Rabu, 01 April 2020

MAKALAH Pedoman Informasi Obat pada Penggunaan Antibiotik untuk Bakteri Aerob dan Anaerob


MAKALAH

Pedoman Informasi Obat pada Penggunaan Antibiotik untuk Bakteri Aerob dan Anaerob



UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS FARMASI

2018




Pedoman Informasi Obat pada Penggunaan Antibiotik untuk Bakteri Aerob dan Anaerob



A.       Pengobatan Penyakit Infeksi Bakteri Aerob

Bakteri aerob merupakan bakteri yang dalam melakukan proses metabolismenya memerlukan bantuan oksigen. Berdasarkan hasil identifikasi bakteri dengan metode pewarnaan gram diperoleh bakteri gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif diantaranya yaitu genus Staphylococcus, Streptococcus, dan lain-lain.  Sedangkan bakteri yang termasuk dalam Gram negatif yaitu family Pseudomonadaceae (genus Pseudomonas), Enterobacteriaceae (genus Esherichia, Shigella, Klebsiella, Enterobacter, Proteus, dan Alcaligenes) (Brooks, 2005). Adapun tahapan terapi antibiotik untuk infeksi bakteri aerob adalah sebagai berikut:


Gambar 1. Alur Penilaian Kualitatif Penggunaan Antibiotik (Gyssens Classification) (Gyssesns, 2005).

Antibiotik efektif yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit infeksi bakteri anaerob adalah sebagai berikut:



1.         Chloramphenicol

Nama
:
Kloramfenikol
Dosis terapi
:
Oral, injeksi intravena atau infus: 50 mg/kg bb/hari dibagi dalam 4 dosis (pada infeksi berat seperti septikemia dan meningitis, dosis dapat digandakan dan segera diturunkan bila terdapat perbaikan klinis).
Anak: epiglotitis hemofilus, meningitis purulenta, 50-100 mg/kg bb/hari dalam dosis terbagi. Bayi di bawah 2 minggu, 25 mg/kg bb/hari (dibagi dalam 4 dosis). 2 minggu-1 tahun, 50 mg/kg bb/hari (dibagi 4 dosis) (Pionas, 2018)
Cara pakai
:
Oral, injeksi intravena, infus
Interaksi obat
:
Kontraindikasi: lurasidone
Serius (gunakan alternatif): bcg vaccine live, cefoxitin, cholera vaccine, deferiprone, encorafenib, gilteritinib, glasdegib, larotrectinib, lorlatinib, mefloquine, typhoid vaccine live, vilazodone, warfarin.
Harus dimonitor: axitinib, bazedoxifene/ conjugated estrogens, cannabidiol, ceftriaxone, conjugated estrogens, vaginal, doravirine, duvelisib, eluxadoline, estradiol, estrogens conjugated synthetic, estrogens esterified, estropipate, ethinylestradiol, flibanserin, fosphenytoin, ifosfamide, ivacaftor, levonorgestrel oral/ethinylestradiol/ferrous bisglycinate, lomitapide, maraviroc, mestranol, ospemifene, phenytoin, piperacillin, segesterone/ethinyl estradiol, sodium picosulfate/magnesium oxide/anhydrous citric acid, sufentanil sl, tinidazole
Minor: amobarbital, amoxicillin, ampicillin, aztreonam, butabarbital, butalbital, cefaclor, cefadroxil, cefamandole, cefazolin, cefdinir, cefditoren, cefixime, cefotaxime, cefotetan, cefpirome, cefprozil, ceftazidime, ceftibuten, ceftizoxime, cefuroxime, cephalexin, chlorpropamide, cocaine, cyanocobalamin, dicloxacillin, entacapone, ethotoin, folic acid, glimepiride, glipizide, gliquidone, glyburide, nafcillin, oxacillin penicillin g aqueous, penicillin vk, pentobarbital, phenobarbital
primidone, rifampin, ruxolitinib, secobarbital, ticarcillin, tolazamide, tolbutamide.
Interaksi dengan makanan
:
Red yeast rice (angkak), produk olahan susu: susu, yoghurt, keju, coklat, es krim, mentega, activia, krim asam, bhang, calciskim, custard, dadih,   dodol susu, eggnog, gelato, kasein, kefir, kerupuk susu,  krim kocok, lassi, lemak susu, mentega, skyr, krim soda,  susu bubuk, susu evaporasi, susu mentega, tahu susu, vla, whey, Ä¡bejna.
Cara penyimpanan
:
Simpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembap. Jangan disimpan di kamar mandi. Jangan dibekukan. Jauhkan semua obat-obatan dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan. Buang produk ini bila masa berlakunya telah habis atau bila sudah tidak diperlukan lagi.
Efek samping
:
<1%: nightmares, headache, rash, diarrhea, stomatitis, enterocolitis, nausea, vomiting, bone marrow suppression, aplastic anemia, peripheral neuropathy, optic neuritis, gray syndrome.



2.         Cilastatin

Nama
:
Cilastatin, Imipenem
Dosis terapi
:
Injeksi intramuskuler: Infeksi ringan dan sedang 500-750 mg tiap 12 jam. Uretritis dan servisitis gonokokus, 500 mg dosis tunggal.
Injeksi intravena: 1-2 gram per hari (dalam 3-4 kali pemberian). Untuk kuman yang kurang sensitif, 50 mg/kg bb/hari (maksimum 4 g/hari). Anak di atas 3 bulan, 60 mg/kgbb (maksimum 2 g/hari) dibagi dalam 3-4 dosis.
Profilaksis bedah, 1 gram intravena, pada waktu induksi anestesi, diulangi 3 jam kemudian. Pada operasi dengan risiko infeksi tinggi (misal: kolorektal) dilanjutkan 500 mg, 8 dan 16 jam setelah induksi.
Cara pakai
:
Injeksi intramuskuler, injeksi intravena.
Interaksi obat
:
Serius/gunakan alternatif: bcg vaccine live, cholera vaccine, ganciclovir, typhoid vaccine live, valproic acid.
Monitor: bazedoxifene/conjugated estrogens, conjugated estrogens, dienogest/estradiol valerate, digoxin, estradiol, estrogens conjugated synthetic, estropipate, mestranol, sodium picosulfate/magnesium oxide/anhydrous citric acid, tobramycin inhaled.
Minor: balsalazide, biotin, bupropion, cyclosporine, dyphylline pantothenic acid, pyridoxine, pyridoxine (antidote), tacrolimus
theophylline, thiamine, valganciclovir.
Interaksi dengan makanan
:
Produk olahan susu: susu, yoghurt, keju, coklat, es krim, mentega, activia, krim asam, bhang, calciskim, custard, dadih,   dodol susu, eggnog, gelato, kasein, kefir, kerupuk susu,  krim kocok, lassi, lemak susu, mentega, skyr, krim soda,  susu bubuk, susu evaporasi, susu mentega, tahu susu, vla, whey, Ä¡bejna.
Cara penyimpanan
:
Simpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembap. Jangan disimpan di kamar mandi. Jangan dibekukan. Jauhkan semua obat-obatan dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan. Buang produk ini bila masa berlakunya telah habis atau bila sudah tidak diperlukan lagi.
Efek samping
:
Mual, muntah, diare (pernah dilaporkan timbulnya kolitis), gangguan pengecapan, gangguan darah, uji Coombs positif, reaksi alergi (ruam, urtikaria, anafilaksis, nekrolisis epidermal toksik), mioklonus, konvulsi, bingung, gangguan fungsi mental, peningkatan enzim hati dan bilirubin, peningkatan ureum dan kreatinin serum, warna kemerahan di urin, reaksi lokal berupa nyeri, kemerahan, indurasi dan tromboflebitis.



3.         Ciprofloxacin

Nama
:
Siprofoksasin
Dosis terapi
:
Oral: infeksi saluran napas, 250-750 mg dua kali sehari.
Infeksi saluran kemih, 250-500 mg dua kali sehari (untuk akut tanpa komplikasi, 250 mg dua kali sehari selam 3 hari). Gonore 500 mg dosis tunggal. Infeksi Pseudomonal saluran pernafasan bawah pada cystic fibrosis 750 mg dua kali sehari; Anak 5-17 tahun sampai 20 mg/kg bb dua kali sehari (maksimal 1,5 g sehari). Infeksi lain, 500-750 mg dua kali sehari. Profilaksis bedah, 750 mg 60-90 menit sebelum operasi.
Injeksi intravena: (selama 30-60 menit), 200-400 mg dua kali sehari.
Infeksi Pseudomonal saluran pernafasan bawah pada cystic fibrosis 400 mg dua kali sehari. Anak 5-17 tahun sampai 10 mg/kg bb tiga kali sehari (maksimal 1,2 g sehari). Infeksi saluran kemih, 100 mg dua kali sehari. Gonore, 100 mg dosis tunggal.
Anak: tidak dianjurkan. Tapi bila pertimbangan manfaat risiko menguntungkan, oral: 10-30mg/kg bb/hari dibagi dua dosis; intravena: 8-16 mg/kg bb/hari dibagi dua dosis.
Antraks (pengobatan dan profilaksis setelah terpapar, oral, 500 mg sehari dua kali; Anak 30 mg/kg bb/hari dibagi dua dosis (maksimal 1 g per hari) Injekasi intravena, 400 mg sehari dua kali; Anak 20 mg/kg bb/hari dibagi 2 dosis (Maksimal 800 mg per hari).
Cara pakai
:
Oral, Injeksi Intravena
Interaksi obat
:
Kontraindikasi: flibanserin
Serius/gunakan alternatif: alosetron, aluminum hydroxide, aminolevulinic acid oral, aminolevulinic acid topical, bcg vaccine live, carbonyl iron, cholera vaccine, cisapride, clomipramine, clozapine, cobimetinib, didanosine, dronedarone, glasdegib, ibrutinib, imipramine, inotuzumab, iron sucrose, ivosidenib, macimorelin, mefloquine, methyl aminolevulinate, olaparib, ondansetron, panobinostat, pirfenidone, pomalidomide, rasagiline, saquinavir, theophylline, tizanidine, toremifene, tretinoin, tretinoin topical, typhoid vaccine live, umeclidinium bromide/vilanterol inhaled, vandetanib, vemurafenib, venetoclax, vilanterol/fluticasone furoate inhaled, warfarin.
Monitor closely: (ada 194 obat) acarbose, amiodarone, arsenic trioxide, artemether, artemether/lumefantrine, asenapine, aspirin, aspirin/citric acid/sodium bicarbonate, axitinib, bazedoxifene/conjugated estrogens, dll.
Minor: acebutolol, alprazolam, balsalazide, carvedilol, chlordiazepoxide, clonazepam, clorazepate, diazepam, digoxin, esmolol, estazolam, fennel, flurazepam, foscarnet, frovatriptan, isotretinoin, metoprolol, midazolam, nadolol, nebivolol, penbutolol, pindolol, propranolol, pyridoxine, quazepam, quercetin, ruxolitinib, tacrine, temazepam, thiamine, timolol, triazolam, vitamin K1 (phytonadione).
Interaksi dengan makanan
:
Teh hijau, Produk olahan susu: susu, yoghurt, keju, coklat, es krim, mentega, activia, krim asam, bhang, calciskim, custard, dadih, dodol susu, eggnog, gelato, kasein, kefir, kerupuk susu,  krim kocok, lassi, lemak susu, mentega, skyr, krim soda,  susu bubuk, susu evaporasi, susu mentega, tahu susu, vla, whey, Ä¡bejna.
Cara penyimpanan
:
Simpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembap. Jangan disimpan di kamar mandi. Jangan dibekukan. Jauhkan semua obat-obatan dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan. Buang produk ini bila masa berlakunya telah habis atau bila sudah tidak diperlukan lagi.
Efek samping
:
Flatulen, disfagia, pankreatitis, takikardia, hipotensi, udem, kemerahan, berkeringat, gangguan dalam bergerak, tinnitus, vaskulitis, tenosinovitis, eritema, nodosum, hemorrhagic bullae, petechiae dan hiperglikemia; nyeri dan flebitis pada tempat penyuntikan.



4.         Clindamycin

Nama
:
Clindamycin
Dosis terapi
:
Capsule: 75 mg, 150 mg, 300 mg
Injectable solution: 150 mg/Ml
Oral solution: 75 mg/5Ml,
Intravenous ready-to-use solution: 300 mg/50mL (5% dextrose), 600 mg/50mL (5% dextrose),    900 mg/50mL (5% dextrose)
Serious Infections Caused by Anaerobic Bacteria: 150-450 mg PO q6-8hr; not to exceed 1.8 g/day, OR, 1.2-2.7 g/day IV/IM divided q6-12hr; not to exceed 4.8 g/day
Cara pakai
:
Oral, injeksi intravena.
Interaksi obat
:
Serius/gunakan alternatif: abobotulinumtoxina, atracurium, bcg vaccine live, cholera vaccine, cisatracurium, incobotulinumtoxina, onabotulinumtoxina, pancuronium, rapacuronium, rimabotulinumtoxinb, rocuronium, succinylcholine, tubocurarine, typhoid vaccine live, vecuronium.
Monitor: bazedoxifene/conjugated estrogens, conjugated estrogens, dienogest/estradiol valerate, digoxin, estradiol, estrogens conjugated synthetic, estropipate, ethinylestradiol, letermovir, levonorgestrel oral/ethinylestradiol/ferrous bisglycinate, mestranol, mipomersen, nitazoxanide, ospemifene segesterone/ethinyl estradiol, sodium picosulfate/magnesium oxide/anhydrous citric acid, warfarin.
Minor: balsalazide, biotin, erythromycin base, erythromycin ethylsuccinate, erythromycin lactobionate, erythromycin stearate, pantothenic acid, pyridoxine, pyridoxine (antidote), thiamine.
Interaksi dengan makanan
:
Produk olahan susu: susu, yoghurt, keju, coklat, es krim, mentega, activia, krim asam, bhang, calciskim, custard, dadih,   dodol susu, eggnog, gelato, kasein, kefir, kerupuk susu,  krim kocok, lassi, lemak susu, mentega, skyr, krim soda,  susu bubuk, susu evaporasi, susu mentega, tahu susu, vla, whey, Ä¡bejna.
Cara penyimpanan
:
Simpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembap. Jangan disimpan di kamar mandi. Jangan dibekukan. Jauhkan semua obat-obatan dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan. Buang produk ini bila masa berlakunya telah habis atau bila sudah tidak diperlukan lagi.
Efek samping
:
Abdominal pain, agranulocytosis, eosinophilia (transient), diarrhea, fungal overgrowth, pseudomembranous colitis, hypersensitivity, stevens-johnson syndrome, rashes, urticaria, hypotension, nausea, vomiting, sterile abscess at IM site, thrombophlebitis, granulocytopenia, neutropenia, thrombocytopenia, polyarthritis, renal dysfunction, postmarketing reports, metallic taste, clostridium difficile colitis.



5.         Doxycycline

Nama
:
Doxycycline
Dosis terapi
:
Dosis lazim dewasa: 200 mg pada hari pertama (diberikan sebagai dosis tunggal atau 100 mg setiap 12 jam) diikuti dengan dosis pemeliharaan 100 mg/hari (diberikan sebagai dosis tunggal atau sebagai dosis 50 mg setiap 12 jam). Untuk mengatasi infeksi yang lebih berat (terutama infeksi saluran kemih kronis), 200 mg sehari selama perioda terapi.
Anak di atas 8 tahun: Dosis yang dianjurkan pada anak BB kurang dari atau sama dengan 45 kg adalah 4,4 mg/kgBB  (sebagai dosis tunggal atau dosis terbagi dua pada hari pertama), diikuti dengan 2,2 mg/kgBB (dosis tunggal atau dosis terbagi dua) pada hari yang berurutan. Pada infeksi yang lebih berat, bisa hingga 4,4 kg/BB. Anak dengan berat badan lebih dari 45 kg sama dengan dosis dewasa.
Akne Vulgaris: 50-100 mg per hari hingga 12 minggu.
Cara pakai
:
Oral
Interaksi obat
:
Kontraindikasi: acitretin, allogeneic cultured keratinocytes/fibroblasts in bovine collagen, flibanserin, lomitapide, tretinoin.
Serius (69 obat): abobotulinumtoxina, aluminum hydroxide, aminolevulinic acid oral, aminolevulinic acid topical, amoxicillin, ampicillin, atracurium, axitinib, bcg vaccine live, bismuth subsalicylate, bosutinib.
Interaksi dengan makanan
:
Produk olahan susu: susu, yoghurt, keju, coklat, es krim, mentega, activia, krim asam, bhang, calciskim, custard, dadih,   dodol susu, eggnog, gelato, kasein, kefir, kerupuk susu,  krim kocok, lassi, lemak susu, mentega, skyr, krim soda,  susu bubuk, susu evaporasi, susu mentega, tahu susu, vla, whey, Ä¡bejna.
Cara penyimpanan
:
Simpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembap. Jangan disimpan di kamar mandi. Jangan dibekukan. Jauhkan semua obat-obatan dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan. Buang produk ini bila masa berlakunya telah habis atau bila sudah tidak diperlukan lagi.
Efek samping
:
Laporan postmarketing: pancreatitis, stevens-johnson syndrome, maculopapular and erythematous rashes, angioneurotic edema, anaphylaxis, anaphylactoid purpura, jarisch-herxheimer reaction in the setting of spirochete infections.



6.         Erythromicin

Nama
:
Erythromicin
Dosis terapi
:
Oral: Dewasa dan anak di atas 8 tahun, 250-500 mg tiap 6 jam atau 0,5-1 g tiap 12 jam (lihat keterangan di atas); pada infeksi berat dapat dinaikkan sampai 4 g/hari. Anak sampai 2 tahun, 125 mg tiap 6 jam; 2-8 tahun 250 mg tiap 6 jam. Untuk infeksi berat dosis dapat digandakan.
Akne: 250 mg dua kali sehari, kemudian satu kali sehari setelah 1 bulan. Sifilis stadium awal, 500 mg 4 kali sehari selama 14 hari.
Infus intravena: infeksi berat pada dewasa dan anak, 50 mg/kg bb/hari secara infus kontinu atau dosis terbagi tiap 6 jam; infeksi ringan 25 mg/kg bb/hari bila pemberian per oral tidak memungkinkan.
Cara pakai
:
Oral, infus intravena.
Interaksi obat
:
Eritromisin dan makrolida lain.
Aritmia: hindari penggunaan bersama astemizol atau terfenadin, hindari juga kombinasi dengan cisaprid.
Interaksi dengan makanan
:
Produk olahan susu: susu, yoghurt, keju, coklat, es krim, mentega, activia, krim asam, bhang, calciskim, custard, dadih,   dodol susu, eggnog, gelato, kasein, kefir, kerupuk susu,  krim kocok, lassi, lemak susu, mentega, skyr, krim soda,  susu bubuk, susu evaporasi, susu mentega, tahu susu, vla, whey, Ä¡bejna.
Cara penyimpanan
:
Simpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembap. Jangan disimpan di kamar mandi. Jangan dibekukan. Jauhkan semua obat-obatan dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan. Buang produk ini bila masa berlakunya telah habis atau bila sudah tidak diperlukan lagi.
Efek samping
:
Mual, muntah, nyeri perut, diare, urtikaria, ruam dan reaksi alergi lainnya, gangguan pendengaran yang reversibel pernah dilaporkan setelah pemberian dosis besar, ikterus kolestatik dan gangguan jantung (aritmia dan nyeri dada).



7.         Ethambutol

Nama
:
Ethambutol
Dosis terapi
:
Dewasa dan anak di atas 6 tahun, 15-25 mg/kgBB sebagai dosis tunggal.
Cara pakai
:
Oral
Interaksi obat
:
Serius/gunakan alternatif: bcg vaccine live.
Minor: allopurinol, aluminum hydroxide, aluminum hydroxide/magnesium carbonate, aluminum hydroxide/ magnesium trisilicate, febuxostat, probenecid, sodium picosulfate/magnesium oxide/anhydrous citric acid.
Cara penyimpanan
:
Simpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembap. Jangan disimpan di kamar mandi. Jangan dibekukan. Jauhkan semua obat-obatan dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan. Buang produk ini bila masa berlakunya telah habis atau bila sudah tidak diperlukan lagi.
Efek samping
:
Neuritis optik, buta warna merah/hijau, neuritis perifer.



8.         Gentamicin

Nama
:
Gentamicin
Dosis terapi
:
Injeksi intramuskuler, intravena lambat atau infus, 2-5 mg/kgBB/hari (dalam dosis terbagi tiap 8 jam). Lihat juga keterangan di atas. Sesuaikan dosis pada gangguan fungsi ginjal dan ukur kadar dalam plasma. Anak di bawah 2 minggu, 3 mg/kgBB tiap 12 jam; 2 minggu sampai 2 tahun, 2 mg/kgBB tiap 8 jam. Injeksi intratekal: 1 mg/hari, dapat dinaikkan sampai 5 mg/hari disertai pemberian intramuskuler 2-4 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi tiap 8 jam. Profilaksis endokarditis pada dewasa 120 mg. Untuk anak di bawah 5 tahun 2 mg/kgBB.
Cara pakai
:
Injeksi intramuskuler, intravena lambat atau infus, Injeksi intratekal, oral.
Interaksi obat
:
Serius/gunakan alternatif: abobotulinumtoxina, agalsidase alfa, agalsidase beta, amphotericin b deoxycholate, atracurium, bacitracin, bcg vaccine live, bumetanide, cholera vaccine, cidofovir, cisatracurium, ethacrynic acid, furosemide, incobotulinumtoxina, neomycin po, onabotulinumtoxina, pancuronium, quinidine, rapacuronium, rimabotulinumtoxinb, rocuronium, succinylcholine, torsemide, tubocurarine, typhoid vaccine live, vecuronium.
Interaksi dengan makanan
:
Produk olahan susu: susu, yoghurt, keju, coklat, es krim, mentega, activia, krim asam, bhang, calciskim, custard, dadih,   dodol susu, eggnog, gelato, kasein, kefir, kerupuk susu,  krim kocok, lassi, lemak susu, mentega, skyr, krim soda,  susu bubuk, susu evaporasi, susu mentega, tahu susu, vla, whey, dan gbejna.
Cara penyimpanan
:
Simpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembap. Jangan disimpan di kamar mandi. Jangan dibekukan. Jauhkan semua obat-obatan dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan. Buang produk ini bila masa berlakunya telah habis atau bila sudah tidak diperlukan lagi.
Efek samping
:
Gangguan vestibuler dan pendengaran, nefrotoksisitas, hipomagnesemia pada pemberian jangka panjang, kolitis karena antibiotik.



9.    Amoxicillin

Nama
:
Amoxicillin
Dosis terapi
:
Oral: 250 mg tiap 8 jam, dosis digandakan pada infeksi berat; Anak hingga 10 tahun: 125 - 250 mg tiap 8 jam, dosis digandakan pada infeksi berat. Otitis media, 1 g setiap 8 jam. Anak 40 mg/kgBB sehari dalam 3 dosis terbagi (maksimum 3 g sehari). Pneumonia, 0,5 – 1 g setiap 8 jam. Antrax (terapi dan profilaksis setelah paparan), 500 mg setiap 8 jam; Anak berat badan kurang dari 20 kg, 80 mg/kgBB sehari dalam 3 dosis terbagi, berat badan lebih dari 20 kg, dosis dewasa. Terapi oral jangka pendek: Abses gigi: 3 g, diulangi setelah 8 jam; Infeksi saluran kemih: 3 g, diulangi setelah 10-12 jam; Injeksi intramuskular: 500 mg tiap 8 jam; Anak, 50-100 mg/kgBB sehari dalam dosis terbagi; Injeksi intravena atau infus: 500 mg tiap 8 jam, dapat dinaikkan sampai 1 g tiap 6 jam pada infeksi berat; Anak: 50-100 mg/hari dalam dosis terbagi. Listerial meningitis (dalam kombinasi dengan antibiotik lain), infus intravena, 2 g setiap 4 jam untuk 10 -14 jam. Endokarditis (dalam kombinasi dengan antibiotik lain jika diperlukan), infus intravena, 2 g setiap 6 jam, ditingkatkan hingga 2 g setiap 4 jam, seperti dalam endokarditis enterokokus atau jika amoksisilin digunakan tunggal.
Cara pakai
:
Injeksi intravena atau infus, oral.
Interaksi obat
:
Dapat mengurangi kemanjuran OC. Dapat meningkatkan efek antikoagulan. Peningkatan risiko reaksi alergi dg allopurinol. Tingkat darah meningkat dan berkepanjangan dengan probenecid. Kloramfenikol, makrolida, sulfonamida, dan tetrasiklin dapat mengganggu efek bakterisida amoksisilin.
Cara penyimpanan
:
Simpan antara 20-25°C. Susp oral dilarutkan: Simpan antara 2-8°C.
Efek samping
:
Mual, muntah, diare, lidah berbulu hitam, reaksi seperti penyakit serum, ruam makulopapular eritematosa, eritema multiforme, sindrom stevens-johnson, dermatitis eksfoliatif, nekrolisis epidermal toksik, pustulosis eksantematosa general generik, hipersensitivitas vaskulitis, urtika, peningkatan AS, ikterus kolestatik, kolestasis hati, hepatitis sitolitik akut, kristaluria, anemia, trombositopenia, purpura trombositopenik, eosinofilia, leukopenia, agranulositosis. Jarang, hiperaktif reversibel, agitasi, kecemasan, insomnia, kebingungan, kejang, perubahan perilaku, pusing, dan perubahan warna gigi.
Berpotensi fatal: anafilaksis, diare terkait clostridium difficile (CDAD) atau kolitis pseudomembran.



10.     Isoniazid

Nama
:
Isoniazid
Dosis terapi
:
Tuberkulosis Aktif: Dewasa; 5 mg/kgBB per hari (4-6 mg/kgBB per hari), Anak:10 mg/kgBB per hari (10-15 mg/kgBB per hari). Untuk dewasa dengan BB 30-45 kg, dosis per hari 200 mg diberikan dalam dosis tunggal. Untuk pasien dengan BB >45 kg, dosis per hari 300 mg diberikan dalam dosis tunggal. Tuberkulosis latent (Monoterapi): diberikan sedikitnya 6 bulan Dewasa; 300 mg per hari. Anak; 10 mg/kgBB per hari (maks. 300 mg/hari). Tablet isoniazid 300 mg tidak boleh diberikan untuk anak dengan BB
Cara pakai
:
Intramuskular, oral.
Interaksi obat
:
Menghambat metabolisme hepar antiepilepsi (mis. karbamazepin, etosuksimid, primidon, fenitoin), benzodiazepin (mis. diazepam, triazolam), klorzoksazon, teofilin, disulfiram, terkadang menyebabkan peningkatan toksisitas. Metabolisme enfluran yang meningkat, menghasilkan tingkat fluoride nefrotoksik yang berpotensi. Peningkatan konsentrasi dan peningkatan efek atau toksisitas clofazimine, cycloserine dan warfarin. Mengurangi absorpsi dengan antasida yang mengandung Al. Peningkatan risiko neuropati perifer dg zalcitabine dan stavudine.
Interaksi dengan makanan
:
Bioavailabilitas menurun jika dikonsumsi bersama makanan. Hindari yang mengandung tyramine (seperti keju, anggur merah) dan makanan yang mengandung histamin (seperti cakalang, tuna, ikan tropis lainnya) karena respons berlebihan (seperti sakit kepala, berkeringat, jantung berdebar, kemerahan, hipotensi) dapat terjadi. Alkohol dapat mengurangi kemanjuran isoniazid dan dapat meningkatkan risiko pengembangan neuropati perifer dan kerusakan hati.
Cara penyimpanan
:
Simpan antara 20-25°C. Lindungi dari kelembaban dan cahaya.
Efek samping
:
Neuritis perifer, reaksi psikotik, kejang, neuritis optik, peningkatan sementara enzim hati; efek hematologis (seperti anemia, agranulositosis, trombositopenia, eosinofilia); reaksi hipersensitivitas meliputi erupsi kulit (termasuk eritema multiforme), demam, vaskulitis; mual, muntah, mulut kering, sembelit, pellagra, purpura, hiperglikemia, sindrom mirip lupus, vertigo, hiperrefleksia, retensi urin, ginekomastia.
Berpotensi fatal: hepatitis.



11.    Vancomycin

Nama
:
Vancomycin
Dosis terapi
:
Oral, 125 mg tiap 6 jam selama 7-10 hari,untuk kolitis pseudo membranosa. Anak di atas 5 tahun, 5 mg/kgBB tiap 6 jam.
Injeksi intravena: 500 mg selama 60 menit atau lebih, tiap 6 jam; atau 1 g selam 100 menit tiap 12 jam. Neonatus sampai 1 minggu, dosis awal 15 mg/kgBB dilanjutkan 10 mg/kgBB tiap 12 jam. Bayi 1-4 minggu, mula-mula 15 mg/kgBB dilanjutkan dengan 10 mg/kgBB tiap 8 jam. Di atas 1 bulan, 10 mg/kgBB tiap 8 jam.
Cara pakai
:
Injeksi intravena, oral.
Interaksi obat
:
Anestesi umum dapat meningkatkan efek samping dari vankomisin. Peningkatan risiko ototoksisitas dan nefrotoksisitas bersama aminoglikosida, polimiksin, siklosporin, cisplatin, dan loop diuretik. Peningkatan potensial blokade neuromuskuler dengan suxamethonium, atau vecuronium.
Cara penyimpanan
:
Kapsul: Simpan antara 15-30°C. Serbuk rekonstusi untuk infus. Simpan antara 2-8°C.
Efek samping
:
Setelah pemberian parenteral: nefrotoksisitas termasuk gagal ginjal dan nefritis interstisial; ototoksisitas (hentikan bila timbul tinitus); gangguan darah seperti netropenia (biasanya setelah 1 minggu atau dosis kumulatif 25 g), kadang-kadang agranulositosis dan trombositopenia; mual, demam, menggigil, eosinofilia, anafilaksis, ruam (termasuk sindrom Stevens-Johnson, dermatitis eksfoliatif dan vaskulitis); flebitis. Pada infus cepat dapat terjadi hipotensi berat (termasuk syok dan henti jantung), napas meninggi, sesak napas, urtikaria, pruritus, kemerahan pada tubuh bagian atas (red man syndrome), nyeri dan kram otot punggung dan dada.



12.    Streptomycin

Nama
:
Streptomycin
Dosis terapi
:
Injeksi intramuskular, Dewasa: 15 mg/kgBB (12-18 mg/kgBB) per hari (maksimal 1 g) selama 5 hari dalam seminggu  atau 25-30 mg/kgBB 2 kali seminggu. Anak: 20-40 mg/kgBB sehari (maksimal 1 g) atau 25-30 mg/kgBB 2 kali dalam seminggu. Selama masa pengobatan dosis kumulatif tidak boleh lebih dari 120 g.
Tularemia:  Dosis dewasa 1-2 g sehari dalam dosis terbagi selama 7-14 hari atau sampai pasien afebris selama 5-7 hari.
Plague: Dosis dewasa 2 g (30 mg/kgBB) sehari dalam 2 dosis terbagi minimal selama 10 hari. Brusellosis: digunakan bersamaan tetrasiklin atau doksisiklin Dewasa: 1 g streptomisin im 1 atau 2 kali sehari selama minggu pertama dan sekali sehari selama pengobatan berikutnya. Anak: > 8 tahun 20mg/kgBB (sampai dengan 1 g) streptomisin im sehari umumnya selama 2 minggu. Diberikan bersamaan dengan kotrimoksazol, streptomisin diberikan selama 2 minggu pada awal pengobatan. Streptokokal endokarditis: streptomisin diberikan bersama dengan penisilin, dengan dosis 1 g 2 kali sehari selama 1 minggu diikuti dengan 500 mg 2 kali sehari selama 1 minggu. Usia 60 tahun keatas 500 mg 2 kali sehari selama 2 minggu bersamaan dengan penisilin. Enterokokal endokarditis: diberikan bersama penisislin 1 g 2 kali sehari selama 2 minggu diikuti dengan 500 mg 2 kali sehari selama 4 minggu.
Cara pakai
:
Intramuskular
Interaksi obat
:
Efek neurotoksik dan nefrotoksik tambahan dengan neomisin, kanamisin, gentamisin, cefaloridine, paronomycin, viomycin, polymyxin B, colistin, tobramycin, dan ciclosporin. Efek ototoksik dan nefrotoksik yang ditingkatkan dengan asam etakrilat, manitol, furosemid, dan kemungkinan diuretik lainnya. Dapat meningkatkan efek resp depresan dari penghambat neuromuskuler. Peningkatan risiko nefrotoksisitas bersama sefalosporin. Mengurangi ekskresi dengan NSAID.
Cara penyimpanan
:
Simpan antara 15-30°C. Lindungi dari cahaya.
Efek samping
:
Reaksi neurotoksik (seperti gangguan fungsi vestibular dan koklea, disfungsi saraf optik, neuritis perifer, araknoiditis, ensefalopati); parestesia wajah, ruam, demam, edema angioneurotik, eosinofilia; dermatitis eksfoliatif, azotemia, leukopenia, trombositopenia, pansitopenia, anemia hemolitik, kelemahan otot, ambliopia.
Berpotensi fatal: Resp paralisis akibat blokade neuromuskuler, diare clostridium difficile, anafilaksis; jarang, nefrotoksisitas.



13.    Meropenem

Nama
:
Meropenem
Dosis terapi
:
Injeksi intravena, 500 mg tiap 8 jam. Dapat ditingkatkan dua kali lipat pada infeksi nosokomial (pneumonia, peritonitis, septikemia dan infeksi pada pasien dengan netropenia). Anak 3 bulan sampai 12 tahun, 10-20 mg/kgBB tiap 8 jam. Berat badan lebih dari 50 kg diberikan dosis dewasa. Meningitis, 2 g tiap 8 jam. Anak 40 mg/kgBB tiap 8 jam.Infeksi saluran napas bawah kronik pada fibrosis kistik, 2 g tiap 8 jam. Anak 4-12 tahun, 25-40 mg/kgBB tiap 8 jam.
Cara pakai
:
Injeksi intravena
Interaksi obat
:
Peningkatan konsentrasi plasma dengan probenesid. Dapat menurunkan kadar asam valproat dalam plasma sehingga meningkatkan risiko kejang.
Cara penyimpanan
:
Simpan antara 20-25 ° C. Larutan direkonstitusi: simpan hingga 2 jam antara 15-25°C atau hingga 12 jam pada 4°C.
Efek samping
:
Efek GI (misalnya diare, mual, muntah, sembelit), reaksi lokal (misalnya nyeri dan peradangan di tempat inj, flebitis atau tromboflebitis), gangguan pada LFT, tes Coombs langsung atau tidak langsung, sindrom Stevens-Johnson, nekrolisis epidermal toksik, trombositemia, sakit kepala, anemia hemolitik, ruam, pruritus, sepsis, apnea, syok, glositis, dan kandidiasis oral.
Jarang: kejang-kejang.
Berpotensi fatal: reaksi hipersensitivitas, diare dan kolitis yang berhubungan dengan clostridium difficile.



14.    Trimethoprim

Nama
:
Trimethoprim
Dosis terapi
:
Oral: infeksi akut, 200 mg tiap 12 jam. Anak dua kali sehari: 2-5 bulan, 25 mg; 6 bulan-5 tahun, 50 mg; 6-12 tahun, 100 mg. Infeksi kronik dan profilaksis, 100 mg malam hari; Anak, 1-2 mg/kgBB malam hari. Injeksi intravena lambat atau infus: 150-250 mg tiap 12 jam; Anak di bawah 12 tahun, 6-9 mg/kgBB/hari dibagi 2 atau 3 dosis.
Cara pakai
:
Injeksi intravena, oral
Interaksi obat
:
Dapat meningkatkan konsentrasi dapson. Peningkatan eliminasi dan waktu paruh eliminasi yang lebih pendek dg rifampisin. Meningkatkan konsentrasi fenitoin, digoksin, procainamide, rosiglitazone, repaglinide, zidovudine, zalcitabine, lamivudine. Peningkatan risiko nefrotoksisitas dengan siklosporin. Memperkuat efek antikoagulan warfarin. Dapat menyebabkan hiponatremia dengan diuretik. Dapat menyebabkan anemia megaloblastik dengan inhibitor folat lainnya. Dapat meningkatkan potensi aplasia sumsum tulang dengan penekan sumsum tulang. Peningkatan risiko hiperkalemia dengan penghambat ACE.
Cara penyimpanan
:
Simpan antara 15-30°C. Lindungi dari cahaya.
Efek samping
:
Pruritus, ruam, urtikaria, gangguan GI ringan (seperti mual, muntah, glositis, sakit mulut); gangguan enzim hati, fotosensitifitas, angioedema, mialgia, sakit kepala; hiperkalemia, hiponatremia; agranulositosis. Jarang, demam, penyakit kuning kolestatik, dermatitis eksfoliatif, anafilaksis, meningitis aseptik, anemia megaloblastik, trombositopenia, leukopenia, neutropenia, methaemoglobinaemia.
Berpotensi fatal (jarang): eritema multiforme, sindrom stevens-johnson, nekrolisis epidermal toksik.



15.    Rifampin

Nama
:
Rifampin
Dosis terapi
:
Tuberkulosis: Dewasa dalam dosis tunggal, BB <50 kg adalah 450 mg, BB >50 kg adalah 600 mg (pasien dengan gangguan fungsi hati tidak lebih dari 8mg/kgBB). Anak: 10-20 mg/kgBB sebagai dosis harian (dosis total tidak lebih dari 600 mg).
Lepra multibasiler: Rifampisin 600 mg satu kali sebulan+dapson 100 mg satu kali
sehari+klofazimin (Lamprene) 300 mg satu kali sebulan+50 mg satu kali sehari dengan durasi pengobatan selama 2 tahun.
Lepra pausibasiller: Rifampisin 600 mg satu kali sebulan+dapson 100 mg (1-2 mg/kgBB) satu kali sehari dengan durasi pengobatan 6 bulan.
Cara pakai
:
Injeksi intravena, oral
Interaksi obat
:
Dapat mempercepat metabolisme dan mengurangi efek obat yang dimetabolisme oleh enzim CYP450 (seperti quinidine, fenitoin, teofilin). Konsentrasi atovaquone yang menurun dan peningkatan konsentrasi rifampisin bila dikonsumsi bersamaan. Penggunaan ketoconazole dan rifampisin secara bersamaan dapat menyebabkan penurunan konsentrasi serum kedua obat. Dapat menurunkan konsentrasi serum enalaprilat. Mengurangi penyerapan oleh antasida. Peningkatan risiko hepatotoksisitas dg halotan atau isoniazid.
Berpotensi fatal: peningkatan potensi hepatotoksisitas bila dipakai bersamaan dengan kombinasi saquinavir/ritonavir.
Interaksi dengan makanan
:
Makanan dapat mengurangi atau menunda penyerapan.
Cara penyimpanan
:
Simpan antara 15-30°C. Hindari panas yang berlebihan dan lindungi dari cahaya.
Efek samping
:
Gangguan saluran cerna meliputi mual, muntah, anoreksia, diare; pada terapi intermiten dapat terjadi sindrom influenza, gangguan respirasi (napas pendek), kolaps dan syok, anemia hemolitik, anemia, gagal ginjal akut, purpura trombo-sitopenia; gangguan fungsi hati, ikterus; flushing, urtikaria, ruam; gangguan sistem saraf pusat meliputi sakit kepala, pusing, kebingungan, ataksia, lemah otot, psikosis. Efek samping lain seperti udem, kelemahan otot, miopati, lekopenia, eosinofilia, gangguan menstruasi; warna kemerahan pada urin, saliva dan cairan tubuh lainnya; tromboplebitis pada pemberian per infus jangka panjang.



16.    Cefixime

Nama
:
Cefixime
Dosis terapi

Dewasa dan anak >30 kg, dosis umum yang direkomendasikan 50–100 mg, oral dua kali sehari. Dosis disesuaikan dengan umur, berat badan, kondisi pasien. Untuk infeksi parah atau infeksi yang sulit disembuhkan (intractable) dosis ditingkatkan sampai 200 mg dua kali sehari; demam tifoid pada anak, 10–15 mg/kgBB/hari selama 2 pekan.
Cara pakai
:
Oral
Interaksi obat
:
Peningkatan waktu protrombin (dengan atau tanpa perdarahan) dengan antikoagulan (seperti warfarin). Peningkatan konsentrasi karbamazepin plasma dengan penggunaan bersama. Peningkatan bioavailabilitas dengan nifedipine. Peningkatan konsentrasi serum dengan probenesid.
Interaksi dengan makanan
:
Makanan dapat mengurangi atau menunda penyerapan.
Cara penyimpanan
:
Simpan pada suhu 20-25°C.
Efek samping
:
Diare, mual, muntah, sakit perut, tinja longgar, pencernaan yang terganggu, perut kembung, anoreksia, pruritus ani, mulut kering; sakit kepala, pusing, gugup, susah tidur, mengantuk, malaise, kelelahan, kejang; trombositopenia, trombositosis, leukopenia, leukositosis, eosinofilia, penurunan konsentrasi Hb dan hematokrit; peningkatan sementara AST, ALT, alkaline phosphatase, bilirubin, LDH, BUN dan kreatinin serum; pruritus genital, vaginitis, vag kandidiasis. anafilaksis, sindrom stevens-johnson, nekrolisis epidermal toksik, ruam obat dengan eosinofilia dan gejala sistemik (DRESS).
Jarang: disuria, piuria, waktu protrombin yang lama dan waktu tromboplastin parsial.
Berpotensi fatal: diare dan kolitis yang berhubungan dengan clostridium difficile.



B.        Pengobatan Penyakit Infeksi Bakteri Anaerob

Bakteri anaerob merupakan bakteri dominan atau flora normal dominan yang berada pada kulit dan membrane mukosa manusia dan merupakan penyebab umum dari penyakit infeksi yang bersifat endogen. Pengobatan untuk infeksi bakteri anaerob dipersulit dengan lambatnya pertumbuhan mikroba dan meningkatnya resistensi bakteri anaerob terhadap antimikroba. Sehingga pengobatan dengan menggunakan antimikroba ini harus dipertimbangkan dan seefektif mungkin bisa membunuh bakteri target, terinduksi atau tidak ada resisten, mencapai konsentrasi maksimal pada jaringan target, memiliki toksisitas yang rendah dan stabilitas maksimum (Brook, et al., 2013).

Berikut beberapa antimikroba efektif yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit infeksi bakteri anaerob berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Brook, et al (2013), yaitu Metronidazol, Karbapenem (Imipenem, Meropenem, dan Ertapenem), Kloramfenikol, Kombinasi Penisilin dan Inhibitor Beta Laktamase (Amoksisilin + Klavulanat, Ampisilin + Sulbaktam, Piperasilin + Lazobaktam), Tigesiklin, dan Klindamisin.

* 

1.         Metronidazole

Nama Obat
:
Bacnidazole 
Mekanisme Obat
:
Metronidazole dikonversi menjadi suatu roduk reduksi yang dapat berinteraksi dengan DNA bakteri yang sehingga menyebabkan destruksi struktur heliks DNA, menghambat sintesis protein yang dilakukan oleh leading strand, sehingga menyebabkan kematian sel bakteri. Aktif melawan kebanyakan protozoan anaerob, beberapa bakteri gram positif dan negative, dan bakteri anaerob fakultatif.
Dosis
:
Profilaksis postoperasi infeksi bakteri anaerob
Intravena


Dewasa
:
500 mg segera setelah operasi dan diulangi setiap 8 jam atau infus 15 mg/kg BB selama 30-6 menit dan diselesaikan kira-kira sejam sebelum operasi, diikuti dengan 7.5 mg/kg infus selama 30-60 menit setelah 6 dan 12 jam dosis pertama
Oral


Dewasa
:
400 mg setiap 8 jam selama 1 hari sebelum operasi diikuti dengan intravena postoperasi tau secara rektal hingga pasien dapat diberikan dosis oral.
Anak-anak
:
< 40 minggu : 10 mg/kg dosis tunggal sebelum operasi
< 12 tahun : 20-30 mg/kg dosis tunggal 1-2 jam sebelum operasi
Rektal


Dewasa
:
1 gram 2 jam sebelum operasi, diulangi setiap 8 jam selama 3 hari, kemudian setiap 12 jam hingga dosis oral mungkin untuk diberikan
Anak-anak
:
5-10 tahun: 500 mg 2 jam sebelum operasi, diulangi setiap 8 jam selama 3 hari, kemudian setiap 12 jam hingga dosis oral dapat diberikan

Infeksi bakteri anaerob
Intravena


Dewasa
:
500 mg dalam infus 100 ml dengan kecepatan 5 ml/menit selama 8 jam atau infus 15 mg/kg BB selama 1 jam diikuti dengan 7.5 mg/kg infus selama 1 jam tiap 6 jam. Subsitusi ke terapi oral sesegera mungkin
Anak-anak
:
7.5mg/kg tiap 8 jam
Oral


Dewasa
:
Diawali dengan 800 mg dan dilanjtkan 400 mg setiap 8 jam atau 7.5 mg/kg setiap 6-8 jam. Maksimum 4 g/hari.
Durasi pemberian 7 hari tergantung dari tingkat keparahan infeksi.
Anak-anak
:
< 8 mimggu : 7.5 mg/kg setiap 12 jam atau 15 mg/kg sekali sehari.
8-12 minggu : 7.5 mg/kg setiap 8 jam atau 20-30 mg sekali sehari.
Durasi pemberian 7 hari tergantung dari tingkat keparahan infeksi.
Rektal


Dewasa
:
1 gram setiap 8 jam selama 3 hari, kemudian setiap 12 jam hingga dosis oral mungkin untuk diberikan
Anak-anak
:
<1 tahun: 125 mg
1-5 tahun: 250 mg
5-10 tahun:  500 mg
Semua dosis diberikan setiap 8 jam selama 3 hari, kemudian setiap 12 jam hingga dosis oral dapat diberikan
Cara Pemakaian
:
Disuntikan secara intravena melalui infus
Interaksi Obat
:
Penggunaan dengan disulfiram dapat menyebakan reaksi psikotik, oral antikoagulan, meningkatkan toksisitas llitiom, menurunkan bersihan renal 5-florourasil, meningkatkan serum level siklosporin, meningkatkan plasma level bisulfan dan mempercepat metabolisme fenobarbital.
Interaksi Makanan
:
Alkohol dapat menghasilkan disulfiram-like reaction. Absorpsi terhambat dengan adanya makanan.
Cara Penyimpanan
:
Simpan pada suhu kamar sebelum dicampurkan, setelah direkonstitusi (bisa bertahan selama 12 jam pada suhu kamar dan 7 hari bila dalam freezer)
Efek Samping
:
Gangguan GI seperti mual, anoreksia, rasa besi di mulut, muntah, diare, ketidaknyamanan abdominal, konstpasi. Lidah berbulu, glossitis, pusing sakit kepala
Potensial fatal: enselopati, neuropati peripheral, convulsive seizures, aseptic meningitis, Stevens-Johnson syndrome.

(Brook, et al., 2013; Sweetman, 2009).

2.         Imepenam

Nama Obat
:
Elastin iv, imiclast. 
Mekanisme Obat
:
Imipenem memiliki aktivitas bakteriosida dengan cara menghambat sintesis dinding sel. Imipenem berikatan dengan pencillin binding proteins (PBPs). Pada E.Coli dan beberapa strain P. aeruginosa, imipenem memiliki afinitas yang kuat untuk berikatan dengan PBP-2, PBP-1a, dan PBP-1b. Ikatan dengan PBP-2 dan PBP-1b akan menyebabkan konversi langsung dari sel-sel individual menjadi speroblas sehingga menyebabkan lisi dan kematian sel secara cepat tanpa terjadinya pembentukan filament.  Imipenem merupakan salah satu antibiotic dengan spectrum luas sehingga dapat digunakan untuk melawan bakteri gram positif dan negative, organisme anaerob dan stabil terhadap hidrolisis enzim β-lactamase
Dosis
:
Injeksi intramuskuler: infeksi ringan dan sedang 500-750 mg tiap 12 jam. Uretritis dan servisitis gonokokus, 500 mg dosis tunggal.
Injeksi intravena: 1-2 gram per hari (dalam 3-4 kali pemberian). Untuk kuman yang kurang sensitif, 50 mg/kg bb/hari (maksimum 4 g/hari). Anak di atas 3 bulan, 60 mg/kgBB (maksimum 2 g/hari) dibagi dalam 3-4 dosis.
Profilaksis bedah, 1 gram intravena, pada waktu induksi anestesi, diulangi 3 jam kemudian. Pada operasi dengan risiko infeksi tinggi (misal: kolorektal) dilanjutkan 500 mg, 8 dan 16 jam setelah induksi.
Interaksi Obat
:
Meningkatkan resiko seizures ketika digunakan dengan ganciclovir, siklosporin dapat meningkatkan toksistas ifosfamid, dapat menurunkan efikasi asam valforat
Interaksi Makanan
:
Menurunkan efek supplemen besi dan vitamin B12
Cara Penyimpanan
:
Serbuk kering disipan pada suhu dibawah 25°C, ketika telah direkonstitusi potensi dapat bertahan selama 4 jam jika disimpan pada suhu ruang dan 24 jam jika disimpan dalam kulkas (5°C). dalam bentuk larutan sebaiknya tidak dibekukan
Efek Samping
:
Kulit kemerahan, urtikaria, eusonofilia, demam, mual, muntah, diare, diskolorisasi gigi atau lidah, dan perubahan rasa
Potensial fatal: reaksi anafilaksis parah, sindrom stevens-jhonsons dan toksis epidermal nekrolisis

(Brook, et al., 2013; Sweetman, 2009).

3.         Meropenem

Nama Obat
:
Caprenem, dexipenem
Mekanisme Obat
:
Meropenen menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan cara berpenetrasi melewati dinding sel lalu berikatan dengan penicillin binding proteins (PBPs). Meropenem dapat melawan mikroorganisme aerob dan anaerob seperti  Klebsiella, E. coli, Enterococcus, Clostridium sp..
Dosis
:
Injeksi intravena, 500 mg tiap 8 jam. Dapat ditingkatkan dua kali lipat pada infeksi nosokomial (pneumonia, peritonitis, septikemia dan infeksi pada pasien dengan netropenia). Anak 3 bulan sampai 12 tahun, 10-20 mg/kgBB tiap 8 jam. Berat badan lebih dari 50 kg diberikan dosis dewasa. Meningitis, 2 g tiap 8 jam. Anak 40 mg/kgBB tiap 8 jam.Infeksi saluran napas bawah kronik pada fibrosis kistik, 2 g tiap 8 jam. Anak 4-12 tahun, 25-40 mg/kgBB tiap 8 jam.
Interaksi Obat
:
Meningkatkan konsentrasi plama oleh probenecid
Mrnurunkan konsentrasi plasma asam valproate
Interaksi Makanan
:
Kandungan natrium harus dipertimbangkan dalam pasien dengan kondisi yang mungkin memerlukan pembatasan natrium seperti gagal jantung kongestif, hipertensi dan retensi cairan
Cara Penyimpanan
:
Serbuk kering disipan pada suhu 20-25oC, ketika telah direkonstitusi potensi dapat bertahan selama 2 jam jika disimpan pada suhu 20-25oC dan 12 jam jika disimpan dalam kulkas (4oC)
Efek Samping
:
Mual, muntah, diare, nyeri perut, gangguan uji fungsi hati, trombositopenia, uji Coombs positif, eosinofilia, netropenia, sakit kepala, parestesia, reaksi local.

(Brook, et al., 2013; Sweetman, 2009).





4.         Ertapenem

Nama Obat
:
Invanz
Mekanisme Obat
:
Ertapenem merupakan 1-beta-methyl carbapenem dengan aktivitas bakterisidal dan spectrum luas. Ertapenem berikatan dengan penicillin binding proteins (PBPs) terutama PBPs 2 dan 3 yang terdapat pada dinding sel bakteri. Ikatan ini dapat meghambat transpeptidasi akhir dari sintesis peptidoglikan. Inhibisi ini menyebabkan pelemakan dan lisis dari dinding sel yang pada akhirnya akan menyebabkan kematian sel bakteri gram positif, gram negative, aerob dan anaerob.
Dosis
:
Dewasa, dosis lazim 1 g sekali sehari. Diberikan melalui infus intravena atau injeksi intramuskular. Bila diberikan intravena, ertapenem harus diinfus selama > 30 menit.
Lama terapi ertapenem biasanya 3-14 hari tapi dapat bervariasi tergantung dari jenis infeksi dan patogen penyebabnya
Interaksi Obat
:
Probenecid, asam valproic, divalproex Na, parasetamol, bupropion, naltrexone, vaksin kolera, iohexol, iopamidol, metrizamid, tramadol
Interaksi Makanan
:
Kandungan natrium harus dipertimbangkan dalam pasien dengan kondisi yang mungkin memerlukan pembatasan natrium seperti gagal jantung kongestif, hipertensi dan retensi cairan
Cara Penyimpanan
:
Sebelum rekonstitusi: simpan di bawah 25°C (77 °F). Rekonstitusi dan infus: simpan pada suhu kamar (25°C) dan gunakan dalam waktu 6 jam atau disimpan untuk 24 jam di bawah pendinginan (5 °C) dan digunakan dalam waktu 4 jam setelah dipindahkan dari pendinginan.
Efek Samping
:
Umum: sakit kepala, komplikasi area vena, flebitis/tromboflebitis, diare, mual, muntah, ruam, vaginitis.

(Brook, et al., 2013; Sweetman, 2009).

5.         Kloramfenikol

Nama Obat
:
Chloramphenicol, Chloromycetin
Mekanisme Obat
:
Menghambat sintesis protein dengan terikat pada ribosom sub unit 50S (bakteriostatik)
Dosis
:
1x25 mg sehari (newborn), 50-75 mg/kg/hari tiap 4-6 jam (anak <40 kg), 1 g tiap 6 jam (anak >40 kg dan dewasa)
Cara Pemakaian
:
Diminum saat perut kosong atau 2 jam sebelum makan
Interaksi Obat
:
·   Meningkatkan efek antikoagulan (warfarin, kumarin).
·   Meningkatkan efek hipogikemik obat klorpropamid, tolbutamide.
·   Meningkatkan toksisitas fenitoin.
·   Meningkatkan metabolisme kloramfenikol (barbiturate dan rifampisin).
Interaksi Makanan
:
Menurunkan efek supplemen besi dan vitamin B12
Cara Penyimpanan
:
Simpan pada suhu ruang (stabil selama 30 hari) dan suhu beku (sampai 6 bulan).
Efek Samping
:
Gangguan pencernaan, menurunkan sintesis proten pada sumsum tulang, idiosinkratik aplastis, anemia aplastis, gray baby syndrome.

(Brook, et al., 2013; Sweetman, 2009).

6.         Amoxicillin + Clavulanate

Nama Obat
:
Co-Amoxiclav
Mekanisme Obat
:
Amoksisilin akan berikatan dengan protein bakteri yang pada akhirnya akan menghambat proses transpeptidase dari sintesis peptidoglikan (dinding sel) ditambah dengan klavulanat yang menghambat enzim beta lactamase yang dihasilkan bakteri agar tidak menyerang amoksisilin
Dosis
:
20 – 40 mg/kg/tiap 8 jam (anak < 40 kg) dan 250 – 500 mg tiap 8 jam (anak > 40 kg dan dewasa)
Cara Pemakaian
:
Diminum bersamaan dengan makanan (suapan pertama)
Interaksi Obat
:
Vaksin kolera, tetrasiklin (serius), aspirin, alopurinol (monitor closely), kloramfenikol, azitromisin (monitor)
Cara Penyimpanan
:
Simpan pada suhu dibawah 25°C, jika rekonstitusi oral simpan
Efek Samping
:
Diare, mual, muntah, kandidiasis, anemia, trombositopenia

(Brook, et al., 2013; Sweetman, 2009).

7.         Amoksisilin + Sulbactam

Nama Obat
:
Unasyn
Mekanisme Obat
:
Kombinasi obat penghambat beta lactamase (beta lactamase inhibitor) dengan ampisilin dapat mengganggu proses sitensis dinding sel bakteri selama replikasi aktif (bakterisidal)
Dosis
:
50-100 mg/kg/6 jam (anak <40 kg) dan 1,5 – 30 g tiap 6 jam (anak >40 kg dan dewasa)
Cara Pemakaian
:
Secara intravena
Interaksi Obat
:
·   Dapat meningkatkan reaksi hipersensitivitas (alopurinol)
·   Meningkatkan efek samping (antikoagulan)
·   Menurunkan efektifitas kontrassepsi oral (obat kontrasepsi)
Cara Penyimpanan
:
Simpan di vial pada suhu < 30oC
Efek Samping
:
Kemerahan dan rasa sakit di tempat penyuntikan, diare dan ruam kulit, efek samping yang jarang terjadi (radang pembuluh darah, kejang, nyeri dada, sakit kepala, dll).

(Brook, et al., 2013; Sweetman, 2009).



8.         Piperacillin + Tazobactam

Nama Obat
:
Zosyn
Mekanisme Obat
:
Kombinasi obat penghambat beta lactamase (beta lactamase inhibitor) dengan piperasilin dapat menghambat biosintesis dinding sel mukopeptida dengan mengikat 1 atau lebih protein pengikat selama tahap multiplikasi aktif
Dosis
:
75 mg/kg/12 jam (anak <40 kg) dan 3,375 g/6 jam (anak >40 kg dan dewasa)
Cara Pemakaian
:
Disuntikan secara intravena melalui infus
Interaksi Obat
:
·   Meingkatkan efek heparin sebagai antikoagulan
·   Meningkatkan efek antithrombin alfa
·   Berinteraksi secara farmakodinamik dengan vaksin kolera
Cara Penyimpanan
:
Simpan pada suhu kamar sebelum dicampurkan, setelah direkonstitusi (bisa bertahan selama 12 jam pada suhu kamar dan 7 hari bila dalam freezer)
Efek Samping
:
Diare, konstipasi, sakit kepala, dan insomnia

(Brook, et al., 2013; Sweetman, 2009).

9.         Tigesiklin

Nama Obat
:
Tygacil
Mekanisme Obat
:
Tigesiklin merupakan antibiotik golongan baru yang golongan glisisiklin yang diperoleh dari derivatisasi tetrasiklin. Sebagai analog tetrasiklin, tigesiklin didesain untuk menanggulangi 2 mekanisme resistensi tetrasiklin yaitu resistensi yang dimediasi oleh acquired efflux pumps dan/atau proteksi ribosomal. Sepertihalnya tertrasiklin, tigesiklin berikatan dengan ribosom 30s untuk mencegah amino-acyl tRNA berikatan dengan site A yang terdapat pada ribosom sehingga mencegah penggabungan residu asam amino untuk menghasilkan rantai peptide yang panjang, menghambat sintesis protein  dan pertumbuhan sel bakteri.
Dosis
:
Dosis awal 100 mg, dilanjutkan dengan dosis 50 mg setiap 12 jam. Infus intravena tigesiklin sebaiknya diberikan selama kira-kira 30 hingga 60 menit setiap 12 jam. Lama pengobatan untuk komplikasi kulit atau komplikasi intra abdominal adalah 5 sampai 14 hari.
Interaksi Obat
:
Amphotericin B, amphotericin B lipid complex, diazepam, esomeprazole & omeprazole should not be administered simultaneously, bexaroten, vaksin kolera
Cara Penyimpanan
:
Serbuk disiman di suhu dibawah 25oC
Larutan rekonstitusi dapat disimpan pada suhu ruang selama 24 jam
Efek Samping
:
Mual, muntah, diare, nyeri perut, sakit kepala, hipoproteinemia, peningkatan SGPT dan SGOT, ruam, peningkatan amilase, peningkatan BUN, phlebitis, dispepsia

(Brook, et al., 2013; Sweetman, 2009).

10.     Klindamisin

Nama Obat
:
Dalacin, clindamicyn
Mekanisme Obat
:
Klindamisin merupakan antibiotic semisintesis berspektrum luas. Klindamisin dapat memisahkan peptidyl-tRNA dari ribosom bakteri sehingga dapat mengganggu sintesis protein bakteri. Klindamisisn mengganggu perpanjangan rantai peptide, memblok site A ribosom, misreading kode genetic atau mencegah penempelan sisi rantai oligosakarida ke glikoprotein.
Dosis
:
Infeksi anaerob parah
Oral
Dewasa: 150-300 mg tiap 6 jam, dapat ditingkatkan hingga 450 mg dalam kondisi infeksi parah. Maksimal 1.8 mg/hari
Anak-anak: 3-6mg tiap 6 jam. BB <10kg: ≥37.5 mg tiap 8 jam
Parenteral
Dewasa: 0.6-2.7 g sehari dibagi mmenjadi 2-4 dosis. Dapat ditingkatkan menjadi 4.8g sehari. Infus dilakukan selama 10-60 menit dengan kecepatan  ≤30 mg/menit
Anak-anak: <1 bulan: 15-25 mg/kg sehari dibagi menjadi 3-4 dosis dapat ditingkatkan hingga 40 mg/kg.
Interaksi Obat
:
Meningkatkan aksi agen-agen pemblok neuromuscular seperti atracurium
Memiliki efek antagonis dengan parasimpatomimetik
Inhibitor kompetitif dengan makrolida,ketolida, streptogramin, linezolid dan klorampenikol.
Interaksi Makanan
:
Makanan dapat menurunkan absorpsi obat
Cara Penyimpanan
:
Disimpan di suhu 20- 25oC
Efek Samping
:
Kolitis pseudomembran, diare, nyeri abdomen, gangguan pada tes fungsi hati, ruam makulopapular.

(Brook, et al., 2013; Sweetman, 2009).







DAFTAR PUSTAKA



Badan POM RI. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Diakses pada tanggal 26 Desember 2018.  <http://pionas.pom.go.id/ioni>.



Brook, I., Wexler, H. M., and Goldstein, E. J. C. 2013. Antianaerobic Antimicrobials: Spectrum and Susceptibility Testing. Clinical Microbiology Reviews. Vol. 26(3): 526-546.



Brooks, G. F., Butel, J. S., Morse S., A.,2005, Jawetz, Melnick and Adelberg, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi XXII, diterjemahkan oleh Bagian Mikrobiologi  Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, 318-319, Penerbit Salemba Medika, Jakarta



Medical Corps International Medicine. Antibiotics of Choice. Diakses pada tanggal 26 Desember 2018. <http://medicalcorps.org/pharmacy/AntibioticsofChoice.htm>.



Medscape. Drugs & Diseases. Diakses pada tanggal 26 Desember 2018.  <https://reference.medscape.com/drugs>.



Sweetman, S. C. 2009. Martindale: The Complete Drug Reference Thirty-Sixth Edition. New York: Pharmaceutical Press.

0 komentar:

Posting Komentar