Kamis, 16 Februari 2017

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II Diabetes Mellitus



LAPORAN PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI II
Diabetes Mellitus
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
AKADEMI FARMASI SAMARINDA
2014

I.         TUJUAN

-     Untuk menentukan kadar gula darah pada mencit

-     Untuk mengetahui dan menentukan efek obat-obat antidiabetes yaitu metformin dan ekstrak pare



II.      DASAR TEORI

2.1 Pengertian

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada metabolime glukosa, disebabkan kerusakan proses pengaturan sekresi insulin dari sel-sel beta. Insulin, yang diahasilkan oleh kelenjar pankreas sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah normal pada waktu puasa antara 60-120 mg/dl, dan dua jam sesudah makan dibawah 140 mg/dl. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, baik secara kualitas maupun kuantitas, keseimbangan tersebut akan terganggu, dan kadar glukosa darah cenderung naik (hiperglikemia) (Kee dan Hayes,1996; Tjokroprawiro, 1998).

Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia dan glukosuria yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang diakibatkan kurangnya insulin yang diproduksi oleh sel β pulau Langerhans kelenjar Pankreas baik absolut maupun relatif (Herman, 1993; Adam, 2000; Sukandar, 2008). 

Kelainan metabolisme yang paling utama ialah kelainan metabolisme karbohidrat. Oleh  karena itu, diagnosis diabetes melitus selalu berdasarkan kadar glukosa dalam plasma darah (Herman, 1993; Adam, 2000).

Diabetes melitus merupakan salah satu jenis penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah (hiperglikemia) sebagai akibat dari rendahnya sekresi insulin, gangguan efek insulin, atau keduanya. Diabetes mellitus bukan merupakan patogen melainkan secara etiologi adalah kerusakan atau gangguan metabolisme. Gejala umum diabetes adalah hiperglikemia, poliuria, polidipsia, kekurangan berat badan, pandangan mata kabur, dan kekurangan insulin sampai pada infeksi. Hiperglikemia akut dapat menyebabkan sindrom hiperosmolar dan kekurangan insulin dan ketoasidosis. Hiperglikemia kronik  menyebabkan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan metabolisme sel, jaringan dan organ. Komplikasi jangka panjang diabetes adalah macroangiopathy, microangiopathy, neuropathy, katarak, diabetes kaki dan diabetes jantung (Reinauer et al, 2002).

Pada diabetes melitus semua proses terganggu, glukosa tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya hiperglikemia sendiri relatif tidak berbahaya, kecuali bila hebat sekali hingga darah menjadi hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Yang nyata berbahaya ialah gliosuria yang timbul, karena glukosa bersifat diuretik osmotik, sehingga diuresis sangat meningkat disertai hilangnya berbagai efektrolit. Hal ini yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada penderita diabetes yang tidak diobati. Karena adanya dehidrasi , maka badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia). Badan kehilangan 4 kalori untuk setiap hari gram glukosa yang diekskresi (Katzung,dkk,2002).

Insulin adalah polipeptida dengan BM kira-kira 6000. Polipeptida ini terdiri dari 51 asam amino  tersusun dalam dua rantai, rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. Antara rantai A dan B terdapat 2 jembatan disulfide yaitu antara A-7 dengan B-7 dan A-20 dengan B-19. Selain iu masih terdapat jembatan disulfide antara asam amino ke-6 dan ke-11 pada rantai AKarena insulin babi lebih mirip insulin insani maka dengan bahan insulin babi mudah dibuat insulin insani semisintetik. Disamping itu juga dapat disintesis insulin manusia dengan teknik rekombinan DNA  (Ganiswarna,dkk,1995).

Sekresi insulin diatur tidak hanya diatur oleh kadar glukosa darah tetapi juga hormon lain dan mediator autonomik. Sekresi insulin umumnya dipacu oleh ambilan glukosa darah yang tinggi dan difosforilasi dalam sel  pankreas. Insulin umumnya diisolasi dari pankreas sapi dan babi, namun insulin manusia juga dapat menggantikan hormon hewan untuk terapi. Insulin manusia diproduksi oleh strain khusus E. Coli yang telah diubah secara genetik. mengandung gen untuk insulin manusia. Insulin babi paling mendekati struktur insulin manusia, yang dibedakan hanya oleh satu asam amino. Gejala hipoglikemia merupakan reaksi samping yang paling umum dan serius dari kelebihan dosis insulin. Reaksi samping lainnya berupa lipodistropi dan reaksi alergi.Diabetes militus ialah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi insulin relatif maupun absolut. Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa ke dalam sel terhambat serta metabolismenya diganggu. Dalam keadaan normal kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak (Siswandono, 1995).



2.2 Klasifikasi dan Etiologi Diabetes Mellitus

1.    Diabetes Mellitus tergantung Insulin (DMTI, tipe 1)

Diabetes mellitus tergantung insulin (DMTI atau IDDM) merupakan istilah yang digunakan untuk kelompok pasien diabetes mellitus yang tidak dapat bertahan hidup tanpa pengobatan insulin. Penyebab yang paling umum dari IDDM ini adalah terjadinya kerusakan otoimun sel-sel beta (β) dari pulau-pulau Langerhans (Katzung, 2002).

Kebanyakan penderita IDDM berusia masih muda, dan usia puncak terjadinya serangan adalah 12 tahun. Namun demikian, 10% pasien diabetes diatas 65 tahun merupakan pengidap IDDM (Katzung, 2002).

IDDM dapat juga disebabkan adanya interaksi antara faktor-faktor lingkungan dengan kecenderungan sebagai pewaris penyakit diabetes mellitus. Hal ini menunjukkan bahwa IDDM dapat timbul karena adanya hubungan dengan gen-gen pasien dan dapat pula dipicu oleh faktor lingkungan yang ada, termasuk bermacam-macam virus (Jones and Gill, 1998; Tunbridge and Home, 1991).

Secara normal hiperglikemisa akan menurunkan sekresi glukogen, tetapi pada penderita DM tipe 1 ini tidak terjadi, sekresi glukogen tetap tinggi walaupun dalam keadaan hiperglikemia. Salah satu manifestasi dari keadaan ini adalah cepatnya penderita DM tipe 1 mengalami keterdosis diabetic apabila tidak mendapatkan terapi insulin. Apabila diberikan tetapi somastotin untuk menekan sekresi glukogen, maka akan terjadi penekanan terhadap kenaikan gula dan berat badan keton. Salah satu masalah jangka panjang pada tubuh untuk mensekresi glukogen sebaai respon terhadap glikemis (Lopulalan, 2008)



2.    Diabetes mellitus tidak tergantung Insulin (DMTTI ,Tipe II)

Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI atau NIDDM) merupakan istilah yang digunakan untuk kelompok diabetes mellitus yang tidak memerlukan pengobatan dengan insulin supaya dapat bertahan hidup, meskipun hampir 20% pasien menerima insulin dengan tujuan untuk membantu mengontrol kadar glukosa darah. NIDDM biasanya ditunjukkan oleh adanya kombinasi yang beragam dari tahanan insulin dan kekurangan insulin (Tunbridge and Home, 1991).

Berbeda dengan DM tipe 1, pada penderita DM tipe 2 terutama yang berada pada tahap awal umumnya dpat didetekski jumlah insulin yang cukup di dalam darahnya, di sampiing kadar guula yang juga tinggi. Jadi, awal potofuidologisnya bahkan bukan disebakan oleh kuangnya sekresi insulin, tetapi karena sel- sel  sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin pada penderita DM tipe 2 hsnys bersifat relative, tidak dabsolut. Oleh sebab itu, dalam penanganannya tidak memerlukan terapi pemberian insulin. Sel- sel beta kalenjar pancreas non sekresi insulin alam dua fase. Fase pertama sekresi insulin terjadi segera setelah stimulus atau rangsangan glukosa yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah, sedangkan sekresi dua fase terjadi di sekitar 20 menit sesudahnya. (Ganiswara, 1995).



3.    Diabetes Melitus Gestasional

     Diabetes mellitus gestasional adalah kadaan diabetes dan interaksi glukosa yang terlibat timbul selama masa khamilan,dan biasanya berlangsung hanya sementara. Sekitar 4- 5 % wanita hamil diketahi menderita GOM dan umunya terdeteksi pada atau setelah trimester kedua. Diabetes dalam masa kehamilan, walaupn umumnya kelak dapat pulih kembali sendiri bebrapa saat setelah melahirkan, namun dapat berakibat buruk pada bayi yang dikandung. Akibat buruk yang dapat terjadi antara lain nolfarmasi konguinental, peningkatan berat badan bayi ketika lahir dan meningkatnya resiko mortalitas prenatal. (Ganiswaera, 1995)



4.    Pra diabetes

     Pra diabetes adalah kondisi dimana kadar gula darah seseorang berada diantara kadar normal dan diabetes, lebih tinggi daripada normal tetapi tidak cukup tinggi untuk dikategorikan ke dalam diabetes tipe 2. Penderita pra- diabetes di perkirakan cukup banyak, kodisi pra- diabetes merupakan factor resiko untuk diabetes, serangan jantung dan stroke. Apabila tidak dikontrol dengan baik, kondisi pra- diabetes dapat meningkat menjadi diabetes pada tipe 2 dalam kurun waktu 5- 10 tahun. Namun pengaturan diet an olahraga yang baik dapat mencegah atau menunda timbulnya diabetes. Ada 2 tipe mencegah atau menunda timbulnya diabetes, yaitu;

1.    Impaired fasting glucose, yaitu keadaan dimana kadar glukosa darah puasa seseorang sekitar 100- 125 mg/dL (kadar normal <100 mg/dL)

2.    Impaired glucose tolerance (IGT)yaitu keadaan dimana kadar glukosa darah seseorang pada ujitoleransi glukosa nberada di atas normal tetapi tidak cukup tinggi untuk dikategorikan ke dalam kondisi diabetes.  (Nurachman, 2003)



4.3     Mekanisme Terjadinya Diabetes

Penyakit diabetes mellitus ditandai dengan tingginya kadar glukosa dalam darha atau hiperglikemia. Gejala awal penyakit dibetes mellitus biasanya kan terjadi poliurea sebagai akibat meningkatnya dieresis yang ditentukan oleh osmosis, gejala selanjutnya yang timbul adalah glikosuria bila kondisi hiperglikemia melebihi 180 mg/dL (kadar gula darah normal 80- 100 mg/dL. Hiperglipidemia terjadi kemudian yang disebabkan oleh mobilisasi cadangan lemak, khususnya karena konsentrasi asam emak bebas yang meningkat akan menyebabkan letouriadan asidosis yang parah dan menimbulkan komadiabetik. Hiperglipidemia timbuk karena penyerapan glukosa ke dalam sel terhambat serta metabolism terganggu. Pada keadaan normal, kira- kira 50% glukosa yang masuk ke dalam tubuh mengalamu metabolism sempurna menjadi CO2 dan H2O pada jaringan adipose melalui proses glikolisis, 15% menjadi glukogen pada jaringan hepar melaluii proses glikogenesis dan kira- kir 30- 40% diubah menjadi lemak pada jaringan adipose.

Karbohidrat dicerna menjadi glukosa sehingga kadar glukosa darah meningkat. Insulin beperan dalam menjaga kadar glukosa darah tetap normal dengan cara mentransfer glukosa darah ke dalam sel- sel yang membentuk membutuhkan glukosa darah tidak dapat digunakan secara langsung menjadi energy melaluipross oksidasi(respirasi)

C6H12O6  + 6CO2  --à 6CO2 + 6H2O + energy

Bentuk gangguan diabetic yang paling berat yaitu diabetikum, terdapat gangguan proses biokimia glukosa dara dalam tubuh, yaitu terjadinya ketoasidosis akibat embentukan benda keton dalam jumlah besar. Eliminasi glukosa dalam urin menyebabkan dieresis osmotiik dengan kehilangan air, dengan demikian cerna diabetic bergantung pada asidosis. (Campbell, 2004)



2.4 Gejala

Gejala  penyakit diabetes melitus dari satu penderita ke penderita lainnya tidak selalu sama. Gejala yang disebutkan dibawah ini adalah gejala yang umumnya timbul dengan tidak mengurangi kemungkinan adanya variasi gejala lain. Ada pula penderita diabetes melitus yang tidak menunjukkan gejala apa pun sampai pada saat tertentu (Tjoktoprawiro, 1998).

1.    Pada permulaan, gejala yang ditunjukkan meliputi “tiga P” yaitu:

a.    Polifagia (meningkatnya nafsu makan, banyak makan)

b.    Polidipsia (meningkatnya rasa haus, banyak minum)

c.    Poliuria (meningkatnya keluaran urin, banyak kencing)

Dalam fase ini biasanya penderita menunjukkan berat badan yang terus meningkat, bertambah gemuk, mungkin sampai terjadi kegemukan. Pada keadaan ini jumlah insulin masih dapat mengimbangi kadar glukosa dalam darah (Kee dan Hayes,1996; Tjokroprawiro, 1998).

2.    Bila keadaan diatas tidak segera diobati, kemudian akan timbul gejala yang  

    disebabkan oleh kurangnya insulin, yaitu :

a.    Banyak minum

b.    Banyak kencing

c.    Berat badan menurun dengan cepat (dapat turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu)

d.    Mudah lelah

e.    Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual jika kadar glukosa darah melebihi 500 mg/dl, bahkan penderita akan jatuh koma (tidak sadarkan diri) dan disebut koma diabetik.

Koma diabetik adalah koma pada penderita diabetes melitus akibat kadar glukosa darah terlalu tinggi, biasanya 600 mg/dl atau lebih. Dalam praktik,  gejala dan penurunan berat badan inilah yang paling sering menjadi keluhan utama penderita untuk berobat ke dokter (Tjokroprawiro, 1998).

Kadang-kadang penderita diabetes melitus tidak menunjukkan gejala akut (mendadak), tetapi penderita tersebut baru menunjukkan gejala setelah beberapa bulan atau beberapa tahun mengidap penyakit diabetes melitus. Gejala ini dikenal dengan gejala kronik atau menahun (Katzung, 2002).

Gejala kronik yang sering timbul pada penderita diabetes adalah seperti yang disebut dibawah ini :

v  Kesemutan

v  Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarumRasa tebal pada kulit telapak kaki, sehingga kalau berjalan seperti diatas bantal atau kasur

v  Kram

v  Capai, pegal-pegal

v  Mudah mengantuk

v  Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata

v  Gatal di sekitar kemaluan, terutama wanita

v  Gigi mudah goyah dan mudah lepas

v  Kemampuan seksual menurun, bahkan impoten, dan



Para ibu hamil sering mengalami gangguan atau kematian janin dalam kandungan, atau melahirkan bayi dengan berat lebih dari 3,5 kg.   (Tjokroprawiro, 1998).

2.5 Hormon Insulin dan Glukagon

Glukosa darah berasal dari absorpsi pencernaan makanan dan pembebasan glukosa dari persediaan glikogen sel. Tingkat glukosa darah akan turun apabila laju penyerapan oleh jaringan untuk metabolisme atau disimpan lebih tinggi daripada laju penambahan. Penyerapan glukosa oleh sel-sel distimulus oleh insulin, yang disekresikan oleh sel beta dari pulau-pulau Langerhans. Glukosa berpindah dari plasma ke sel-sel karena konsentrasi glukosa dalam plasma lebih tinggi daripada dalam sel. Di dalam sel, glukosa dikonversi menjadi glukosa 6 fosfat yang ditahan dalam sel sebagai hasil daripada pengurangan permeabilitas membrane oleh pengaruh kelompok fosfat. Insulin meningkatkan masuknya glukosa ke dalam sel dengan meningkatkan laju transport terbantu dari glukosa melintasi membran sel. Begitu glukosa telah masuk sel, segera difosforilasi untuk menjaganya tanpa control (Soewolo, 2000).

Insulin adalah hormon yang mengendalikan gula darah. Tubuh menyerap mayoritas karohidrat sebagai glukosa (gula darah). Dengan meningkatnya gula darah setelah makan, pankreas melepaskan insulin yang membantu membawa gula darah ke dalam sel untuk digunakan sebagai bahan bakar atau disimpan sebagai lemak apabila kelebihan. Orang-orang yang punya kelebihan berat badan atau mereka yang tidak berolahraga seringkali menderita resistensi insulin. Konsekuensinya, tingkat gula darah meningkat di atas normal (Anonimous, 2011).

          Dalam otot rangka insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam sel otot yang juga menstimulasi sintesis glikogen. Dengan demikian simpanan glikogen dalam sel otot meningkat. Penyerapan asam amino ke dalam hati, otot dan jaringan adipose juga meningkat setelah makan sebagai respon adanya insulin (Soewolo, 2000).

Penolakan insulin adalah kondisi pada jumlah normal insulin yang tidak mencukupi untuk menanggapi respon insulin normal dari lemak, otot dan sel hati. Penolakan insulin pada sel lemak merupakan akibat dari hidrolisis. Penolakan insulin pada otot mengurangi pengambilan glukosa, dan penolakan insulin pada hati mengurangi stok glukosa, dengan akibat pada penyediaan glukosa darah. Penolakan insulin dapat disebabkan oleh sindrom metabolisme dan diabetes melitus tipe 2 (Lopulalan, 2008).

Glukagon merupakan hasil dari sel alfa, yang berperan untuk meningkatkan derajad glukosa darah ketika kadar glukosa darah turun di bawah normal. Target dari glukagon adalah hati. Glukagon mempercepat perubahan glikogen menjadi glukosa (glikogenesis), mendorong pembentukan glukosa dari asam laktat dan asam amino tertentu (glukoneogenesis) dan mempertinggi penglepasan glukosa dalam darah. Sebagai hasilnya derajad glukosa darah naik (Soewolo, 2005).

Insulin dan glukagon adalah hormon yang bekerja secara antagonis dalam mengatur konsentrasi glukosa dalam darah. Hal ini merupakan suatu fungsi bioenergetik dan homeostasis yang sangat penting, karena glukosa merupakan bahan bakar utama untuk respirasi seluler dan sumber kunci kerangka karbon untuk sintesis senyawa organik lainnya. Keseimbangan metabolisme bergantung pada pemeliharaan glukosa darah pada konsentrasi yang dekat dengan titik pasang, yaitu sekitar 90 mg/ 100 mL pada manusia. Ketika glukosa darah melebihi kadar tersebut, insulin dilepaskan dan bekerja menurunkan konsentrasi glukosa. Ketika glukosa turun dibawah titik pasang, glukagon meningkatkan konsentrasi glukosa. Melalui umpan balik negatif, konsentrasi glukosa darah menentukan  jumlah relatif insulin dan glukagon (Campbell, 2004).





2.6 Komplikasi

Diabetes mellitus jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya komplikasi yang pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh bagian tubuh (angiopatik diabetik).

Komplikasi akut DM :

-       Hiperglikemia dan ketoasidosis diabetikum

-       Ketidak seimbangan elektrolit

-       Hiperglikemia, hiperosmolar, koma non ketotik

-       Hipoglikemia (reaksi insulin)

Komplikasi kronik DM :

-       Komplikasi makrovaskuler

Yang termasuk komplikasi makrovaskuler adalah : Coronary anteri disease (CAD), hypertensi, infeksi, cerebro vaskuler disease dan penyakit vaskuler perifer. Pneyakit makrovaskuler menunjukkan atheroskleoniosis dengan pengumpulan lemak di dinding pembuluh darah lapisan dalam.



-       Komplikasi mikrovaskuler

Mikroangipati berhubungan dengan perubahan pada kapiler mata dan ginjal. Pada mata dapat terjadi retinopati diabetik, pandangan kabur dan katarak. Pada ginjal dapat terjadi netropati. Neuropati adalah kimplikasi diabetes mellitus yang paling umum.

-       Komplikasi kronik pada gangren diabetik :

·      Retino diabetik

·      Netropati diabetik

·      Katarak

·      Penyakit jantung koroner

·      Tuberkolosis paru



2.7    Obat Antidiabetes

1.    Terapi insulin

                 Insulin adalah hormon yang disekresi oleh sel β pulau Langerhans dalam pankreas. Berbagai stimulus melepaskan insulin dari granula penyimpanan dalam sel β, tetapi stimulus yang paling kuat adalah peningkatan glukosa plasma (hiperglikemia). Insulin terikat pada reseptor spesifik dalam membran sel dan memulai sejumlah aksi, termasuk peningkatan ambilan glukosa oleh hati, otot, dan jaringan adipose (Katzung, 2002).

                 Insulin adalah polipeptida yang mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua rantai (A dan B) dan dihubungkan oleh ikatan disulfida. Suatu prekursor, yang disebut proinsulin, dihidrolisis dalam granula penyimpan untuk membentuk insulin dan peptida C residual. Granula menyimpan insulin sebagai kristal yang mengandung zink dan insulin.

Glukosa merupakan stimulus paling kuat untuk pelepasan insulin dari sel-sel β pulau Langerhans. Terdapat sekresi basal yang kontinu dengan lonjakan pada waktu makan. Sel-sel β memiliki kanal K+ yang diatur oleh adenosin trifosfat (ATP) intraselular. Saat glukosa darah meningkat, lebih banyak glukosa memasuki sel β dan metabolismenya menyebabkan peningkatan ATP intraselular yang menutup kanalATP. Depolarisasi sel Depolarisasi sel β yang diakibatkannya mengawali influks ion Ca 2+ melalui kanal Ca2+ yang sensitif tegangan dan ini memicu pelepasan insulin (Katzung, 2002).

     Reseptor insulin adalah glikoprotein pembentuk membran yang terdiri dari dua subunit α dan dua subunit β yang terikat secara kovalen oleh ikatan disulfida. Setelah insulin terikat pada subunit α, kompleks insulin-reseptor memasuki sel, dimana insulin dihancurkan oleh enzim lisosom. Internalisasi dari kompleks insulin-reseptor mendasari down-regulation reseptor yang dihasilkan olh kadar insulin tinggi (misalnya pada pasien obes). Ikatan insulin pada reseptor mengaktivasi aktivitas tirosin kinase subunit β dan memulai suatu rantai kompleks reaksi-reaksi yang menyebabkan efek insulin (Neal, 2006).

Berbagai aktivitas yang dapat menghilangkan aktivitas insulin antara lain:

o  esterifikasi gugus karboksil

o  oksidasi atau reduksi gugus sulfide

o  pengrusakan oleh enzim proteolitik, misalnya krimotripsin, pepsin, dan topain

o  modifikasi pada gugus amino bebas atau gugus hidroksil alifatik.



Insulin disintesis oleh sel beta pulau langerhans dari proinsulin. Proinsulin berupa polipeptida yang berbentuk rantai tunggal dengan 86 asam amino. Insulin merupakan hormone yang penting untuk kehidupan. Hormone ini mempengaruhi baik metabolism karbohidrat maupun metabolism protein dan lemak.

Berikut merupakan kerja insulin:

o  menaikkan pengambilan glukosa ke dalam sel- sel sebagian besar jaringan

o  menaikkan penguraian glukosa secara oksidatif

o  menaikkan pembentukkan glikogen dalam hati dan juga dalam otot dan

     mencegah penguraian glikogen

o  menstimuasi pembentukan protein dan lemak dari glukosa

o  menaikkan pengambilan ion kalsium ke dalam sel dan menurunkan kerja

     metabolic glukokortikoid dan hormone kalenjar tiroid



Mekanisme kerja insuin adalah menurunkan kadar gula dengan menstimulasi pengambilan glukosa perifer dan menghambat produksi glukosa hepatit. Waktu darah insulin pada orang normal sekitar 5- 6 menit, dan memanjang pada pasien DM yang membentuk antibody terhadap insulin. Hormone ini dimetabolisme terutama di hato, ginjal dan otot; mengalami diltrasi di ginjal, kemudian diserap kembali ditubulus ginjal yang juga merupakan tempat metabolismenya. Gangguan fungsi ginjal yang berat lebih berpengaruh terhadap kadar insulin di darah dibbandingkan gangguan fungsi hati. (Anonim, 2011)

Penggolongan insulin:

1.    Kerja singkat

2.    Kerja sedang (NPH)

3.    Kerja sedang mulai kerja singkat

4.    Kerja lama



Pemberian insulin merupakan keharusan pada pasien dengan diabetes tipe 1. Selanjutnya insulin juga dibutuhkan pada diabetes tipe 2 jika diet atau 

           pemberian antidiabetika sebagai tindakan pengobatan tidak cukup.

Insulin normal diindikasikan pada koma diabtik dan orakoma diabetic, keadaan metabolism yang bersifat antidotik, infeksi berat dan juga pemberian pertama dan baru. Pada koma diabetic disuntikkan insulin normal bersama dengan larutan glukosa secukupnya atau dan elektrolit terutama kalium. Larutan glukosa dibutuhkan untuk mencegah koma hperglipidemia yang disebabkan oleh kelebihan dosis insulin dan untuk mngoksidasi badan keton dengan lebih cepat.

Insulin dengan kerja yang diperlambat digunakan apda diabetes tipe  1 stabil dan diabetes tipe 2 yang stabil dn membutuhkan insulin. Pada diabetes tipe 1 dan tipe 2 yang tidak stabil dan juga pada pasien yang jadar gula darahnya tidak cukup diminumalkan dengan insulinnya diperlambat, maka dianjurkan penggunaan kombinasi insulin normal dan insulin dengan kerja di perlabat yang kerjanya sedang.

Di samping bahaya hipoglikemik, insulin juga dapat meneyebabkan reakdi alergi. Resistensi insulin dengan disebabkan oleh pembentukan antibody melawan inulin dipisahkan dari reaksi alergi ini.



2.    Antidiabetik Oral

Antidiabetika oral dapat digunakan untuk penderita alergi insulin atau yang tidak mau menggunakan suntikan insulin. Obat- obat antidiabetika hanya diindikasi jika:

- Tidak terdapat diabetes tipe 1

- Tindakan diet tidak cukup

- Tidak perlu diberikan insulin sebagai pengganti antidiabetika oral, seperti pada   

   suatu ketoasidosis(Anonim, 2011)



Perawatan diabetes mellitus diambil dari empat faktor fundamental : pengajaran pasien tentang penyakit; latihan fisik; diet dan agen-agen hipoglikemia. Agen-agen yang baru digunakan sebagai kontrol diabetes mellitus adalah obat-obat dari golongan sulfonilurea, biguanida, turunan thiazolidinedione, dan insulin (diberikan secara injeksi). Meskipun obat-obat ini telah digunakan secara intensif karena efek yang baik dalam kontrol hiperglikemia, agen-agen ini tidak dapat memenuhi kontrol yang baik pada diabetes mellitus, tidak dapat menekan komplikasi akut maupun kronis (Galacia et.al, 2002).



A.  Sekretagok Insulin

Sekretagok insulin mempunyai efek hipoglikemik dengan cara stimulasi sekresi insulin oleh sel β pankreas. Golongan ini meliputi:




Obat ini hanya efektif pada penderita diabetes melitus tipe 2 yang tidak begitu berat, yang sel-sel β masih bekerja cukup baik. Mekanisme kerja dari golongan sulfonilurea antara lain:

a.     Merangsang fungsi sel-sel β pulau Langerhans pankreas agar dapat menghasilkan insulin.

b.    Mencegah (inhibisi) konversi glikogen hati kembali ke glukosa.

c.      Meningkatkan penggunaan glukosa darah



Sulfonilurea dibagi dalam dua golongan/generasi yaitu:

a.     Generasi pertama meliputi: Tolbutamide, Acetohexamide, Tolazamide, Chlorpropamide

b.    Generasi kedua meliputi: Glibenclamide, Gliclazide, Glipizide, Gliquidon, Glibonuride.




Sekretagok insulin baru, yang kerjanya melalui reseptor sulfonilurea dan mempunyai struktur yang mirip dengan sulfonilurea. Repaglinid dan nateglinid kedua-duanya diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian secara oral. Repaglinid mempunyai masa paruh yang singkat dan dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa. Sedangkan nateglinid mempunyai masa tinggal yang lebih singkat dan tidak dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa (Soegondo, 2006).

B.   Sensitizer Insulin

Golongan obat ini meliputi obat hipoglikemik golongan biguanida dan thiazolidinedione, yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin secara lebih efektif (Depkes RI, 2005).

1.    Golongan Biguanida

Saat ini golongan biguanid yang banyak dipakai adalah metformin. Mekanisme kerja golongan biguanid (metformin):

a.     Meningkatkan glikolisis anaerobik hati.

b.    Meningkatkan uptake glukosa di jaringan perifer atau mengurangi glukoneogenesis.

c.     Menghambat absorpsi glukosa dari usus (Herman, 1993; Soegondo, 2006)



2.    Golongan  Thiazolidinedione atau Glitazon

Golongan obat ini mempunyai efek farmakologis untuk meningkatkan sensitivitas insulin. Glitazon merupakan agonist peroxisomeproliferator-activated receptor gamma (PPAR) yang sangat selektif dan poten. Reseptor PPAR gamma terdapat di jaringan target kerja insulin yaitu jaringan adiposa, otot skelet dan hati, sedang reseptor pada organ tersebut merupakan regulator homeostasis lipid, diferensiasi adiposit, dan kerja insulin. Glitazon dapat merangsang ekspresi beberapa protein yang dapat memperbaiki sensitivitas insulin dan memperbaiki glikemia, seperti GLUT 1, GLUT 4, p85alphaPI-3K dan uncoupling protein-2 (UCP) (Soegondo, 2006).



III.   METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat

·      Neraca analitik

·      Beaker glass

·      Batang pengaduk

·      Mortir dan Stamper

·      Spuit

·      Sonde/Kanulla

·      Spidol

·      Stopwatch

·      Wadah Pengamatan

·      Gluco DR

·      Silet



3.2  Bahan

·      Obat Glibenklamid

·      Obat Metformin

·      Larutan Glukosa

·      Larutan Na.CMC

·      Mencit (hewan uji)

·      Herba daun salam

·      Herba daun sambiloto

·      Herba pare

·      Alkohol

·      Aquadest

·      Tissue



3.4. Cara kerja

1.         Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2.         Setiap kelompok mendapatkan 4 mencit.

3.         Dibuat larutan stok sesuai perhitungan

4.         Ditimbang bobot mencit dan catat hasilnya

5.         Ditempatkan masing-masing mencit pada tempat yang telah disediakan

6.         Diperiksa / dicek kadar gula mencit normal pada setiap mencit dan catat hasilnya.

7.         Diberi larutan gula pada setiap mencit yang telah diperiksa kadar gula normalnya / sebelum diberi perlakuan apapun.

8.         Ditunggu selama 30 menit pada setiap mencit setelah diberi larutan gula

9.         Diperiksa / dicek lagi kadar gula pada setiap mencit setelah diberi larutan gula dan catat hasilnya

10.     Setelah itu mencit pertama diberi larutan Na-CMC 0,5% dan tunggu selam 30 menit.

11.     Pada mencit kedua diberi larutan metformin dan tunggu selama 30 menit

12.     Pada mencit ketiga diberi ekstrak herba A (ekstrak pare) dan tunggu selam 30 menit

13.     Dan pada mencit keempat diberi larutan cinula an tunggu selam 30 menit.

14.     Setelah 30 menit maka dilakukan pemeriksaan / pengecekan kadar gula darah pada masing-masing mencit, dan catat hasilnya.




IV.   PERHITUNGAN

Metformin = 500 mg x 0,0026

= 13

= 26

=  =  

                      X =

                  = 9,615 ml =



Glibenklamid = 5 mg x 0,0026

 = 0,013

 =   =

                      0,052 =

X =  → 96,15 ml

   =



Cinna dan Glucosafe

1 Kapsul x 0,026 = 

                            =

                               = 0,052 

1 Kapsul   =

               0,104 =

                     X =    = 9,6 ml → 1 kapsul 9,6 mL

V.           HASIL PERCOBAAN

A.  Tabel Pengamatan

Kelompok (Mencit)
Kadar Gula Darah
0 menit
30 menit
60 menit
I (kontrol normal)
144 mg/dL
130 mg/dL
114 mg/dL
II (kontrol positif, Glibenklamid)
79 mg/dL
133 mg/dL
108 mg/dL
III (Herba Manggis)
111 mg/dL
141 mg/dL
154 mg/dL
IV (Herba Manggis + Cinula)
114 mg/dL
164 mg/dL
147 mg/dL



B.  Volume Injeksi

1.  Kontrol Normal                 :  x 0,5 ml = 0,40975 ml

2.  Glibenklamid                    :  x 0,5 ml = 0,3695 ml

3.  Herba Manggis                  :  x 0,5 ml = 0,3722 ml

Herba Manggis + Cinula      :  x 0,5 ml = 0,411 ml



VI.        PEMBAHASAN

     Diabetes mellitus atau yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis, adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh:

·      Ketidakmampuan organ pankreas untuk memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang cukup, atau

·      Tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang telah dihasilkan oleh pankreas secara efektif, atau

·      Gabungan dari kedua hal tersebut.

Pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol akan terjadi peningkatan kadar glukosa (gula) darah yang disebut hiperglikemia. Hiperglikemia yang berlangsung dalam waktu lama akan menyebabkan kerusakan serius pada sistem tubuh kita, terutama pada saraf dan pembuluh darah. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah pasien diabetes mellitus.



Diabetes mellitus dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

·       Diabetes melitus tipe 1, yakni diabetes mellitus yang disebabkan oleh kurangnya produksi insulin oleh pankreas.

·       Diabetes melitus tipe 2, yang disebabkan oleh resistensi insulin, sehingga penggunaan insulin oleh tubuh menjadi tidak efektif.

Selain tipe-tipe diabetes melitus, terdapat pula keadaan yang disebut prediabetes. Kadar glukosa darah seorang pasien prediabetes akan lebih tinggi dari nilai normal, namun belum cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai diabetes melitus. Yang termasuk dalam keadaan prediabetes adalah Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) dan Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT). Keadaan prediabetes ini akan meningkatkan risiko seseorang untuk menderita diabetes melitus tipe 2, penyakit jantung atau stroke.

Meski sama-sama berhubungan dengan kelebihan gula di dalam darah, diabetes tipe 1 dan 2 punya beberapa perbedaan yang sangat mendasar. Penyebabnya sangat berbeda, pengobatan dan cara pencegahannya juga tidak bisa disamakan begitu saja.

Perbedaan pertama terletak pada usia pasien saat pertama kali didiagnosis. Diabetes tipe 1 lebih banyak menyerang pasien di bawah umur 20 tahun sehingga sering disebut juvenile onset, sebaliknya tipe 2 menyerang usia 35 tahun ke atas atau disebut adult onset.

Penggunaan  istilah juvenile onset dan adult onset saat ini sudah dihilangkan, sebab pada kenyataannya diabetes tipe 1 dan 2 bisa menyerang usia berapapun. Hanya saja, kecenderungannya masih sama yakni tipe satu lebih banyak menyerang di usia muda dan tipe 2 di usia tua.

Selanjutnya adalah postur dan perawakan pengidapnya. Pasien diabetes tipe 1 umumnya memiliki perawakan kurus, sedangkan diabetes tipe 2 lebih banyak menyerang orang-orang bertubuh besar yang dikategorikan kelebihan berat badan (overweight) maupun obesitas.

Diabetes tipe 1 dan 2 juga dibedakan berdasarkan penyebabnya. Diabetes tipe 1 disebabkan oleh kerusakan pankreas sehingga produksi insulin berkurang, sementara tipe 2 disebabkan oleh resistensi insulin dalam arti insulinnya cukup tetapi tidak bekerja dengan baik dalam mengontrol kadar gula darah.

Karena penyebabnya berbeda, pengobatan kedua tipe diabetes ini juga tidak sama. Pengidap diabetes tipe 1 membutuhkan insulin dalam bentuk suntikan maupun pompa insulin sedangkan pasien diabetes tipe 2 cukup mengonsumsi obat oral atau obat telan.

Diabetes tipe 1 susah diprediksi dan dicegah, sebab merupakan kelainan genetik yang dibawa sejak lahir. Lain halnya dengan diabetes tipe 2 yang sangat bisa dicegah, karena biasanya menyerang orang-orang dengan pola makan tidak sehat dan jarang berolahraga.




Ada beberapa faktor resiko penyakit diabetes melitus yang harus mendapatkan perhatian serius untuk bisa terhindar dari penyakit yang bisa dibilang sangat mematikan ini, yaitu :

1.         Riwayat Keluarga

       Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang tidak bisa diremehkan untuk seseorang terserang penyakit diabetes. Menghilangkan faktor genetik sangatlah sulit. Yang bisa dilakukan untuk seseorang bisa terhindar dari penyakit diabetes melitus karena sebab genetik adalah dengan memperbaiki pola hidup dan pola makan.

2.         Obesitas Atau Kegemukan

       Kegemukan bisa menyebabkan tubuh seseorang mengalami resistensi terhadap hormon insulin. Sel-sel tubuh bersaing ketat dengan jaringan lemak untuk menyerap insulin. Akibatnya organ pankreas akan dipacu untuk memproduksi insulin sebanyak-banyaknya sehingga menjadikan organ ini menjadi kelelahan dan akhirnya rusak.

3.         Usia Yang Semakin Bertambah

       Usia dia atas 40 tahun banyak organ-organ vital melemah dan tubuh mulai mengalami kepekaan terhadap insulin. Bahkan pada wanita yang sudah mengalami monopause punya kecenderungan untuk lebih tidak peka terhadap hormon insulin.

4.         Kurangnya Aktivitas Fisik

       Kurangnya aktivitas fisik menjadi faktor cukup besar untuk seseorang mengalami kegemukan dan melemahkan kerja organ-organ vital seperti jantung, liver, ginjal dan juga pankreas.

5.         Merokok
Asam rokok ternyata menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan dan sifatnya sangat komplek. Termasuk terhadap resiko seseorang mudah terserang penyakit diabetes melitus.



6.         Mengkonsumsi Makanan Berkolesterol

Tinggi Makanan  berkolesterol tinggi juga diyakini memberi kontribusi yang cukup tinggi untuk seseorang mudah terserang penyakit diabetes melitus.. 

7.         Stres Dalam Jangka Waktu Lama

       Kondisi setres berat bisa mengganggu keseimbangan berbagai hormon dalam tubuh termasuk produksi hormon insulin. Disamping itu setres bisa memacu sel-sel tubuh bersifat liar yang berpotensi untuk seseorang terkena penyakit kanker juga memicu untuk sel-sel tubuh menjadi tidak peka atau resiten terhadap hormon insulin.

8.         Hipertensi Atau Darah Tinggi

       Jagalah tekanan darah Anda tetap di bawah 140/90 mmHg. Jangan terlalu banyak konsumsi makanan yang asin-asin. Garam yang berlebih memicu untuk seseorang teridap penyakit darah tinggi yang pada akhirnya berperan dalam meningkatkan resiko untuk terserang penyakit diabetes melitus.

9.         Kehamilan
Pada saat hamil, plasenta memproduksi hormon yang mengganggu keseimbangan hormon insulin dan pada kasus tertentu memicu untuk sel tubuh menjadi resisten terhadap hormon insuline. Kondisi ini biasanya kembali normal selah masa kehamilan atau pasca melahirkan. Namun demikian menjadi sangat beresiko terhadap bayi yang dilahirkan untuk kedepan punya potensi diabetes melitus.

Mekanisme Cara Kerja Insulin, yaitu :

1.    Insulin dan Glukagon

Organ sasaran kedua hormon ini adalah hati, otot dan jaringan lemak. Glukagon dan insulin memegang peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Bahkan keseimbangan kadar gula darah sangat dipengaruhi oleh kedua hormon ini. Fungsi kedua hormon ini saling bertolak belakang. Secara umum, insulin menurunkan kadar gula darah sebaliknya glukagon meningkatkan kadar gula darah. Perangsangan glukagon terjadi bila kadar gula darah rendah, dan asam amino darah meningkat. Dalam meningkatkan kadar gula darah, glukagon akan merangsang glikogenolisis (pemecahan glikogen menjadi glukosa) dan meningkatkan transportasi asam amino dari otot serta meningkatkan glukoneogenesis (pemecahan glukosa dari yang bukan karbohidrat).

2.    Efek Insulin pada Metabolisme Karbohidrat

Setelah makan maka di lambung proses pencernaan makanan berlangsung selama 2 jam dan pada saat itu Pankreas melepaskan insulin kedalam usus halus. Lalu di bantu insulin terjadi proses penyerapan makanan sehingga glukosa darah meningkat Insulin berguna untuk memasukkan glukosa ke dalam sel-sel atau organ seluruh tubuh untuk digunakan pada semua aktifitas. Sisa glukosa di ubah menjadi glikogen dan disimpan di hati, otot dan jaringan lainnya. Glikogen dapat digunakan lagi menjadi glukosa jika dibutuhkan, misalnya pada saat kita berpuasa. Proses ini dilakukan oleh hormon glukagon.

3.    Efek Insulin pada Metabolisme Protein

·      Insulin menyebabkan pengangkutan secara aktif asam amino dalam sel.

·      Insulin menghambat proses katabolisme protein sehingga mengurangi pelepasan asam amino dari sel dan mengurangi pemecahan protein oleh sel.

·      Insulin menekan kecepatan glukoneogenesis (pembentukan glukosa dari protein).

·      Bila insulin tidak ada atau sedikit sekali, maka tubuh akan memecah protein menjadi gula melalui proses glukoneogenesis.

·      Pemecahan asam amino ini meningkatkan kadar ureum dalam urine, yang bila berlangsung lama akan merusak ginjal.

4.    Efek Insulin pada Metabolisme Lemak

·      Insulin berguna meningkatkan pembentukan asam lemak. Sintesis lemak dalam sel hati dan ditranspor dari hati melalui darah dalam bentuk lipoprotein menuju jaringan adipose untuk disimpan.

·      Jika di butuhkan Lemak yang disimpan dapat dipakai sebagai energi melalui proses lipolysis.

·      Pengaruh jangka panjang kekurangan insulin menyebabkan aterosklerosis hebat, serangan jantung, stroke, penyakit vascular /Pembuluh darah lainnya.

5.    Faktor lain yang Merangsang Pelepasan Insulin

a.    Hormon gastrointestinal ( Lambung dan Usus)

            Campuran beberapa hormon pencernaan yang penting seperti gastrin,sekretin, kolesistokinin, dan peptida penghambat asam lambung (yang merupakan hormon terkuat yang dikeluarkan oleh kelenjar pencernaan) akan meningkatkan pelepasan insulin dalam jumlah banyak. Hormon ini dilepaskan setelah makan. Selanjutnya hormon ini akan menyebabkan antisipasi insulin dalam darah yang merupakan suatu persiapan agar glukosa dan asam amino dapat diabsorbsi atau diserap.

b.    Hormon lain dan sistem saraf otonom

            Hormon-hormon yang dapat meningkatkan sekresi atau pengeluaran insulin : glukagon, hormon pertumbuhan, kortisol, dan yang lebih lemah adalah progesteron dan estrogen . Pelepasan insulin secara terus menerus dan dalam jumlah yang besar kadang dapat menyebabkan sel Beta Pankreas mengalami kelelahan sehingga dapat menyebabkan terjadinya diabetes.



          Pada praktikum kali ini mencit yang digunakan berjumlah 4 mencit, masing-masing mencit diukur kadar gula normal (sebelum diberikan apa-apa), 30 menit kemudian diukur kadar gula setelah diberikan larutan gula 0,5 ml dan 30 menit kemudian lagi diukur kadar gula setelah pemberian obat antidiabetes. Sebelum melakukan pengukuran kadar gula pada mencit, mencit terlebih dahulu dicukur bulunya pada bagian ekor agar pembuluh vena terlihat. Setelah itu ekor mencit dikompres menggunakan air hangat agar pembuluh darah mengalami vasodilatasi  (pelebaran pembuluh darah). Hal ini dilakukan agar pembuluh darah vena mencit terlihat dan memudahkan praktikan dalam menyayat bagian ekor. Setelah ekor terluka maka segera dilakukan pengukuran kadar gula pada mencit.

          Pengambilan darah pada bagian ekor mencit dikarenakan jika pengambilan kadar gula darah dibagian perut akan mengganggu saluran pencernaan pada mencit atau bahkan lebih sulit untuk mencukur bulu pada mencit maka dari itu dilakukan pencukuran dan penyayatan pada ekor mencit agar memudahkan praktikan untuk mengambil dan mengukur kadar gula darah pada mencit.

Pengaturan Kadar Glukosa Darah

Respon sekresi insulin terhadap peningkatan konsentrasi glukosa darah memberikan mekanisme umpan balik yang sangat penting untuk pengaturan konsentrasi glukosa darah, yaitu kenaikan glukosa darah, meningkatkan sekresi insulin dan insulin selanjutnya sebagai transport glukosa kedalam sel (Guyton, 1997).

Kerja insulin di dalam sel menyebabkan berbagai macam respon biologis, jaringan target untuk pengaturan homeostasis glukosa oleh insulin adalah hati, otot, dan lemak. Insulin merupakan hormon utama yang bertanggung jawab untuk pengontrolan, penggunaan, dan penyimpanan nutrisi sel, kerja anabolik insulin meliputi stimulasi penyimpanan dan pengguanan glukosa, asam amino, dan asam lemak di intraseluler (Gilman, 2007).

Pengaturan kadar glukosa darah erat kaitannya dengan hati yang berfungsi sebagi suatu sistem penyangga glukosa darah yang sangat penting. Pada saat glukosa darah meningkat melebihi batas normal, glukosa disimpan di dalam hati dengan bentuk glikogen, jika konsentrasi glukosa darah menurun, maka hati melepaskan glukosa kembali ke darah maka konsentrasi darah pada nilai normal (Rujianto, 1997).

Mekanisme insulin menyebabkan ambilan dan penyimpanan glukosa

didalam hati melalui beberapa tahap:

  1. Insulin menghambat fosoforilasi enzim yang menyebabkan glikogen hati menjadi glukosa.
  2. Insulin meningkatkan ambilan glukosa dari darah oleh sel-sel hati yang meningkatkan aktivitas enzim glukokinase, yaitu enzim yang menyebabkan fosforilase awal glukosa setelah berdifusi ke dalam sel-sel hati.
  3. Insulin meningkatkan aktivitas enzim yang meningkatkan sintesis glikogen, termasuk enzim glikogen sintetase yang bertanggung jawab untuk polymerase dari unit-unit monosakarida untuk membentuk molekul-molekul glikogen. Jadi efek akhir dari insulin ini meningkatkan jumlah glikogen dalam hati (Guyton. 1997).



Insulin memicu pengubahan semua kelebihan glukosa menjadi asam lemak. Insulin juga menghambat glukoneogenesis dengan menurunkan jumlah dan aktifitas enzim-enzim hati yang dibutuhkan untuk glukoneogenesis. Insulin meningkatkan pemakaian glukosa ke dalam sebagian besar sel tubuh (Guyton, 1997). Baik insulin maupun glukagon mempengaruhi konsentrasi glukosa darah melalui berbagai mekanisme, insulin menurunkan kadar glukosa darah dengan cara merangsang hampir semua sel tubuh kecuali sel-sel otak untuk mengambil glukosa darah, peningkatan glukosa darah di atas batas normal (sekitar 90/100 mL pada manusia) merangsang pankreas untuk mensekresi insulin yang memicu sel sel targetnya untuk mengambil kelebihan glukosa. Dari darah. Ketika konsentrasi glukosa darah turun di bawah titik batas, maka pankreas akan merespon dengan cara mensekresikan glukagon yang mempengaruhi hati untuk menaikan kadar glukosa darah (Campbell, 2004).



Glukosa Darah Setelah Makan

Peningkatan glukosa darah segera setelah makan menstimulasi sekresi insulin dan supresi glukagon. Hal itu bersamaan pula dengan pemasukan glukosa ke dalam hati, stimulasi sintesis glikogen, dan penghambatan degradasi glikogen. Perubahan ini juga memicu produksi glukokinase (enzim pertama untuk membakar glukosa menjadi energi melalui proses glikolisis), penyediaan substrat- substrat untuk sintesis glikogen, dan pengaktifan asetil- CoA karboksilase (enzim untuk sintesis asam lemak di hati, kemudian asam lemak ditranspor ke jaringan adiposa dalam bentuk lemak). Sintesis glikogen serupa, juga terjadi di otot (Nurachman, 2003).

Beberapa jam kemudian, bila kadar glukosa turun, kejadian sebaliknya berlangsung. Sekresi insulin ditekan dan sekresi glukagon ditingkatkan. Penurunan insulin mengurangi penggunaan gula oleh otot, hati, dan jaringan adiposa. Kejadian ini mempromosikan mobilisasi glikogen dalam hati melalui mekanisme kaskade yang mengaktifkan glikogen fosforilase (enzim pertama dalam tahapan degradasi glikogen) dan menonaktifkan glikogen sintase (enzim untuk sintesis glikogen). Degradasi lemak di adiposa juga teraktifkan. Mekanisme pengaturan kadar gula di atas terjadi secara otomatis sehingga kadar gula darah konstan dan selalu tersedia untuk menjalankan fungsi otak. Semua ini dapat berlangsung atas kerja prima pankreas yang memproduksi enzim-enzim pencernaan dan hormon- hormon pengatur kadar gula darah (Nurachman, 2003).



Kadar Gula Darah Orang Puasa

Mekanisme kadar gula orang puasa adalah pengurangan konsumsi kalori secara fisiologis akan mengurangi sirkulasi hormon insulin dan kadar gula darah. Ini akan meningkatkan sensitivitas hormon insulin dalam menormalkan kadar gula darah dan menurunkan suhu tubuh. Pengontrolan gula darah yang baik akan mencegah penyakit diabetes tipe 2, yang disebabkan hormon insulin tidak sensitif lagi mengontrol gula darah.Puasa sangat bagus dalam menurunkan kadar gula dalam darah hingga mencapai kadar seimbang. Berdasarkan ini, puasa sesungguhnya memberikan kesempatan kepada kelenjar pankreas untuk beristirahat. Maka, pankreas pun mengeluarkan insulin yang menetralkan gula menjadi zat tepung dan lemak. Sudah banyak dilakukan usaha pengobatan terhadap diabetes dengan mengikuti "sistem puasa" selama lebih dari 10 jam dan kurang dari 20 jam. Setiap kelompok mendapatkan pengaruh sesuai keadaan. Kemudian, para penderita mengonsumsi makanan ringan secara berurutan yang kurang dari 3 minggu. Metode ini telah mencapai hasil menakjubkan dalam pengobatan diabetes dan tanpa menggunakan satu pun obat kimiawi (Romdoni, 2007).



Faktor Kesalahan

Beberapa faktor kesalahan yang mungkin mempengaruhi data yang diperoleh yaitu, kurangnya mencit jantan yang diujikan sehingga praktikum tidak efesien, kurangnya waktu puasa mencit, kurangnya ketelitian praktikan dalam menimbang mencit sehingga akan berpengaruh pada volume pemberian pada mencit dan tidak sempurnanya suatu obat masuk kedalam tubuh mencit akibat cara perlakuan pemberian yang salah.



Alat yang digunakan untik memperoleh hasil glokosa

Percobaan ini digunakan alat glukometer, dengan alasan bahwa alat glikometer merupakan alat yang otometik memudahkan dalam memperoleh hasil glokosa darah, periksaan dengan menggunakan alat ini memerlukan waktu yang reltif singkat, akurat, waktu tesnya minimal 30 detik. Adapun cara penggunaan dari alat glukometer tersebut yaitu penyaiapan alat dan strip glukotest, masukka strip glukotest kedalam bagian ujung glukometer, teteskan darah pada tempat reagen strip glukotest, kemudian dibaca kadar gula yang tertera pada layar glukometer, dimana mekanisme kerja dari alat glukometer yaitu dalam strip terdapat enzim glukooksigenase yang mana jika sampel darah mengenai strip maka akan langsung terbaca oleh glukometer.



Mekanisme kerja Metformin

Metformin bekerja menghambat glukoneogenesis dan meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan.

Data farmakokinetik

Bioavaibilitas absolute metformin IR 500 mg yang diberikan dalam kondisi puasa adalah sekitar 50 – 60 %. Makanan menghambat absorbs metformin. Metformin diekskresikan tidak berubah ke dalam urin dan tidak mengalami metabolism hepatic atau ekskresi melalui kantung empedu. Waktu paruh eliminasi sekitar 17,6 jam.

PARE

Klasifikasi
Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom    : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi    : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi               : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas               : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas        : Dilleniidae
Ordo                : Violales
Famili              :
Cucurbitaceae (suku labu-labuan)
Genus              :
Momordica
Spesies            : Momordica charantia L.

Khasiat & Manfaat:
Buah pare bersifat mematikan cacing. Tanaman yang rasanya pahit ini mendinginkan, membersihkan darah (buah yang belum masak), anti radang, menambah nafsu makan, menurunkan panas, dan menyegarkan.

Kandungan senyawa dalam buah pare adalah saponin, flavonoid, dan polifenol (antioxidant kuat), serta glikosida cucurbitacin, momordicin, dan charantin, karatin, hydroxytryptamine, vitamin A, B, dan C. Sementara itu bijinya mengandung momordisin. Hampir semua bagian tanaman ini, baik biji, bunga, daun, maupun akar, berkhasiat untuk obat.

Efek pare dalam menurunkan gula darah pada hewan percobaan. Bekerja dengan mencegah usus menyerap gula yang dimakan oleh hewan tersebut. Selain itu diduga pare memiliki komponen yang menyerupai sulfonylurea (obat antidiabetes paling tua dan banyak dipakai). Obat jenis ini menstimulasi sel beta kelenjar pankreas tubuh untuk memproduksi insulin lebih banyak, selain meningkatkan deposit cadangan gula glycogen di hati. Efek pare dalam menurunkan gula darah pada kelinci diperkirakan juga serupa dengan mekanisme insulin. Selain itu insulin mengandung saponin (triterpen) yang bekerja dengan aktivitas yang mirip dengan insulin, sehingga dapat memasukkan glukosa dalam darah ke dalam sel.



VII.  KESIMPULAN

Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :

1.    Kadar glukosa darah pada mencit yang diberi Ekstrak Pare lebih besar dari pada kadar glukosa yang diberi obat Metformin

Efek obat antidiabetes yang digunakan paling efektif adalah obat Metformin dari pada Ekstrak Pare.



DAFTAR PUSTAKA



Adam, J.M.F. 2000. Klasifikasi dan kriteria diagnosis diabetes melitus yang baru. Cermin Dunia KedokteranNo. 127.

Campbell, Neil A.dkk. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3.Erlangga .Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Dirktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Jakarta.

Galacia, E. H.,dkk. 2002. Studies on hypoglycemic activity of mexican medicinal plants.Proc. West. Pharmacol. Soc. 45: 118-124

Ganiswara,dkk. 1995. Farmakologi dan Terapi edisi IV. Departemen Farmakologi dan Teraupetik FK UI. Jakarta

Herman, F. 1993. Penggunaan obat hipoglikemik oral pada penderita diabetes melitus. Pharos Bulletin No.1.

Jones, D.B. and Gill, G.V. 1998. Insulin-Dependent Diabetes Mellitus : An Overview . In J. Pickup and G. Williams (Eds): Textbook of Diabetes. Vol.1. second Edition. Blackwell Science. United Kingdom.

Katzung, G. Bertram. 2002. Farmakologi : Dasar dan Klinik. Buku 2. Penerbit Salemba Medika. Jakarta.

Kee, J.L. dan Hayes E. R. 1996. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Alih Bahasa : Dr. Peter Anugrah. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta .

Lopulalan, Christine Rosalina. 2008. Sekitar Tentang Diabetes Melitus. Media Artikel. Jakarta

Neal, M. J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis. Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Nurochman,Zeily. 2003. Diabetes. ITB. Bandung

Reinauer, H., P. D. Home, A. S. Kanagasabapathy, C. C. Heuck. 2002. Laboratory Diagnosis and Monitoring of Diabetes Mellitus. World Health Organization. Geneva.

Soegondo, S. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Farmakoterapi pada pengendalian glikemia diabetes melitus tipe 2. Editor Aru W. Sudoyo et al. Jilid ke-3. Edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Sukandar, E. Y., J. I. Sigit, I. K. Adnyana, A. A. P. Setiadi, Kusnandar. 2008. ISO Farmakoterapi. Penerbit PT. ISFI Penerbitan. Jakarta.

Soewolo,dkk. 2000. Fisiologi Hewan. Pengembangan guru sekolah menengah. Jakarta

Soewolo,dkk. 2005. Fisiologi Manusia. Um:Malang

Sukarida,dkk. 2009. Iso Farmakoterapi. PT ISFI Penerbit. Jakarta

Tjokroprawiro, A. 1998. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

0 komentar:

Posting Komentar