 125 mg tiap 6 jam
selama 7-10 hari,untuk kolitis pseudo membranosa. Anak di atas 5 tahun, 5
mg/kgBB tiap 6 jam.
Injeksi
intravena: 500 mg selama 60 menit atau lebih, tiap 6 jam; atau 1 g selam 100
menit tiap 12 jam. Neonatus sampai 1 minggu, dosis awal 15 mg/kgBB dilanjutkan
10 mg/kgBB tiap 12 jam. Bayi 1-4 minggu, mula-mula 15 mg/kgBB dilanjutkan
dengan 10 mg/kgBB tiap 8 jam. Di atas 1 bulan, 10 mg/kgBB tiap 8 jam.
|
Cara
pakai
|
:
|
Injeksi
intravena, oral.
|
Interaksi obat
|
:
|
Anestesi umum dapat meningkatkan efek samping dari
vankomisin. Peningkatan risiko ototoksisitas dan nefrotoksisitas bersama
aminoglikosida, polimiksin, siklosporin, cisplatin, dan loop diuretik.
Peningkatan potensial blokade neuromuskuler dengan suxamethonium, atau
vecuronium.
|
Cara
penyimpanan
|
:
|
Kapsul:
Simpan antara 15-30°C. Serbuk rekonstusi untuk infus. Simpan antara 2-8°C.
|
Efek
samping
|
:
|
Setelah
pemberian parenteral: nefrotoksisitas termasuk gagal ginjal dan nefritis
interstisial; ototoksisitas (hentikan bila timbul tinitus); gangguan darah
seperti netropenia (biasanya setelah 1 minggu atau dosis kumulatif 25 g),
kadang-kadang agranulositosis dan trombositopenia; mual, demam, menggigil,
eosinofilia, anafilaksis, ruam (termasuk sindrom Stevens-Johnson, dermatitis
eksfoliatif dan vaskulitis); flebitis. Pada infus cepat dapat terjadi
hipotensi berat (termasuk syok dan henti jantung), napas meninggi, sesak
napas, urtikaria, pruritus, kemerahan pada tubuh bagian atas (red man syndrome), nyeri dan kram otot
punggung dan dada.
|
12. Streptomycin
Nama
|
:
|
Streptomycin
|
Dosis
terapi
|
:
|
Injeksi
intramuskular, Dewasa: 15 mg/kgBB (12-18 mg/kgBB) per hari (maksimal 1 g)
selama 5 hari dalam seminggu atau 25-30
mg/kgBB 2 kali seminggu. Anak: 20-40 mg/kgBB sehari (maksimal 1 g) atau 25-30
mg/kgBB 2 kali dalam seminggu. Selama masa pengobatan dosis kumulatif tidak
boleh lebih dari 120 g.
Tularemia: Dosis dewasa 1-2 g sehari dalam dosis
terbagi selama 7-14 hari atau sampai pasien afebris selama 5-7 hari.
Plague:
Dosis dewasa 2 g (30 mg/kgBB) sehari dalam 2 dosis terbagi minimal selama 10
hari. Brusellosis: digunakan bersamaan tetrasiklin atau doksisiklin Dewasa: 1
g streptomisin im 1 atau 2 kali sehari selama minggu pertama dan sekali
sehari selama pengobatan berikutnya. Anak: > 8 tahun 20mg/kgBB (sampai
dengan 1 g) streptomisin im sehari umumnya selama 2 minggu. Diberikan
bersamaan dengan kotrimoksazol, streptomisin diberikan selama 2 minggu pada
awal pengobatan. Streptokokal endokarditis: streptomisin diberikan bersama
dengan penisilin, dengan dosis 1 g 2 kali sehari selama 1 minggu diikuti
dengan 500 mg 2 kali sehari selama 1 minggu. Usia 60 tahun keatas 500 mg 2
kali sehari selama 2 minggu bersamaan dengan penisilin. Enterokokal
endokarditis: diberikan bersama penisislin 1 g 2 kali sehari selama 2 minggu
diikuti dengan 500 mg 2 kali sehari selama 4 minggu.
|
Cara
pakai
|
:
|
Intramuskular
|
Interaksi obat
|
:
|
Efek neurotoksik dan nefrotoksik tambahan dengan
neomisin, kanamisin, gentamisin, cefaloridine, paronomycin, viomycin,
polymyxin B, colistin, tobramycin, dan ciclosporin. Efek ototoksik dan
nefrotoksik yang ditingkatkan dengan asam etakrilat, manitol, furosemid, dan
kemungkinan diuretik lainnya. Dapat meningkatkan efek resp depresan dari
penghambat neuromuskuler. Peningkatan risiko nefrotoksisitas bersama
sefalosporin. Mengurangi ekskresi dengan NSAID.
|
Cara
penyimpanan
|
:
|
Simpan
antara 15-30°C. Lindungi dari cahaya.
|
Efek
samping
|
:
|
Reaksi
neurotoksik (seperti gangguan fungsi vestibular dan koklea, disfungsi saraf
optik, neuritis perifer, araknoiditis, ensefalopati); parestesia wajah, ruam,
demam, edema angioneurotik, eosinofilia; dermatitis eksfoliatif, azotemia,
leukopenia, trombositopenia, pansitopenia, anemia hemolitik, kelemahan otot,
ambliopia.
Berpotensi
fatal: Resp paralisis akibat blokade neuromuskuler, diare clostridium
difficile, anafilaksis; jarang, nefrotoksisitas.
|
13. Meropenem
Nama
|
:
|
Meropenem
|
Dosis
terapi
|
:
|
Injeksi
intravena, 500 mg tiap 8 jam. Dapat ditingkatkan dua kali lipat pada infeksi
nosokomial (pneumonia, peritonitis, septikemia dan infeksi pada pasien dengan
netropenia). Anak 3 bulan sampai 12 tahun, 10-20 mg/kgBB tiap 8 jam. Berat
badan lebih dari 50 kg diberikan dosis dewasa. Meningitis, 2 g tiap 8 jam.
Anak 40 mg/kgBB tiap 8 jam.Infeksi saluran napas bawah kronik pada fibrosis
kistik, 2 g tiap 8 jam. Anak 4-12 tahun, 25-40 mg/kgBB tiap 8 jam.
|
Cara
pakai
|
:
|
Injeksi
intravena
|
Interaksi obat
|
:
|
Peningkatan konsentrasi plasma dengan probenesid.
Dapat menurunkan kadar asam valproat dalam plasma sehingga meningkatkan
risiko kejang.
|
Cara
penyimpanan
|
:
|
Simpan
antara 20-25 ° C. Larutan direkonstitusi: simpan hingga 2 jam antara 15-25°C
atau hingga 12 jam pada 4°C.
|
Efek
samping
|
:
|
Efek GI
(misalnya diare, mual, muntah, sembelit), reaksi lokal (misalnya nyeri dan
peradangan di tempat inj, flebitis atau tromboflebitis), gangguan pada LFT,
tes Coombs langsung atau tidak langsung, sindrom Stevens-Johnson, nekrolisis
epidermal toksik, trombositemia, sakit kepala, anemia hemolitik, ruam,
pruritus, sepsis, apnea, syok, glositis, dan kandidiasis oral.
Jarang:
kejang-kejang.
Berpotensi
fatal: reaksi hipersensitivitas, diare dan kolitis yang berhubungan dengan clostridium
difficile.
|
14. Trimethoprim
Nama
|
:
|
Trimethoprim
|
Dosis
terapi
|
:
|
Oral:
infeksi akut, 200 mg tiap 12 jam. Anak dua kali sehari: 2-5 bulan, 25 mg; 6
bulan-5 tahun, 50 mg; 6-12 tahun, 100 mg. Infeksi kronik dan profilaksis, 100
mg malam hari; Anak, 1-2 mg/kgBB malam hari. Injeksi intravena lambat atau
infus: 150-250 mg tiap 12 jam; Anak di bawah 12 tahun, 6-9 mg/kgBB/hari
dibagi 2 atau 3 dosis.
|
Cara
pakai
|
:
|
Injeksi
intravena, oral
|
Interaksi obat
|
:
|
Dapat meningkatkan konsentrasi dapson. Peningkatan
eliminasi dan waktu paruh eliminasi yang lebih pendek dg rifampisin.
Meningkatkan konsentrasi fenitoin, digoksin, procainamide, rosiglitazone,
repaglinide, zidovudine, zalcitabine, lamivudine. Peningkatan risiko
nefrotoksisitas dengan siklosporin. Memperkuat efek antikoagulan warfarin.
Dapat menyebabkan hiponatremia dengan diuretik. Dapat menyebabkan anemia
megaloblastik dengan inhibitor folat lainnya. Dapat meningkatkan potensi
aplasia sumsum tulang dengan penekan sumsum tulang. Peningkatan risiko
hiperkalemia dengan penghambat ACE.
|
Cara
penyimpanan
|
:
|
Simpan
antara 15-30°C. Lindungi dari cahaya.
|
Efek
samping
|
:
|
Pruritus,
ruam, urtikaria, gangguan GI ringan (seperti mual, muntah, glositis, sakit
mulut); gangguan enzim hati, fotosensitifitas, angioedema, mialgia, sakit
kepala; hiperkalemia, hiponatremia; agranulositosis. Jarang, demam, penyakit
kuning kolestatik, dermatitis eksfoliatif, anafilaksis, meningitis aseptik, anemia
megaloblastik, trombositopenia, leukopenia, neutropenia, methaemoglobinaemia.
Berpotensi
fatal (jarang): eritema multiforme, sindrom stevens-johnson, nekrolisis
epidermal toksik.
|
15. Rifampin
Nama
|
:
|
Rifampin
|
Dosis
terapi
|
:
|
Tuberkulosis:
Dewasa dalam dosis tunggal, BB <50 kg adalah 450 mg, BB >50 kg adalah
600 mg (pasien dengan gangguan fungsi hati tidak lebih dari 8mg/kgBB). Anak:
10-20 mg/kgBB sebagai dosis harian (dosis total tidak lebih dari 600 mg).
Lepra
multibasiler: Rifampisin 600 mg satu kali sebulan+dapson 100 mg satu kali
sehari+klofazimin
(Lamprene) 300 mg satu kali sebulan+50 mg satu kali sehari dengan durasi
pengobatan selama 2 tahun.
Lepra
pausibasiller: Rifampisin 600 mg satu kali sebulan+dapson 100 mg (1-2
mg/kgBB) satu kali sehari dengan durasi pengobatan 6 bulan.
|
Cara
pakai
|
:
|
Injeksi
intravena, oral
|
Interaksi obat
|
:
|
Dapat mempercepat metabolisme dan mengurangi efek
obat yang dimetabolisme oleh enzim CYP450 (seperti quinidine, fenitoin,
teofilin). Konsentrasi atovaquone yang menurun dan peningkatan konsentrasi
rifampisin bila dikonsumsi bersamaan. Penggunaan ketoconazole dan rifampisin
secara bersamaan dapat menyebabkan penurunan konsentrasi serum kedua obat.
Dapat menurunkan konsentrasi serum enalaprilat. Mengurangi penyerapan oleh antasida.
Peningkatan risiko hepatotoksisitas dg halotan atau isoniazid.
Berpotensi fatal: peningkatan potensi
hepatotoksisitas bila dipakai bersamaan dengan kombinasi saquinavir/ritonavir.
|
Interaksi
dengan makanan
|
:
|
Makanan
dapat mengurangi atau menunda penyerapan.
|
Cara
penyimpanan
|
:
|
Simpan
antara 15-30°C. Hindari panas yang berlebihan dan lindungi dari cahaya.
|
Efek
samping
|
:
|
Gangguan
saluran cerna meliputi mual, muntah, anoreksia, diare; pada terapi intermiten
dapat terjadi sindrom influenza, gangguan respirasi (napas pendek), kolaps
dan syok, anemia hemolitik, anemia, gagal ginjal akut, purpura
trombo-sitopenia; gangguan fungsi hati, ikterus; flushing, urtikaria, ruam;
gangguan sistem saraf pusat meliputi sakit kepala, pusing, kebingungan,
ataksia, lemah otot, psikosis. Efek samping lain seperti udem, kelemahan
otot, miopati, lekopenia, eosinofilia, gangguan menstruasi; warna kemerahan
pada urin, saliva dan cairan tubuh lainnya; tromboplebitis pada pemberian per
infus jangka panjang.
|
16. Cefixime
Nama
|
:
|
Cefixime
|
Dosis
terapi
|
Dewasa
dan anak >30 kg, dosis umum yang direkomendasikan 50–100 mg, oral dua kali
sehari. Dosis disesuaikan dengan umur, berat badan, kondisi pasien. Untuk
infeksi parah atau infeksi yang sulit disembuhkan (intractable) dosis ditingkatkan
sampai 200 mg dua kali sehari; demam tifoid pada anak, 10–15 mg/kgBB/hari
selama 2 pekan.
|
|
Cara
pakai
|
:
|
Oral
|
Interaksi obat
|
:
|
Peningkatan waktu protrombin (dengan atau tanpa perdarahan)
dengan antikoagulan (seperti warfarin). Peningkatan konsentrasi karbamazepin
plasma dengan penggunaan bersama. Peningkatan bioavailabilitas dengan
nifedipine. Peningkatan konsentrasi serum dengan probenesid.
|
Interaksi
dengan makanan
|
:
|
Makanan
dapat mengurangi atau menunda penyerapan.
|
Cara
penyimpanan
|
:
|
Simpan
pada suhu 20-25°C.
|
Efek
samping
|
:
|
Diare,
mual, muntah, sakit perut, tinja longgar, pencernaan yang terganggu, perut
kembung, anoreksia, pruritus ani, mulut kering; sakit kepala, pusing, gugup,
susah tidur, mengantuk, malaise, kelelahan, kejang; trombositopenia,
trombositosis, leukopenia, leukositosis, eosinofilia, penurunan konsentrasi
Hb dan hematokrit; peningkatan sementara AST, ALT, alkaline phosphatase,
bilirubin, LDH, BUN dan kreatinin serum; pruritus genital, vaginitis, vag kandidiasis.
anafilaksis, sindrom stevens-johnson, nekrolisis epidermal toksik, ruam obat
dengan eosinofilia dan gejala sistemik (DRESS).
Jarang:
disuria, piuria, waktu protrombin yang lama dan waktu tromboplastin parsial.
Berpotensi
fatal: diare dan kolitis yang berhubungan dengan clostridium difficile.
|
B.
Pengobatan Penyakit Infeksi Bakteri Anaerob
Bakteri anaerob merupakan bakteri dominan atau flora normal dominan yang
berada pada kulit dan membrane mukosa manusia dan merupakan penyebab umum dari
penyakit infeksi yang bersifat endogen. Pengobatan untuk infeksi bakteri
anaerob dipersulit dengan lambatnya pertumbuhan mikroba dan meningkatnya
resistensi bakteri anaerob terhadap antimikroba. Sehingga pengobatan dengan
menggunakan antimikroba ini harus dipertimbangkan dan seefektif mungkin bisa
membunuh bakteri target, terinduksi atau tidak ada resisten, mencapai
konsentrasi maksimal pada jaringan target, memiliki toksisitas yang rendah dan
stabilitas maksimum (Brook, et al., 2013).
Berikut beberapa antimikroba efektif yang dapat digunakan untuk
mengobati penyakit infeksi bakteri anaerob berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Brook, et al (2013), yaitu Metronidazol,
Karbapenem (Imipenem, Meropenem, dan Ertapenem), Kloramfenikol, Kombinasi
Penisilin dan Inhibitor Beta Laktamase (Amoksisilin + Klavulanat, Ampisilin +
Sulbaktam, Piperasilin + Lazobaktam), Tigesiklin, dan Klindamisin.
1.
Metronidazole
Nama Obat
|
:
|
Bacnidazole
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Mekanisme Obat
|
:
|
Metronidazole dikonversi menjadi suatu roduk reduksi
yang dapat berinteraksi dengan DNA bakteri yang sehingga menyebabkan
destruksi struktur heliks DNA, menghambat sintesis protein yang dilakukan
oleh leading strand, sehingga menyebabkan kematian sel bakteri. Aktif melawan
kebanyakan protozoan anaerob, beberapa bakteri gram positif dan negative, dan
bakteri anaerob fakultatif.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Dosis
|
:
|
Profilaksis
postoperasi infeksi bakteri anaerob
Infeksi bakteri anaerob
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Cara Pemakaian
|
:
|
Disuntikan secara intravena melalui infus
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Interaksi Obat
|
:
|
Penggunaan dengan disulfiram dapat menyebakan reaksi
psikotik, oral antikoagulan, meningkatkan toksisitas llitiom, menurunkan
bersihan renal 5-florourasil, meningkatkan serum level siklosporin,
meningkatkan plasma level bisulfan dan mempercepat metabolisme fenobarbital.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Interaksi Makanan
|
:
|
Alkohol dapat menghasilkan disulfiram-like reaction. Absorpsi terhambat dengan adanya
makanan.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Cara Penyimpanan
|
:
|
Simpan pada suhu kamar sebelum dicampurkan, setelah
direkonstitusi (bisa bertahan selama 12 jam pada suhu kamar dan 7 hari bila
dalam freezer)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Efek Samping
|
:
|
Gangguan GI seperti mual, anoreksia, rasa besi di
mulut, muntah, diare, ketidaknyamanan abdominal, konstpasi. Lidah berbulu,
glossitis, pusing sakit kepala
Potensial fatal: enselopati, neuropati peripheral,
convulsive seizures, aseptic meningitis, Stevens-Johnson syndrome.
|
(Brook, et al., 2013; Sweetman, 2009).
2.
Imepenam
Nama Obat
|
:
|
Elastin iv, imiclast.
|
Mekanisme Obat
|
:
|
Imipenem memiliki aktivitas bakteriosida dengan cara
menghambat sintesis dinding sel. Imipenem berikatan dengan pencillin binding
proteins (PBPs). Pada E.Coli dan beberapa strain P. aeruginosa, imipenem
memiliki afinitas yang kuat untuk berikatan dengan PBP-2, PBP-1a, dan PBP-1b.
Ikatan dengan PBP-2 dan PBP-1b akan menyebabkan konversi langsung dari
sel-sel individual menjadi speroblas sehingga menyebabkan lisi dan kematian
sel secara cepat tanpa terjadinya pembentukan filament. Imipenem merupakan salah satu antibiotic
dengan spectrum luas sehingga dapat digunakan untuk melawan bakteri gram
positif dan negative, organisme anaerob dan stabil terhadap hidrolisis enzim β-lactamase
|
Dosis
|
:
|
Injeksi intramuskuler: infeksi ringan dan sedang
500-750 mg tiap 12 jam. Uretritis dan servisitis gonokokus, 500 mg dosis
tunggal.
Injeksi intravena: 1-2 gram per hari (dalam 3-4 kali
pemberian). Untuk kuman yang kurang sensitif, 50 mg/kg bb/hari (maksimum 4
g/hari). Anak di atas 3 bulan, 60 mg/kgBB (maksimum 2 g/hari) dibagi dalam
3-4 dosis.
Profilaksis bedah, 1 gram intravena, pada waktu
induksi anestesi, diulangi 3 jam kemudian. Pada operasi dengan risiko infeksi
tinggi (misal: kolorektal) dilanjutkan 500 mg, 8 dan 16 jam setelah induksi.
|
Interaksi Obat
|
:
|
Meningkatkan resiko seizures ketika digunakan dengan
ganciclovir, siklosporin dapat meningkatkan toksistas ifosfamid, dapat
menurunkan efikasi asam valforat
|
Interaksi Makanan
|
:
|
Menurunkan efek supplemen besi dan vitamin B12
|
Cara Penyimpanan
|
:
|
Serbuk kering disipan pada suhu dibawah 25°C, ketika
telah direkonstitusi potensi dapat bertahan selama 4 jam jika disimpan pada
suhu ruang dan 24 jam jika disimpan dalam kulkas (5°C). dalam bentuk larutan
sebaiknya tidak dibekukan
|
Efek Samping
|
:
|
Kulit kemerahan, urtikaria, eusonofilia, demam,
mual, muntah, diare, diskolorisasi gigi atau lidah, dan perubahan rasa
Potensial fatal: reaksi anafilaksis parah, sindrom
stevens-jhonsons dan toksis epidermal nekrolisis
|
(Brook, et al., 2013; Sweetman, 2009).
3.
Meropenem
Nama Obat
|
:
|
Caprenem, dexipenem
|
Mekanisme Obat
|
:
|
Meropenen menghambat sintesis dinding sel bakteri
dengan cara berpenetrasi melewati dinding sel lalu berikatan dengan penicillin
binding proteins (PBPs). Meropenem dapat melawan mikroorganisme aerob dan
anaerob seperti Klebsiella, E. coli,
Enterococcus, Clostridium sp..
|
Dosis
|
:
|
Injeksi intravena, 500 mg tiap 8 jam. Dapat
ditingkatkan dua kali lipat pada infeksi nosokomial (pneumonia, peritonitis,
septikemia dan infeksi pada pasien dengan netropenia). Anak 3 bulan sampai 12
tahun, 10-20 mg/kgBB tiap 8 jam. Berat badan lebih dari 50 kg diberikan dosis
dewasa. Meningitis, 2 g tiap 8 jam. Anak 40 mg/kgBB tiap 8 jam.Infeksi
saluran napas bawah kronik pada fibrosis kistik, 2 g tiap 8 jam. Anak 4-12
tahun, 25-40 mg/kgBB tiap 8 jam.
|
Interaksi Obat
|
:
|
Meningkatkan konsentrasi plama oleh probenecid
Mrnurunkan konsentrasi plasma asam valproate
|
Interaksi Makanan
|
:
|
Kandungan natrium harus dipertimbangkan dalam pasien
dengan kondisi yang mungkin memerlukan pembatasan natrium seperti gagal
jantung kongestif, hipertensi dan retensi cairan
|
Cara Penyimpanan
|
:
|
Serbuk kering disipan pada suhu 20-25oC,
ketika telah direkonstitusi potensi dapat bertahan selama 2 jam jika disimpan
pada suhu 20-25oC dan 12 jam jika disimpan dalam kulkas (4oC)
|
Efek Samping
|
:
|
Mual, muntah, diare, nyeri perut, gangguan uji
fungsi hati, trombositopenia, uji Coombs positif, eosinofilia, netropenia,
sakit kepala, parestesia, reaksi local.
|
(Brook, et al., 2013; Sweetman, 2009).
4.
Ertapenem
Nama Obat
|
:
|
Invanz
|
Mekanisme Obat
|
:
|
Ertapenem merupakan 1-beta-methyl carbapenem dengan
aktivitas bakterisidal dan spectrum luas. Ertapenem berikatan dengan penicillin
binding proteins (PBPs) terutama PBPs 2 dan 3 yang terdapat pada dinding sel
bakteri. Ikatan ini dapat meghambat transpeptidasi akhir dari sintesis
peptidoglikan. Inhibisi ini menyebabkan pelemakan dan lisis dari dinding sel
yang pada akhirnya akan menyebabkan kematian sel bakteri gram positif, gram
negative, aerob dan anaerob.
|
Dosis
|
:
|
Dewasa, dosis lazim 1 g sekali sehari. Diberikan melalui infus intravena atau
injeksi intramuskular. Bila diberikan intravena, ertapenem harus diinfus
selama > 30 menit.
Lama terapi ertapenem biasanya 3-14 hari tapi dapat
bervariasi tergantung dari jenis infeksi dan patogen penyebabnya
|
Interaksi Obat
|
:
|
Probenecid, asam valproic, divalproex Na,
parasetamol, bupropion, naltrexone, vaksin kolera, iohexol, iopamidol,
metrizamid, tramadol
|
Interaksi Makanan
|
:
|
Kandungan natrium harus dipertimbangkan dalam pasien
dengan kondisi yang mungkin memerlukan pembatasan natrium seperti gagal
jantung kongestif, hipertensi dan retensi cairan
|
Cara Penyimpanan
|
:
|
Sebelum rekonstitusi: simpan di bawah 25°C (77 °F). Rekonstitusi
dan infus: simpan pada suhu kamar (25°C) dan gunakan dalam waktu 6 jam atau
disimpan untuk 24 jam di bawah pendinginan (5 °C) dan digunakan dalam waktu 4
jam setelah dipindahkan dari pendinginan.
|
Efek Samping
|
:
|
Umum: sakit kepala, komplikasi area vena,
flebitis/tromboflebitis, diare, mual, muntah, ruam, vaginitis.
|
(Brook, et al., 2013; Sweetman, 2009).
5.
Kloramfenikol
Nama Obat
|
:
|
Chloramphenicol, Chloromycetin
|
Mekanisme Obat
|
:
|
Menghambat sintesis protein dengan terikat pada
ribosom sub unit 50S (bakteriostatik)
|
Dosis
|
:
|
1x25 mg sehari (newborn), 50-75 mg/kg/hari tiap 4-6
jam (anak <40 kg), 1 g tiap 6 jam (anak >40 kg dan dewasa)
|
Cara Pemakaian
|
:
|
Diminum saat perut kosong atau 2 jam sebelum makan
|
Interaksi Obat
|
:
|
· Meningkatkan efek antikoagulan (warfarin, kumarin).
· Meningkatkan efek hipogikemik obat klorpropamid, tolbutamide.
· Meningkatkan toksisitas fenitoin.
· Meningkatkan metabolisme kloramfenikol (barbiturate dan rifampisin).
|
Interaksi Makanan
|
:
|
Menurunkan efek supplemen besi dan vitamin B12
|
Cara Penyimpanan
|
:
|
Simpan pada suhu ruang (stabil selama 30 hari) dan
suhu beku (sampai 6 bulan).
|
Efek Samping
|
:
|
Gangguan pencernaan, menurunkan sintesis proten pada
sumsum tulang, idiosinkratik aplastis, anemia aplastis, gray baby syndrome.
|
(Brook, et al., 2013; Sweetman, 2009).
6.
Amoxicillin + Clavulanate
Nama Obat
|
:
|
Co-Amoxiclav
|
Mekanisme Obat
|
:
|
Amoksisilin akan berikatan dengan protein bakteri
yang pada akhirnya akan menghambat proses transpeptidase dari sintesis
peptidoglikan (dinding sel) ditambah dengan klavulanat yang menghambat enzim
beta lactamase yang dihasilkan bakteri agar tidak menyerang amoksisilin
|
Dosis
|
:
|
20 – 40 mg/kg/tiap 8 jam (anak < 40 kg) dan 250 –
500 mg tiap 8 jam (anak > 40 kg dan dewasa)
|
Cara Pemakaian
|
:
|
Diminum bersamaan dengan makanan (suapan pertama)
|
Interaksi Obat
|
:
|
Vaksin kolera, tetrasiklin (serius), aspirin,
alopurinol (monitor closely), kloramfenikol, azitromisin (monitor)
|
Cara Penyimpanan
|
:
|
Simpan pada suhu dibawah 25°C, jika rekonstitusi
oral simpan
|
Efek Samping
|
:
|
Diare, mual, muntah, kandidiasis, anemia,
trombositopenia
|
(Brook, et al., 2013; Sweetman, 2009).
7.
Amoksisilin + Sulbactam
Nama Obat
|
:
|
Unasyn
|
Mekanisme Obat
|
:
|
Kombinasi obat penghambat beta lactamase (beta
lactamase inhibitor) dengan ampisilin dapat mengganggu proses sitensis
dinding sel bakteri selama replikasi aktif (bakterisidal)
|
Dosis
|
:
|
50-100 mg/kg/6 jam (anak <40 kg) dan 1,5 – 30 g
tiap 6 jam (anak >40 kg dan dewasa)
|
Cara Pemakaian
|
:
|
Secara intravena
|
Interaksi Obat
|
:
|
· Dapat meningkatkan reaksi hipersensitivitas (alopurinol)
· Meningkatkan efek samping (antikoagulan)
· Menurunkan efektifitas kontrassepsi oral (obat kontrasepsi)
|
Cara Penyimpanan
|
:
|
Simpan di vial pada suhu < 30oC
|
Efek Samping
|
:
|
Kemerahan dan rasa sakit di tempat penyuntikan,
diare dan ruam kulit, efek samping yang jarang terjadi (radang pembuluh
darah, kejang, nyeri dada, sakit kepala, dll).
|
(Brook, et al.,
2013; Sweetman, 2009).
8.
Piperacillin + Tazobactam
Nama Obat
|
:
|
Zosyn
|
Mekanisme Obat
|
:
|
Kombinasi obat penghambat beta lactamase (beta lactamase
inhibitor) dengan piperasilin dapat menghambat biosintesis dinding sel
mukopeptida dengan mengikat 1 atau lebih protein pengikat selama tahap
multiplikasi aktif
|
Dosis
|
:
|
75 mg/kg/12 jam (anak <40 kg) dan 3,375 g/6 jam
(anak >40 kg dan dewasa)
|
Cara Pemakaian
|
:
|
Disuntikan secara intravena melalui infus
|
Interaksi Obat
|
:
|
· Meingkatkan efek heparin sebagai antikoagulan
· Meningkatkan efek antithrombin alfa
· Berinteraksi secara farmakodinamik dengan vaksin kolera
|
Cara Penyimpanan
|
:
|
Simpan pada suhu kamar sebelum dicampurkan, setelah
direkonstitusi (bisa bertahan selama 12 jam pada suhu kamar dan 7 hari bila
dalam freezer)
|
Efek Samping
|
:
|
Diare, konstipasi, sakit kepala, dan insomnia
|
(Brook, et al.,
2013; Sweetman, 2009).
9.
Tigesiklin
Nama Obat
|
:
|
Tygacil
|
Mekanisme Obat
|
:
|
Tigesiklin merupakan antibiotik golongan baru yang
golongan glisisiklin yang diperoleh dari derivatisasi tetrasiklin. Sebagai
analog tetrasiklin, tigesiklin didesain untuk menanggulangi 2 mekanisme
resistensi tetrasiklin yaitu resistensi yang dimediasi oleh acquired efflux
pumps dan/atau proteksi ribosomal. Sepertihalnya tertrasiklin, tigesiklin
berikatan dengan ribosom 30s untuk mencegah amino-acyl tRNA berikatan dengan
site A yang terdapat pada ribosom sehingga mencegah penggabungan residu asam
amino untuk menghasilkan rantai peptide yang panjang, menghambat sintesis
protein dan pertumbuhan sel bakteri.
|
Dosis
|
:
|
Dosis awal 100 mg, dilanjutkan dengan dosis 50 mg
setiap 12 jam. Infus intravena tigesiklin sebaiknya diberikan selama
kira-kira 30 hingga 60 menit setiap 12 jam. Lama pengobatan untuk komplikasi
kulit atau komplikasi intra abdominal adalah 5 sampai 14 hari.
|
Interaksi Obat
|
:
|
Amphotericin B, amphotericin B lipid complex,
diazepam, esomeprazole & omeprazole should not be administered simultaneously,
bexaroten, vaksin kolera
|
Cara Penyimpanan
|
:
|
Serbuk disiman di suhu dibawah 25oC
Larutan rekonstitusi dapat disimpan pada suhu ruang
selama 24 jam
|
Efek Samping
|
:
|
Mual, muntah, diare, nyeri perut, sakit kepala,
hipoproteinemia, peningkatan SGPT dan SGOT, ruam, peningkatan amilase,
peningkatan BUN, phlebitis, dispepsia
|
(Brook, et al., 2013; Sweetman, 2009).
10. Klindamisin
Nama Obat
|
:
|
Dalacin, clindamicyn
|
Mekanisme Obat
|
:
|
Klindamisin merupakan antibiotic semisintesis
berspektrum luas. Klindamisin dapat memisahkan peptidyl-tRNA dari ribosom
bakteri sehingga dapat mengganggu sintesis protein bakteri. Klindamisisn
mengganggu perpanjangan rantai peptide, memblok site A ribosom, misreading
kode genetic atau mencegah penempelan sisi rantai oligosakarida ke
glikoprotein.
|
Dosis
|
:
|
Infeksi anaerob parah
Oral
Dewasa: 150-300 mg tiap 6 jam, dapat ditingkatkan
hingga 450 mg dalam kondisi infeksi parah. Maksimal 1.8 mg/hari
Anak-anak: 3-6mg tiap 6 jam. BB <10kg: ≥37.5 mg
tiap 8 jam
Parenteral
Dewasa: 0.6-2.7 g sehari dibagi mmenjadi 2-4 dosis.
Dapat ditingkatkan menjadi 4.8g sehari. Infus dilakukan selama 10-60 menit
dengan kecepatan ≤30 mg/menit
Anak-anak: <1 bulan: 15-25 mg/kg sehari dibagi
menjadi 3-4 dosis dapat ditingkatkan hingga 40 mg/kg.
|
Interaksi Obat
|
:
|
Meningkatkan aksi agen-agen pemblok neuromuscular
seperti atracurium
Memiliki efek antagonis dengan parasimpatomimetik
Inhibitor kompetitif dengan makrolida,ketolida,
streptogramin, linezolid dan klorampenikol.
|
Interaksi Makanan
|
:
|
Makanan dapat menurunkan absorpsi obat
|
Cara Penyimpanan
|
:
|
Disimpan di suhu 20- 25oC
|
Efek Samping
|
:
|
Kolitis pseudomembran, diare, nyeri abdomen,
gangguan pada tes fungsi hati, ruam makulopapular.
|
(Brook, et al., 2013; Sweetman, 2009).
DAFTAR
PUSTAKA
Badan
POM RI. Informatorium Obat Nasional
Indonesia. Diakses pada tanggal 26 Desember 2018. <http://pionas.pom.go.id/ioni>.
Brook, I., Wexler, H. M., and Goldstein, E. J. C. 2013. Antianaerobic
Antimicrobials: Spectrum and Susceptibility Testing. Clinical Microbiology Reviews. Vol. 26(3): 526-546.
Brooks, G. F., Butel, J. S., Morse S., A.,2005,
Jawetz, Melnick and Adelberg, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi XXII,
diterjemahkan oleh Bagian Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, 318-319, Penerbit Salemba Medika, Jakarta
Medical
Corps International Medicine. Antibiotics
of Choice. Diakses pada tanggal 26 Desember 2018. <http://medicalcorps.org/pharmacy/AntibioticsofChoice.htm>.
Medscape.
Drugs & Diseases. Diakses pada
tanggal 26 Desember 2018.
<https://reference.medscape.com/drugs>.
Sweetman, S. C. 2009. Martindale:
The Complete Drug Reference Thirty-Sixth Edition. New York: Pharmaceutical
Press.
0 komentar:
Posting Komentar