Minggu, 12 Februari 2017

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II Refluks

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
METODE REFLUKS


 Dosen Pembimbing :
Anita Apriliana, S.Si., M.Pharm., Apt

AKADEMI FARMASI SAMARINDA
LABORATORIUM TERPADU II
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1   LATAR BELAKANG
Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya untuk mengatasi masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasar pada pengalaman dan ketrampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.Salah satu tanaman obat yang ada di Indonesia adalah Sirsak (Annona muricata L.). Sirsak merupakan tumbuhan dengan berbagai macam manfaat bagi kesehatan baik daging buah, daun maupun bijinya memiliki kandungan kimia yang bermanfaat untuk pengobatan, antara lain sebagai antibakteri,antivirus, antioksidan, anti jamur, anti parasit,antihipertensi, anti stres, dan menyehatkan sistem saraf. Daging buahnya mengandung serat dan vitamin, kandungan zat gizi terbanyak dalam buah sirsak adalah karbohidrat. Daunnya  mengandung senyawa tanin, fitosterol, kalsium oksalat, alkaloid murisin, monotetrahidrofuran asetogenin, seperti anomurisin A dan B,gigantetrosin A, annonasin-10-one, murikatosinA dan B, annonasin dan goniotalamisin.Penggunaanya di masyarakat yaitu dengan merebus daunnya kemudian hasil rebusan diminum (Suranto, 2011).
Oleh karena itu pada praktikum farmakognosi II ini kami menggunakan simplisia daun sirsak (Annona muricata L.) karena terdapat kandungan senyawa seperti alkaloid, flavonoid, tanin, tretirpinoid, yang berguna bagi kesehatan,selain itu  penggunaan metode ekstraksi Refluks dapat diaplikasikan dengan sampel yang kasar dan tahan pemanasan langsung seperti simplisia daun sirsak (Annona muricata L.)

1.2    Tujuan
1.    Skrining Fitokimia
            mengetahui senyawa-senyawa metabolisme sekunder yang terdapat di daun sirsak.

2.    Ekstraksi
a)   Mahasiswa memahami prinsip ekstraksi secara refluks
b)   Mahasiswa mampu melakukan proses ekstraksi metabolit sekunder dari tanaman atau tumbuhan dengan metode refluks.
3.    Ekstraksi cair-cair
Mahasiswa mampu melakukan pemisahan (partisi) senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak berdasarkan perbedaan kepolaran pelarut dengan metode ekstraksi cair-cair.
4.    Kromatografi Lapis Tipis
a)   Mahasiwa memahami prinsip dari Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
b)   Mahasiswa dapat mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder dengan cara Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

1.3    Manfaat
1. Menambah referensi tentang ekstraksi daun sirsak.
2.    Informasi tentang zat-zat yang ada pada daun sirsak.
3.    Menambah pengetahuan tentang skrining fitokimia, ekstraksi dengan
     metode refluks, ekstraksi cair-cair dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

BAB II
DASAR TEORI

2.1     Uraian tumbuhan/Tanaman
1.    Sistematika
Tanaman sirsak (Annona muricata L.) termasuk tanaman tahunan dengan sistematik sebagai berikut :
Kingdom                  : Plantae
Divisi                        : Spermatophyta
Sub Divisio              : Angiospermae
Class                         : Dicotyledone
Ordo                         : Polycarpiceae
Famili                       : Annonaceae
Genus                       : Annona
Species                     : Annona muricata L. (Dalimarta, 2003)
2.    Morfologi
Secara morfologi, tanaman sirsak terdiri dari : daun berbentuk bulat panjang dan menyirip, berwarna hijau muda sampai hijauntua, ujung daun meruncing dan permukaan daun mengkilap. Bunga tunggal, dalam satu bunga terdapat banyak putik sehingga dinamakan bunga berpistil majemuk. Bagian bunga tersusun secara hemicyclis, yaitu sebagian terdapat dalam lingkaran dan yang lain spiral atau terpencar.
Mahkota bunga yang berjumlah 6 sepalum yang terdiri atas dua lingkaran, bentuknya hampir segitiga, tebal, dan kaku, berwarna kuning keputih-putihan, dan setelah tua mekar dan lepas dari dasar bunganya. Puti dan benang sari lebar dengan banyak karpel (bakal buah). Bunga keluar dari ketiak daun, cabang, ranting atau pohon. Bungan umumnya sempurna (hermaprhobit). Tapi terkadang hanya bunga jantan dan bunga betina saja yang terdapat pada satu pohon. Bungan melalukan penyerbukan silang, karena umumnya tepung sari matang terlebih dahulu sebelum putiknya reseptif  (Dalimarta, 2003).
3.    Kandungan kimia
Daun sirsak (Annona muricata L.) mengandung tannin, alkaloid, dan sejumlah kimia lainnya seperti acetognins, annocatacin, annocatalin, annohexocin, annoacin, annomuricin, anomurine, anonol, gentisic acid caclourine, linonleic acid, gigantetronin dan muricapentoin. Kandung senyawa kimia tersebut merupakan senyawa yang dapat memberikan manfaat untuk tubuh, baik sebagai obat ataupun meningkatkan system kekebalan tubuh.
4.   Khasiat
Daun sirsak dimanfatkan sebagai pengobata alternative untuk pengobatan kanker, yakni dengan mengkonsumsi air rebusan daun sirsak. Selain untuk pengobatan kanker, tanaman sirsak juga dimanfaatkan untuk pengobatan demam, diare, anti kejang, anti jamur, anti parasit, anti mikroba, sakit pinggang, asam urat, antioksidan, gatal-gatal, bisul, flu dan lain-lain. (Mardiana, 2011).

2.2     EKSTRAKSI
Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai senyawa dapat digolongkan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavanoid dan lain-lain. dengan diketahui senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat  (Ditjen POM,2000).
pembagian metode ekstraksi menurut Ditjen POM (2000)yaitu:
a)      Ekstraksi secara dingin  yaitu maserasi, perkolasi
b)      Ekstraksi secara panas yaitu refluks, sokletasi, digestasi, infundasi dan dekok
A.    Ekstrasi refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Refluks adalah teknik yang melibatkan kondensasi uap dan kembali kondensat ini ke sistem dari mana ia berasal. Hal ini digunakan dalam industri dan laboratorium distilasi. Hal ini juga digunakan dalam kimia untuk memasok energi untuk reaksi-reaksi selama jangka waktu yang panjang. Campuran reaksi cair ditempatkan dalam sebuah wadah terbuka hanya di bagian atas. Kapal ini terhubung ke kondensor Liebig, seperti bahwa setiap uap yang dilepaskan kembali ke didinginkan cair, dan jatuh kembali ke dalam bejana reaksi. Kapal kemudian dipanaskan keras untuk kursus reaksi.
B.     Prinsip Metode Refluks
Prinsip kerja pada metode refluks yaitu penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas  bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai  penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4  jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan (Akhyar,2010).  
C.    Kelebihan dan Kekurangan Metode Refuks 
Kelebihan dari metode refluks adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar, dan tahan pemanasan langsung. (Anonim, 2011). Kekurangan dari metode refluks adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar,dan Sejumlah manipulasi dari operator (Mandiri, 2013).
D.  Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi berkesinambungan. Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak, lalu dipanaskan sampai mendidih. Cairan penyari akan menguap, uap tersebut akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali Fitokimia UMI menyari zat aktif dalam simplisia tersebut, demikian seterusnya. Ekstraksi ini biasanya dilakukan 3 kali.

2.3  SKRINING FITOKIMIA
Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa-senyawa metabolit sekunder. Suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas berbagai macam metabolit sekunder yang berperan dalam aktivitas biologinya. Senyawa-senyawa tersebut dapat diidentifikasi dengan pereaksi-pereaksi yang mampu memberikan ciri khas dari setiap golongan dari metabolit sekunder (Harborne, 1987). Berbagai metode yang dapat digunakan untuk identifikasi metabolit sekunder yang terdapat pada suatu ekstrak antara lain:
a.       Identifikasi senyawa fenolik
Identifikasi adanya senyawa fenolik dalam suatu cuplikan dapat dilakukan   dengan pereaksi besi (III) klorida (FeCl3) 1% dalam etanol. Adanya senyawa fenolik ditunjukkan oleh timbulnya warna hijau, merah ungu, biru atau hitam yang kuat (Harborne, 1987).
b.      Identifikasi senyawa golongan saponin (steroid dan terpenoid)
Saponin  adalah  suatu  glikosida  yang  larut  dalam  air  dan  mempunyai karakteristik   dapat   membentuk   busa   apabila   dikocok,   serta   mempunyai kemampuan menghemolisis sel darah merah. Saponin mempunyai toksisitas yang tinggi.  Berdasarkan  strukturnya  saponin  dapat  dibedakan  menjadi  dua  macam yaitu  saponin  yang  mempunyai  rangka  steroid  dan  saponin  yang  mempunyai rangka  triterpenoid.  Berdasarkan  pada  strukturnya  saponin  akan  memberikan reaksi  warna  yang  karakteristik  dengan  pereaksi  Liebermann-Buchard  (LB) (Harborne, 1987).
c.       Identifikasi senyawa golongan alkaloid
Alkaloid   merupakan   senyawa   nitrogen   yang   sering   terdapat   dalam tumbuhan.   Atom   nitrogen   yang   terdapat   pada   molekul   alkaloid   umumnya merupakan  atom  nitrogen  sekunder  ataupun  tersier  dan  kadang  terdapat  sebagai atom nitrogen kuarterner (Harborne, 1987). Salah satu pereaksi untuk mengidentifikasi adanya alkaloid menggunakan  pereaksi  Dragendorff  dan pereaksi Mayer.
d.         Identifikasi golongan antraquinon
Antrakuinon merupakan suatu glikosida yang  di dalam tumbuhan biasanya terdapat sebagai turunan antrakuinon terhidloksilasi, termitilasi, atau terkarboksilasi.  Antrakuinon  berikatan  dengan  gula  sebagai  o-glikosida  atau sebagai  C-glikosida.  Turunan  antrakuinon  umumnya  larut  dalam  air  panas  atau dalam alkohol encer.   Senyawa   antrakuinon   dapat   bereaksi   dengan   basa memberikan warna ungu atau hijau (Harborne, 1987).

2.4     EKSTRAKSI CAIR-CAIR
Estraksi cair-cair(liquid extraction, solvent extraction) yaitu pemisahan solute dari cairan pembawa (diluen) menggunakan solven cair. Campuran diluen dan solven tersebut bersifat heterogen (immiscible, tidak saling campur), dan jika dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase diluen (rafinat) dan fase solven (ekstrak).
·         Fase rafinat = fase residu, berisi diluen dan sisa solut.
·         Fase ekstrak = fase yang berisi solut dan solven.
Pemilihan solven menjadi sangat penting. Dipilih solven yang memiliki sifat antara lain:
a.    Solut mempunyai kelarutan yang besar dalam solven, tetapi solven sedikit atau tidak melarutkan diluen,
b.  Tidak mudah menguap pada saat ekstraksi,
c.   Mudah dipisahkan dari solut, sehingga dapat dipergunakan kembali,
d.   Tersedia dan tidak mahal.
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara teknis dalam skala besar misalnya untuk memperoleh vitamin, antibiotika, bahan-bahan penyedap, produk-produk minyak bumi dan garam-garam. logam. Proses inipun digunakan untuk membersihkan air limbah dan larutan ekstrak hasil ekstraksi padat cair.
Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila pemisahan campuran dengan cara distilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan aseotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaltu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin.
Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut yang pertarna (media pembawa) dan masuk ke dalam pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak saling melarut (atau hanya dalam daerah yang sempit). Agar terjadi perpindahan masa yang baik yang berarti performansi ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas mungkin di antara kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan distribusikan menjadi tetes-tetes kecil (misalnya dengan bantuan perkakas pengaduk).
Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh, karena akan menyebabkan terbentuknya emulsi  yang tidak dapat lagi atau sukar sekali dipisah. Turbulensi pada saat mencampur tidak perlu terlalu besar. Yang penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang batas tetap ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapat mungkin segera disingkirkan dari bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telah terdistribusi menjadi tetes-tetes hanis menyatu kembali menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan dari cairan yang lain.
Berbagai jenis metode pemisahan yang ada, ekstraksi pelarut atau juga disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan popular. Pemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur. Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase terlarut. Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian, pemisahan serta analisis pada semua kerja.
Berbeda dengan proses retrifikasi, pada ekstraksi tidak terjadi pemisahan segera dari bahan-bahan yang akan diperoleh (ekstrak), melainkan mula-mula hanya terjadi pengumpulan ekstrak (dalam pelarut). Suatu proses ekstraksi biasanya melibatkan tahap-tahap berikut:
1.   Mencampurkan bahan ekstrak dengan pelarut dan membiarkannya saling kontak. Dalam hal ini terjadi perpindahan massa dengan cara difusi pada bidang antar muka bahan ekstraksi dan pelarut. Dengan demikian terjadi ekstraksi yang sebenarnya, yaitu pelarut ekstrak.
2.  Memisahkan larutan ekstrak dari refinat, kebanyakan dengan cara penjernihan atau filtrasi.
3.   Mengisolasi ekstrak dari larutan ekstrak dan mendapatkan kembali pelarut. Umumnya dilakukan dengan mendapatkan kembali pelarut. Larutan ekstrak langsung dapat diolah lebih lanjut atau diolah setelah dipekatkan.

2.5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi digunakan sebagai untuk memisahkan substansi campuran  menjadi komponen-komponennya, Kromatografi juga merupakan pemisahan camuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya. Untuk itu, kemurnian bahan atau komposisi campuran dengan kandungan yang berbeda dapat dianalisis dengan benar. Tidak hanya kontrol kualitas, analisis bahan makanan dan lingkungan, tetapi juga kontrol dan optimasi reaksi kimia dan proses berdasarkan penentuan analitik dari kuantitas material. Teknologi yang penting untuk analisis dan pemisahan preparatif pada campuran bahan adalah prinsip dasar kromatografi. Pemisahan senyawa biasanya menggunakan beberapa tekhnik kromatografi. Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang akan dipisahkan. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya. KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh  Universitas Sumatera Utaradari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi  senyawa murni skala kecil. Pelarut yang dipilih untuk pengembang disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi – pereaksi yang lebih reaktif  seperti asam sulfat. Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa standar. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal. Oleh karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0. Perhitungan nilai Rf Jumlah perbedaan warna yang telah terbentuk dari campuran, pengukuran diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang tempuh oleh bercak warna masing-masing. Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan dari gelas kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses penguapan. Pengukuran berlangsung sebagai berikut: Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut:


BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1     Alat  dan Bahan
3.1.1        Alat
a)    Blender
b)    Seperangkat alat refluks (LAB 1 Liter dan Kondensor)
c)    Corong Pisah 250 ml
d)    Waterbath
e)    Beaker Glass 100 ml (2), 250 ml (2), 500 ml (1)
f)     Gelas Ukur 100 ml (2), 50 ml (1)
g)    Klem Dan Statif (1)
h)    Cawan Porselin ( 3 Besar)
i)      Batang engaduk Kaca (2)
j)     Botol Semprot (1)
k)    Pinset (1)
l)     Penotol (3)
m)  Erlenmeyer 250 ml (2)
n)    Tabung Reaksi (6)
o)    Penjepit Tabung (1)
p)    Neraca Analitik
q)    Rak Tabung  Reaksi (1)
r)     Sendok Tanduk (3)
s)    Heating Mantle (1 Liter)
t)     Corong Kaca (2)
u)    Pipet tetes (4)
v)    Lampu spritus (1)
w)  Tripot (1) kasa asbes (1)
3.1.2        Bahan
a)        n-heksana
b)        Kloroform
c)        Etil Asetat
d)        Kertas Saring
e)        Alumunium Foil
f)         Serbuk Simplisia Daun Sirsak
g)        Aquadest
h)        Asam Klorida Pekat
i)         Etanol 70% 1 Liter
j)         Lempeng KLT 20 x 10 cm

3.2   PROSEDUR PELAKSANAAN
EKSTRAKSI
Skema Kerja Refluks
disiapkan alat dan bahan
ditimbang sampel sebanyak 50 gram kemudian diukur etanol sebanyak 500 ml




Rectangle: Rounded Corners: dilakukan penyarian dengan metode refluks selama kurang lebih 1 jam



Rectangle: Rounded Corners: hasil ekstraksi disaring kemudian ampas dan etanol 70%  500 ml kembali selama 1 jam lalu saring dan uapkan



Skrining fitokimia
disiapkan alat dan bahan
Rectangle: Rounded Corners: diambil ekstrak dari hasil ekstraksi refluks sebanyak 50 ml




kemudian ekstrak di tempatkan di dalam wada yang ditutup tertutup alumunium foil

Skema ekstraksi cair-cair
Disiapkan alat dan bahan
Diambil ekstrak kental dari ekstraksi praktikum sebelumnya sebanyak 10 g
Rectangle: Rounded Corners: Dilarutkan ekstrak dengan pelarut etanol banding air (1:3 ), air  90 ml dan etanol 30 ml , diaduk ad homogen






Dimasukkan kedalam corong pisah dan ditambahkan toluen sebanyak 30 ml, kocok sebanyak 10 kali, lalu diamkan dan sampai terjadi pemisahan, dipisahkan antara lapisan atas dan lapisan bawah




ditampung lapisan atas dalam wadah kaca yang merupakan ekstrak toluen dan lapisan bawah adalah ekstrak etanol, perlakuan diulang sebanyak tiga kali

dimasukan kembali ekstrak etanol kedalam corong pisah+kloroform 30 ml, kocok sebanyak 10 kali lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan





ditampung lapisan bawah didalam wadah kaca yang merupakan ekstrak kloroform dan lapisan atas ekstrak etanol dan diperlakukan selama tiga kali




di masukan kedalam corong pisah dan ditambahkan etil asetat sebanyak 30 ml, kocok sebanyak satu kali dan diamkan sehingga terjadi pemisahan
ditampung lapisan atas dalam wadah kaca merupakan ekstrak etil asetat dan di lapisan bawahnya ekstrak etanol perlakukan sebanyak tiga kali


di uapkan  diatas penangas air semua ekstrak yang telah diperoleh sampai ekstrak menjadi kering, lalu ditutup kembali ekstrak kering dengan alumunium foil





KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
Skema Kerja Kromatografi Lapis Tipis :


Plat KLT ditandai dengan garis menggunakan pensil
 
Ditotolkan dengan menggunakan pipa kapiler

Dimasukkan ke dalam chamber yang berisi eluen

  Plat KLT tadi dikeluarkan dan dikeringkan

Noda tadi dilihat dibawah sinar ultraviolet dan uap iodium
 
Noda yang terlihat ditandai menggunakan pensil
 
Dihitung nilai Rf








BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Pembuatan simplisia
Pada praktikum farmakognosi II dibuat simplisia dari bahan daun sirsak ,pembuatan simplisia dari daun sirsak ini  pertama-tama dilakukan  pengumpulan bahan baku daun sirsak yang dimana tanaman ini diambil langsung dari pohonnya dalam keadaan segar yaitu dihitung ruas ke tujuh dari pucuk, setelah itu dilakukan sortasi basah yaitu daun ini dibersihkan dari tanah, kotoran atau pengotor lainnya (misalnya serangga atau bagiannya) serta disortir untuk memisahkan daun sirsak  yang bagus dan yang tidak bagus. Setelah dilakukan sortasi basah dilakukan proses pencucian, daun  sirsak dicuci dengan air bersih dan daun sirsak ditiriskan , kemudian daun sirsak ditimbang dengan berat 1 kg.
 Kemudian dilakukan pengeringan agar simplisia awet dalam penyimpanan serta menghindari terurainya kandungan kimia karena pengaruh enzim. Tandanya simplisia sudah kering adalah mudah meremah bila diremas atau mudah patah. Menurut persyaratan obat tradisional pengeringan dilakukan sampai kadar air tidak lebih dari 10% cara penetapan kadar air dilakukan menurut yang tertera dalam Materia Medika Indonesia atau Farmakope Indonesia. Pengeringan sebaiknya jangan dibawah sinar matahari langsung melainkan dengan lemari pengering yang dilengkapi dengan kipas penyedot udara sehingga terjadi sirkulasi yang baik, bila dilakukan pengeringan dibawah sinar matahari maka perlu ditutup dengan kain hitam untuk dihindari terurainya kandungan kimia dan debu. Setelah itu dibuat serbuk dari simplisia kering  (daun sirsak)
perhitungan:
1.         Dari hasil yang didapat berat basah : 1 kg dan berat kering :  21.8 g
2.         Susut pengeringan =  x 100 % = 97,8 %
3.         Sisa kadar air = 100 % - 97,8 % = 2,2%


B.       Metode ekstraksi refluks
Ekstraksi adalah suatu kegiatan penarikan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Refluks adalah metode ekstraksi dengan pelarut pada temperatur  titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas dengan relative  konstan dengan adanya pendingin balik. Untuk metode ekstraksi ini digunakan simplisia daun sirsak (annona muricata. L)  sebanyak 50 gram dengan pelarutnya etanol 70% sebanyak 500 ml dicampur didalam  labu alas bulat kemudian diekstraksi selama 1 jam setelah itu diambil hasil ekstraksi, kemudian diekstraksi kembali dengan pelarut etanol 70% sebanyak 400 ml dan diekstraksi selama 1 jam. Setelah kegiatan ekstraksi selesai hasil ekstraksi pun di uapkan sampai ekstrak menjadi hijau kental kehitaman.

C.      Skrining fitokimia
No
Uji
Pereaksi
Teori
Hasil
+/-
1
Alkaloid
Pereaksi mayer
Endapan putih/kuning
Endapan kuning
+
Pereaksi Bouchardad
Endapan coklat-hitam
Endapan coklat hitam
+
Pereaksi dragendrof
Endapan merah bata
Endapan merah bata
+
2
Flavonoid
Serbuk Mg, HCl Pekat dan Amil alkohol
Amil alcohol warna merah, kuning,jingga
Amil alcohol warna kuning
+
3
Tanin
Pereaksi besi (III) klorida
Biru atau hijau kehitaman
Hijau kehitaman
+
4
Saponin
Peraksi HCl 2N
Terbentuk buih/ busa tidak hilang
Tidak terbentuk buih
-
5
Glikosida
Pereaksi Molish dan asam sulfat
Terbentuk cincin warna ungu
-
-
6
Steroida
Asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat
Menjadi hijau biru
Hijau biru
+

D.      Ekstraksi Cair-cair
Pada percobaan ini dilakukan proses ekstraksi cair-cair dengan sampel, yaitu sampel ekstrak kental daun sirsak pada ekstraksi dengan menggunakan corong pisah. Dalam hal ini digunakan beberapa pelarut untuk melakukan proses partisi yaitu n-heksan, kloroform, etil asetat. Terlebih dahulu ekstrak kentalsebanyak 25ml yang didapat dilarutkan dengan metanol-air dengan perbandingan 1:3. Selanjutnya ekstrak etanol-air daun sirsak yang diperoleh selanjutnya dimasukkan ke dalam corong pemisah dan menambahkan dengan pelarut n-heksan 20 ml sebanyak tiga kali. N-heksan bersifat non polar sedangkan etanol-air bersifat polar sehingga terjadi pemisahan yang jelas dari dua campuran yang berbeda polaritasnya. Dan akan didapatkan ekstrak n-heksan dan etanol air. Selanjutnya ekstrak etanol air ditambahkan dengan pelarut kloroform (CHCl3) kemudian digojok selama beberapa menit, fungsi digojok disini ialah membantu proses pemisahan . Kloroform merupakan pelarut nonpolar yang sering digunakan dalam proses ekstraksi. Tujuan penambahan kloroform (CHCl3) digunakan sebagai pelarutnya adalah karena kloroform bersifat nonpolar, sedangkan ekstrak etanol air bersifat polar, sehingga keduanya tidak saling melarutkan. Hal ini terlihat ketika kloroform ditambahkan ke dalam corong pisah membentuk dua fase (tidak bercampur) pada pemisahan pertama, dimana fase yang dibawah adalah kloroform yang ditandai dengan warna bening hijau, sedangkan fase yang diatasnya adalah fase polar yaitu etanol air yang berwarna  hijau muda. Mendiamkan selama beberapa menit dan diambil lapisan bawah kemudian di buang lapisan atasnya. Hasil yang diperoleh untuk pemisahan pertama ialah terjadi dua lapisan yaitu lapisan atas yang berwarna hijau muda, dan lapisan bawahnya berwarna hijau bening ini disebabkan karena bobot jenis kloroform lebih besar dibanding dengan bobot jenis ekstrak etanol air menyebabkan ekstrak etanol air ada diatas dan ekstrak kloroform berada dibawah, hal ini dilakukan dengan tiga kali pengulangan untuk mengoptimalkan partisi pada tiap pelarut yang tidak saling bercampur.
Pada percobaan ini selanjutnya dilakukan pencampuran kembali antara etanol air dengan penambahan 20 ml etil asetat, fungsi penambahan etil asetat adalah sebagai pelarut semi polar dan merupakan larutan yang mudah menguap sehingga sampel ekstrak tersebut tidak larut atau tidak beraksi dengan etil asetat. Kemudian di gojok beberapa menit, fungsi di gojok ini agar larutan etil asetat tersebut dapat bercampur dengan ekstrak etanol-air dan sesekali tutup corong pisah di buka, fungsi di bukanya tutup corong pisah agar gas yang dihasilkan dari penggojokan yang dilakukan bisa keluar dan tidak terjadi tekanan di dalamnya , sehingga terbentuk 2 larutan dari cairan tersebut. Diamkan beberapa menit agar terjadi  dua pemisahan yaitu lapisan atas dan lapisan bawah . Lapisan bawah di buang sedangkan lapisan atasdituangkan kemudian dilakukan dengan perlakuan yang sama seperti sebelumnya.
Dari hasil percobaan tersebut di dapatkan ekstrak kental dengan dua larutan yaitu pada penambahan larutan etil asetat berwarna coklat kemerahan bening larutan etanol air berwarna hijau. Dimana larutan etil asetat memiliki bobot jenis yang lebih besar dibandingkan etanol air sehingga lapisan atasnya adalah larutan etanol air dan lapisan bawahnya adalah larutan etil asetat.

E.       Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya, juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit baik penyerap maupun cuplikannnya.
Adapun eluen yang dipakai adalah toluene, asam asetat dan etil asetat, dengan perbandingan  masing-masing 5:4:1. Untuk plat silica yang digunakan dengan panjang 10 cm dan lebar 5 cm serta masing-masing batas bawah dan batas atas 1 cm. Sebelum melakukan KLT chambernya terlebih dahulu dijenuhkan dengan cara dimasukkann eluen kedalam chamber setelah  itu dimasukkan kertas saring ke dalam chamber dan tutup chambernya. diamati pada kertas saring naik atau tidaknya larutan  pada kertas saring, apabila larutan sudah naik sampai batas yang ditentukan berarti chamber sudah jenuh dengan eluen dan bisa dilakukan uji KLT.
Plat silica diatur jarak untuk melakukan penotolan dari masing-masing sampel dengan diberi titik menggunakan pensil. setelah diatur jarak, dilakukan penotolan sampel n-Heksan, kloroform, etil asetat dan ekstrak daun sirsak menggunakan pipa kapiler. setelah ditotolkan dimasukkan plat silica ke dalam chamber yang sebelumya diberi tali pada batas atas plat silica. Diamati plat silica sampai larutan tampak naik pada batas atas pada plat silica. setelah mencapai batas atas, dikeluarkan plat dan diamati plat menggunakan sinar UV 254 nm. Adapun hasil perhitungan dari uji KLT sebagai berikut :
Jarak tempuh masing-masing eluen :
Ø  n- Heksan   : 2 cm
Ø  Kloroform   : 6,8 cm
Ø  Etil asetat    : 2,2 cm
Ø  Sampel : 2 cm
Rf = 
Jarak tempuh eluen = 8 cm
Rf sampel           :  = 0,25 cm
Rf n-Heksan       :  = 0,25 cm
Rf Kloroform     :  = 0,85 cm
Rf Etil asetat      :  = 0275 cm







BAB V
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dari praktikum yang dilakukan oleh praktikan dapat disimpulkan bahwa :
1.      Praktikan dapat mengidentifikasi senyawa-senyawa metabolit sekunder yang diantaranya adalah senyawa golongan alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, glikosida dan steroid. Hasil positif didapatkan pada identifikasi senyawa golongan alkaloid, flalvonoid, tanin dan steroid, hasil negatif didapatkan dari identifikasi senyawa golongan saponin dan glikosida.
2.      Praktikan melakukan ekstraksi dengan prinsip kerja metode ekstraksi refluks, dan melakukan ekstraksi metabolit sekunder dari simplisia atau sampel daun sirsak (Annona muricata L.)
3.      Praktikan mampu melakukan pemisahan (partisi) senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak berdasarkan perbedaan kepolaran pelarut dengan metode ekstraksi cair-cair.
4.      Praktikan melakukan identifikasi kualitatif senyawa metabolit sekunder yang diisolasi dari ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

B.     SARAN
Untuk proses identifikasi selanjutnya dapat disarankan bagi mahasiswa agar dapat mengidentifikasi senyawa metabolit lain yang terdapat pada sampel atau simplisia (Annona muricata L.) kemudian dapat dilakukan dengan metode ektraksi yang lain sehinga dapat mengisolasi senyawa metabolit yang lebih banyak.

2 komentar:

devi mengatakan...

Min daftar pustakanya gak ada?

Unknown mengatakan...

Kenapa skema nya ga bisa di buka ia

Posting Komentar