LAPORAN
PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI
II
Rute Pemberian
LABORATORIUM
FARMAKOLOGI
AKADEMI
FARMASI SAMARINDA
2014
I.
TUJUAN
PERCOBAAN
- Untuk
mengetahui berbagai pengaruh rute pemberian obat terhadap efek yang
ditimbulkan.
- Untuk
mengetahui teknik pemberian obat melalui rute secara oral, intraperitoneal (i.p.)
dan intramuskular (i.m.)
- Untuk
menyatakan onset dan durasi
obat berdasarkan rute yang diberikan.
- Untuk
mengetahui efek dari pemberian Alprazolam® berdasarkan dosis dan rute pemberian
terhadap hewan percobaan.
II.
DASAR
TEORI
Hewan coba/hewan uji atau lebih sering
disebut hewan laboratorium adalah hewan yang khusus diternakkan untuk keperluan
penelitian biologi. Hewan percobaan digunakan untuk penelitian pengaruh bahan
kimia atau obat pada manusia. Peranan hewan percobaan dalam kegiatan penelitian
ilmiah telah berjalan sejak puluhan tahun yang lalu.
Salah satu tahap
penelitian obat atau alat baru adalah bahwa zat atau alat baru tersebut sebelum
diujikan pada manusia terlebuh dahulu diuji pada hewan coba dan diperoleh kesan
yang cukup aman (Sihombing, 2010).
Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan dalam hewan percobaan penanganan hewan percobaan
hendaklah dilakukan dengan penuh rasa kasih sayang dan berprikemanusiaan. Di
dalam menilai efek farmakologi sesuatu senyawa bioaktif dengan hewan percobaan
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
1. Faktor
internal pada hewan percobaan sendiri: umur, jenis kelamin, bobot badan,
keadaan kesehatan, nutrisi dan sifat generik.
2. Faktor-faktor
lain yaitu factor lingkungan, keadaan kandang, suasana kandang, populasi dalam
kandang, keadaan ruang tempat pemeliharaan, pengalaman hewan percobaan
sebelumnya, suplai oksigen dalam ruang pemeliharaan dan cara pemeliharaan.
3. Keadaan
faktor-faktor ini dapat merubah atau mempengaruhi respon hewan percobaan
terhadap senyawa bioaktif yang diujikan. Penanganan yang tidak wajar terhadap
hewan percobaan dapat mempengaruhi hasil percobaan, memberikan penyimpangan
hasil. Di samping itu cara pemberian senyawa bioaktif terhadap hewan percobaan
tentu mempengaruhi respon hewan terhadap senyawa bioaktif yang bersangkutan
terutama segi kemunculan efeknya. Cara pemberian yang digunakan tentu
tergantung pula kepada bahan atau bentuk sediaan yang akan digunakan. Sebelum
senyawa bioaktif dapat mencapai tempat kerjanya. Senyawa bioaktif harus melalui
proses absorbs terlebih dahulu.
A. Penanganan
Umum Beberapa Hewan Coba
Berbeda dengan bahan kimia yang
merupakan bahan mati, percobaan dengan bahan yang hidup memerlukan perhatian
dan penanganan / perlakuan yang khusus.
1. Mencit
(Musmusculus).
Mencit adalah hewan
percobaan yang sering dan banyak digunakan di dalam laboratorium farmakologi
dalam berbagai bentuk percobaan. Hewan ini mudah ditangani dan bersifat
penakut, fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya dan bersembunyi. Aktivitasnya
di malam hari lebih aktif. Kehadiran manusia akan mengurangi aktivitasnya.
1.1.
Cara Memegang Mencit
Mencit dapat dipegang
dengan memegang ujung ekornya dengan tangan kanan, biarkan menjangkau /
mencengkeram alat yang kasar (kawat kandang). Kemudian tangan kiri dengan ibu
jari dan jari telunjuk menjepit kulit tengkuknya seerat / setegang mungkin.
Ekor dipindahkan dari tangan kanan, dijepit Antara jari kelingking dan jari
manis tangan kiri. Dengan demikian, mencit telah terpegang oleh tangan kiri dan
siap untuk diberiperlakuan.
1.2.
Pemberian perlakuan terhadap hewan coba
mencit
a. Cara
pemberian oral:
Pemberian secara oral
pada mencit dilakukan dengan alat suntik yang dilengkapi jarum/kanula oral
(berujung tumpul). Kanula ini dimasukkan kedalam mulut, kemudian perlahan-lahan
diluncurkan melalui langit-langit ke arah belakang sampai esophagus kemudian
masuk kedalam lambung. Perlu diperhatikan bahwa cara peluncuran / pemasukan
kanus yang mulus disertai pengeluaran cairan sediaannya yang mudah adalah cara
pemberian yang benar. Cara pemberian yang keliru, masuk kedalam saluran
pernafasan atau paru-paru dapat menyebabkan gangguan pernafasan dan kematian.
b. Intramuskular
Intramuskular (IM)
(“Onset of action” bervariasi, berupa larutan dalam air yang lebih cepat
diabsorpsi dari pada obat berupa larutan dalam minyak, dan juga obat dalam
sediaan suspensi, kemudian memiliki kecepatan penyerapan obat yang sangat
tergantung pada besar kecilnya partikel yang tersuspensi: semakin kecil
partikel, semakin cepat proses absorpsi) (Joenoes, 2002).
Intramuskular (i.m), yaitu disuntikkan
kedalam jaringan otot, umumnya di otot pantat atau paha.
Ø Sediaan
dalam bentuk larutan lebih cepat diabsorpsi dari pada susupensi pembawa air
untuk minyak.
Ø Larutan
sebaiknya isotonis.
Ø Onset
bervariasi tergantung besar kecilnya partikel
Ø Sediaan
dapat berupa larutan, emulsi, atau suspensi.
Ø Zat
aktif bekerja lambat (preparat depo) serta muda terakumulasi, sehingga dapat
menimbulkan keracunan.
Ø Volume
sediaan umumnya 2 ml sampai 20 ml dapat disuntikkan kedalam otot dada,
sedangkan volume yang lebih kecil disuntikkan kedalam otot-otot lain.
c. Intraperitonial
Intraperitonel (IP) tidak
dilakukan pada manusia karena bahaya (Anonim, 1995). Disini obat langsung masuk
kepembuluh darah sehingga efek yang dihasilkan lebih cepat dibandingkan
intramuscular dan subkutan karena obat di metabolism serempak sehingga
durasinya agak cepat.
Pemberian obat per oral merupakan pemberian
obat paling umum dilakukan karena relative mudah dan praktis serta murah.
Kerugiannya ialah banyak factor dapat mempengaruhi bioavailabilitasnya (factor
obat, factor penderita, interaksi dalam absorpsi di salurancerna) (Ansel,
1989).
Intinya absorpsi dari
obat mempunyai sifat-sifat tersendiri. Beberapa diantaranya dapat diabsorpsi
dengan baik pada suatu cara penggunaan, sedangkan yang lainnya tidak (Ansel,
1989).
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat
pemberian kedalam darah. Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian
obat adalah saluran cerna (mulut sampai dengan rektum), kulit, paru, otot dan
lain-lain. Cara pemberian obat yang berbeda-beda melibatkan proses
absorbsi obat yang berbeda-beda pula. Kegagalan atau kehilangan obat selama
proses absorbsi akan mempengaruhi efek obat dan menyebabkan kegagalan
pengobatan.
Cara pemberian obat yang paling umum
dilakukan adalah pemberian obat per oral, karena mudah, aman dan
murah .Dengan cara ini tempat absorpsi utama adalah usus halus, karena
memiliki permukaan absorpsi yang sangat luas, yakni 200m2. Pada pemberian
secara oral, sebelum obat masuk keperedaran darah dan didistribusikan keseluruh
tubuh, terlebih dahulu harus mengalami absorbsi pada saluran cerna. Dalam
pemberian obat perlu pertimbangan mengenai masalah-masalah seperti berikut :
1. Efek apa yang
dikehendaki, lokal atau sistemik.
2. Onset yang bagaimana
dikehendaki, yaitu cepat atau lambat.
3. Duration yang bagaimana
dikehandaki, yang lama atau pendek.
4. Apakah obatnya
tidak rusak di dalam lambung atau di usus.
5. Rute yang mana
mau digunakan yang relatif aman. Melalui mulut, suntikan atau melalui dubur.
6. Melalui jalan
mana yang menyenangkan bagi Dokter atau pasien. Ada orang yang sukar menelan
dan ada orang yang takut disuntik. Dan waktu muntah orang sukar minum obat.
7. Obat yang mana
yang harganya relatif murah.
III.
METODOLOGI
PERCOBAAN
A. Alat
yang digunakan
Timbangan, Spuit injeksi
dan jarum ukuran 1 ml, Sonde / Kanulla, Sarung tangan, Stop watch, Wadah
pengamatan.
B. Bahan-bahan
yang digunakan
Alprazolam 1 mg (Actazolam 0,5mg ®),
Larutan NaCl 0,9%, Alkohol 70%, Aqua Pro Injection
C. Prosedur
percobaan
·
Pembuatan suspensi alprazolam®
1.
500 mg Na CMC dilarutkan dalam aquadest
100 ml, sambil dipanaskan diatas Bunsen, diaduk sampai homogen.
2.
Dimasukkan Alprazolam 0,5mg sebanyak 1
tablet aduk ad homogen, lalu diangkat dari Bunsen
·
Pemberian secara per-oral
1. Mencit
diangkat dengan memegangnya pada ujung ekornya dengan tangan kanan
2. Biarkan
menjangkau kawat kandang dengan kaki depannya
3. Dengan
tangan kiri, kulit tengkuknya dijepit diantara telunjuk dan ibu jari
4. Pindahkan
ekornya dari tangan kanan ke antara jari manis dan kelingking tangan kiri
sehingga mencit cukup erat dipegang
5. Pemberian
obat dapat dimulai dengan menggunakan jarum suntik yang ujungnya tumpul (sonde)
6. Ditempelkan
sonde oral yang berisi cairan obat pada langit-langit mulut atas hewan
percobaanke belakang sampai esopagus
7. Dimasukkan
dengan sudut 90˚ cairan obat perlahan-lahan melalui tepi langit-langit mulut
tersebut sampai esophagus
8. Ditarik
dan dimasukkan kembali sonde, jika terasa ada hambatan di saluran pernafasan
hingga terasa tidak ada hambatan lagi dalam pelaksanaannya
9. Dipastikan
bahwa obat yang telah diberikan tidak keluar dari mulut hewan percobaan.
10. Diamati
dan ditentukan durasi dan onset pada mencit.
· Pemberian
secara intraperitoneal
1. Mencit
dipegang pada ekornya dengan tangan kanan
2. Biarkan
menjangkau kawat kandang dengan kaki depannya
3. Dengan
tangan kiri, kulit tengkuknya dijepit diantara telunjuk dan jari tengah
4. Pindahkan
ekor tikus dari tangan kanan ke jari kelingking tangan kiri sehingga kulit
abdomennya menjadi tegang
5. Pada
saat penyuntikan posisi kepala mencit lebih rendah dari abdomennya
6. Disuntikkan
jarum dengan sudut sekitar 24˚ dari abdomen pada daerah yang sedikit menepi
dari garis tengah sebelah kiri perut hewan coba untuk menghindari dengan
kandung kencing
7. Volume
untuk mencit umumnya 1 ml/100 g BB. Kepekatan untuk larutan obat yang
disuntikkan, disesuaikan dengan volume yang dapat disuntikkan tersebut.
· Pemberian
secara intramuskular
1. Pemberian
obat dilakukan dengan menggunakan jarum
suntik yang ujungnya runcing
2. Mencit
dipegang dengan menjepit bagian tekuk menggunakan ibu jari dan jari telunjuk,
dan ekornya dijepit diantara jari manis dan kelingking
3. Posisi
hewan harus terbalik dan kaki agak ditarik keluar agar paha bagian belakang
terlihat
4. Posisi
jarum sejajar dengan tubuh atau abdomen
5. Suntikkan
pada otot paha bagian belakang
6. Suntikan
tidak boleh terlalu dalam agar tidak terkena pembuluh darah
7. Sebelum
melakukan suntikan, bersihkan daerah kulit dengan alkohol 70%.
TABEL HASIL PENGAMATAN
Rute / dosis
|
No. mencit
|
BB (g)
|
Vol cairan
(ml)
|
Tidur
|
Bangun
|
Onset
|
Durasi
|
Kontrol PO
|
1
|
30,97
|
0,387
|
-
|
-
|
-
|
-
|
PO Perlakuan
|
2
|
31,31
|
0,391
|
-
|
-
|
-
|
-
|
IP perlakuan
|
3
|
29,71
|
0,372
|
-
|
-
|
-
|
-
|
IM perlakuan
|
4
|
36,34
|
0,019
|
-
|
-
|
-
|
-
|
IV.
PEMBAHASAN
pengujian yang berkaitan dengan manusia harus diuji
dahulu dengan hewan coba. Hal ini dilakukan agar dapat member gambaran secara ilmiah
respon yang mungkin terjadi pada manusia. Hewan percobaan yang digunakan dalam percobaan
ini adalah mencit.
Hewan coba yang lebih baik adalah hewan percobaan yang berjenis kelamin jantan.
Hal ini dikarenakan hewan jantan tidak memiliki siklus menstruasi seperti hewan
betina. Perbedaan hormone saat menstruasi pada hewan betina dapat mempengaruhi efek
obat pada hewan coba.
Sebelum
menguji suatu sediaan kehewan percobaan, pada praktikum ini menggunakan alprazolam
dalam bentuk tablet. Tetapi untuk pemberian dengan teknik penyuntikan sediaan harus
dibuat jadi larutan. Dikarenakan alprazolam tidak dapat dilarutkan dalam air,
jadi alprazolam disuspensikan dengan na cmc.
Pada
penanganan hewan percobaan. Penanganan ini sangat penting untuk dipelajari karena
masing-masing jenis hewan percobaan berbeda dan ditentukan oleh sifat hewan,
keadaan fisik serta tujuan dalam penggunaan hewan tersebut. Jika terjadi kesalahan
dalam menangani hewan percobaan, maka akan menyebabkan kecelakaan atau adanya
rasa sakit bagi hewan percobaan. Hal ini dapat menyulitkan dalam pelaksanaannya,
seperti saat penyuntikan. Selain itu, kecelakaan yang dialami bagi praktikan
yang menggunakannya dapat terjadi seperti tikus yang menggigit praktikan ketika
merasa telah mendapat perlakuan kasar oleh praktikannya. Dalam pelaksanaannya,
praktikan sebaiknya melakukan pendekatan terlebih dahulu terhadap hewan percobaan.
Tujuannya yaitu agar hewan percobaan yang digunakan dapat lebih tenang sehingga
mudah dipegang dan tidak stress. Hewan percobaan yang sering dipakai dalam percobaan
adalah mencit dan tikus, tetapi dalam praktikum ini hanya menggunakan mencit, karena
selain mudah didapat, harga ekonomis, dan system maupun organ yang ada didalam tubuhnya
hamper mirip dengan struktur organ yang ada di dalam tubuh manusia. Sehingga hewan
tersebut digunakan untuk uji praklinis sebelum nantinya akan dilakukan pelaksanaan
uji klinis langsung terhadap manusia.
Pada
pemberian rute obat kehewan uji, dilakukan teknik penyuntikan. Penyuntikan hewan
percobaan digunakan sebagai cara yang efektif untuk pemberian obat kepada hewan
percobaan. Keuntungan pemberian obat secara suntikan adalah efek yang
ditimbulkan lebih cepat dan teratur dibandingkan dengan pemberian per oral. Pemberian
secara oral pada hewan percobaan dilakukan menggunakan alat suntik atau spoid
yang dilengkapi jarum oral atau sonde oral (berujung tumpul). Hal ini dimaksudkan
untuk meminimalisir cedera ketika hewan percobaan diberikan sediaan uji. Penyuntikan
juga diberikan secara intraperitoneal dan intramuscular.
Dalam
praktikum yang telah dilakukan ini, praktikan tidak dapat mengamati hasil percobaan
dikarenakan tidak ada hasil onset dan durasi, jadi praktikan hanya membahas secara
teoritis tentang pemberian rute obat kehewan percobaan. Hal ini juga dikarenakan
waktu pengamatan yang dilakukan praktikan singkat. Dalam pengamatan singkat ini,
yang diharapkan hewan percobaan tersebut dapat mengalami efek dari obat, tetapi
tidak terjadi dikarenakan banyak factor yang mempengaruhinya. Faktor tersebut adalah
kesalahan dalam cara pengambilan larutan obat yang telah di larutkan dengan na cmc,
walaupun cmc kental, jika tidak diaduk pada saat pengambilan larutan obatnya,
zat aktif dapat mengendap dibagian bawah. Sehingga efek yang diharapkan tidak begitu
efektif. Dapat juga karena pengaruh rebut dari praktikan yang membuat mencit
ketakukan dan tidak tenang. Juga bias karena dipegang berkali-kali, sehingga
mencit dapat mengalami stress. Dan yang seharusnya pada pemberian obat secara
per oral, intraperitoneal, dan intramuscular disini memiliki perbedaan kecepatan
onset dan durasi. Pemberian obat secara intraperitoneal memiliki onset yang
lebih cepat daripada intramuscular dan per oral. Dikarenakan intraperitoneal mengandung banyak pembuluh
darah sehingga obat langsung masuk kedalam pembuluh darah. Intramuscular
mengandung lapisan lemak yang cukup kecil sehingga obat akan terhalang oleh lemak
sebelum terabasorbsi. Sedangkan peroral disini obat akan mengalami rute yang
panjang untuk mencapai reseptor karena melalui saluran cerna yang memiliki banyak
factor penghambat seperti protein plasma. Dan pemberian yang memiliki durasi paling
cepat adalah peroral dari pada intraperitoneal dan intramuscular. Hal ini dikarenakan
peroral, karena melalui
saluran cerna yang memiliki rute cukup panjang dan banyak factor penghambat maka
konsentrasi obat yang terabsorbsi semakin sedikit dan efek obat lebih cepat. Intraperitonial,
disini obat langsung masuk kepembuluh darah sehingga efek yang dihasilkan lebih
cepat dibandingkan intramuscular dan subkutan karena obat di metabolisme serempak
sehingga durasinya agak cepat. Sedangkan intramuscular, terdapat lapisan lemak
yang cukup banyak sehingga obat akan konstan dan lebih tahan lama.
V.
KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan praktikan
tidak dapat menarik kesimpulan berkaitan dengan onset dan waktu durasi
dikarenakan kurangnya waktu pengamatan dan berbagai factor kesalahan lainnya
namun dapat disimpulkan secara teoritis dimana seharusnya yang memiliki onset
lebih cepat adalah (IP) Intra Peritoneal lalu (IM) Intra Muscular kemudian (PO)
Per Oral sedangkan yang memiliki durasi lebih cepat adalah (PO) Per Oral lalu
(IP) Intra Peritoneal kemudian (IM) Intra Muscular.
VI.
SARAN
Sebaiknya hewan uji yang digunakan sebagai
percobaan tidak hanya mencit, tetapi juga tikus, kelinci atau marmot, dan
dilakukan juga pemberian rute obat secara subkutan dan sebagainya
DAFTAR PUSTAKA
-
Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta
-
Ganiswara, S. 1995. Farmakologi dan Terapi. Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
-
Tan,H.T.,Rahardja, K. 2002. Obat-Obat Penting: khasiat, Penggunaan dan
Efek-Efek samping. Edisi V. Jakarta PT Alex Media Komputindo Gramedia
3 komentar:
You are my hero
You are my hero
Terima kasih kak
Posting Komentar