LAPORAN PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI II
Diabetes Mellitus
LABORATORIUM
FARMAKOLOGI
AKADEMI
FARMASI SAMARINDA
2014
I.
TUJUAN
-
Untuk menentukan kadar gula darah pada
mencit
-
Untuk
mengetahui dan menentukan efek obat-obat
antidiabetes yaitu metformin dan ekstrak pare
II. DASAR TEORI
2.1
Pengertian
Diabetes melitus merupakan
suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada metabolime glukosa,
disebabkan kerusakan proses pengaturan sekresi insulin dari sel-sel beta.
Insulin, yang diahasilkan oleh kelenjar pankreas sangat penting untuk menjaga
keseimbangan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah normal pada waktu puasa
antara 60-120 mg/dl, dan dua jam sesudah makan dibawah 140 mg/dl. Bila terjadi
gangguan pada kerja insulin, baik secara kualitas maupun kuantitas,
keseimbangan tersebut akan terganggu, dan kadar glukosa darah cenderung naik (hiperglikemia) (Kee dan
Hayes,1996; Tjokroprawiro, 1998).
Diabetes
melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia dan
glukosuria yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein yang diakibatkan kurangnya insulin yang diproduksi oleh sel β pulau Langerhans kelenjar
Pankreas baik absolut maupun relatif (Herman, 1993; Adam, 2000; Sukandar,
2008).
Kelainan
metabolisme yang paling utama ialah kelainan metabolisme karbohidrat. Oleh karena itu, diagnosis diabetes melitus selalu
berdasarkan kadar glukosa dalam plasma darah (Herman, 1993; Adam, 2000).
Diabetes melitus merupakan salah satu jenis penyakit yang ditandai dengan
meningkatnya kadar glukosa darah (hiperglikemia) sebagai akibat dari rendahnya
sekresi insulin, gangguan efek insulin, atau keduanya. Diabetes mellitus bukan
merupakan patogen melainkan secara etiologi adalah kerusakan atau gangguan
metabolisme. Gejala umum diabetes adalah hiperglikemia, poliuria, polidipsia,
kekurangan berat badan, pandangan mata kabur, dan kekurangan insulin sampai
pada infeksi. Hiperglikemia
akut dapat menyebabkan sindrom hiperosmolar dan kekurangan
insulin dan ketoasidosis. Hiperglikemia kronik
menyebabkan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan metabolisme sel,
jaringan dan organ. Komplikasi jangka panjang diabetes adalah macroangiopathy,
microangiopathy, neuropathy, katarak,
diabetes kaki dan diabetes jantung (Reinauer et al, 2002).
Pada diabetes melitus semua
proses terganggu, glukosa tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga energi
terutama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya hiperglikemia
sendiri relatif tidak berbahaya, kecuali bila hebat sekali hingga darah menjadi
hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Yang nyata berbahaya ialah gliosuria
yang timbul, karena glukosa bersifat diuretik osmotik, sehingga diuresis sangat
meningkat disertai hilangnya berbagai efektrolit. Hal ini yang menyebabkan
terjadinya dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada penderita diabetes yang
tidak diobati. Karena adanya dehidrasi , maka badan berusaha mengatasinya
dengan banyak minum (polidipsia). Badan kehilangan 4 kalori untuk setiap hari
gram glukosa yang diekskresi (Katzung,dkk,2002).
Insulin adalah polipeptida dengan
BM kira-kira 6000. Polipeptida ini terdiri dari 51 asam amino tersusun
dalam dua rantai, rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari
30 asam amino. Antara rantai A dan B terdapat 2 jembatan disulfide yaitu antara
A-7 dengan B-7 dan A-20 dengan B-19. Selain iu masih terdapat jembatan
disulfide antara asam amino ke-6 dan ke-11 pada rantai AKarena insulin babi
lebih mirip insulin insani maka dengan bahan insulin babi mudah dibuat insulin
insani semisintetik. Disamping itu juga dapat disintesis insulin manusia dengan
teknik rekombinan DNA (Ganiswarna,dkk,1995).
Sekresi insulin diatur tidak
hanya diatur oleh kadar glukosa darah tetapi juga hormon lain dan mediator
autonomik. Sekresi insulin umumnya dipacu oleh ambilan glukosa darah yang
tinggi dan difosforilasi dalam sel pankreas. Insulin umumnya diisolasi
dari pankreas sapi dan babi, namun insulin manusia juga dapat menggantikan
hormon hewan untuk terapi. Insulin manusia diproduksi oleh strain khusus E.
Coli yang telah diubah secara genetik. mengandung gen untuk insulin manusia.
Insulin babi paling mendekati struktur insulin manusia, yang dibedakan hanya
oleh satu asam amino. Gejala hipoglikemia merupakan reaksi samping yang paling
umum dan serius dari kelebihan dosis insulin. Reaksi samping lainnya berupa
lipodistropi dan reaksi alergi.Diabetes militus ialah suatu keadaan yang timbul
karena defisiensi insulin relatif maupun absolut. Hiperglikemia timbul karena
penyerapan glukosa ke dalam sel terhambat serta metabolismenya diganggu. Dalam
keadaan normal kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme
sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan
kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak (Siswandono, 1995).
2.2 Klasifikasi dan Etiologi Diabetes
Mellitus
1.
Diabetes Mellitus tergantung Insulin
(DMTI, tipe 1)
Diabetes mellitus tergantung insulin
(DMTI atau IDDM) merupakan istilah yang digunakan untuk kelompok pasien
diabetes mellitus yang tidak dapat bertahan hidup tanpa pengobatan insulin.
Penyebab yang paling umum dari IDDM ini adalah terjadinya kerusakan otoimun sel-sel beta (β)
dari pulau-pulau Langerhans (Katzung, 2002).
Kebanyakan
penderita IDDM berusia masih muda, dan usia puncak terjadinya serangan adalah
12 tahun. Namun demikian, 10% pasien diabetes diatas 65 tahun merupakan
pengidap IDDM (Katzung, 2002).
IDDM dapat juga
disebabkan adanya interaksi antara faktor-faktor lingkungan dengan
kecenderungan sebagai pewaris penyakit diabetes mellitus. Hal ini menunjukkan
bahwa IDDM dapat timbul karena adanya hubungan dengan gen-gen pasien dan dapat
pula dipicu oleh faktor lingkungan yang ada, termasuk bermacam-macam virus
(Jones and Gill, 1998; Tunbridge and Home, 1991).
Secara normal hiperglikemisa akan menurunkan sekresi
glukogen, tetapi pada penderita DM tipe 1 ini tidak terjadi, sekresi glukogen
tetap tinggi walaupun dalam keadaan hiperglikemia. Salah satu manifestasi dari
keadaan ini adalah cepatnya penderita DM tipe 1 mengalami keterdosis diabetic
apabila tidak mendapatkan terapi insulin. Apabila diberikan tetapi somastotin
untuk menekan sekresi glukogen, maka akan terjadi penekanan terhadap kenaikan
gula dan berat badan keton. Salah satu masalah jangka panjang pada tubuh untuk
mensekresi glukogen sebaai respon terhadap glikemis (Lopulalan, 2008)
2.
Diabetes mellitus tidak tergantung
Insulin (DMTTI ,Tipe II)
Diabetes
mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI atau NIDDM) merupakan
istilah yang digunakan untuk kelompok diabetes mellitus yang tidak memerlukan
pengobatan dengan insulin supaya dapat bertahan hidup, meskipun hampir 20%
pasien menerima insulin dengan tujuan untuk membantu mengontrol kadar glukosa
darah. NIDDM biasanya ditunjukkan oleh adanya kombinasi yang beragam dari
tahanan insulin dan kekurangan insulin (Tunbridge and Home, 1991).
Berbeda dengan DM tipe 1, pada penderita DM tipe 2
terutama yang berada pada tahap awal umumnya dpat didetekski jumlah insulin
yang cukup di dalam darahnya, di sampiing kadar guula yang juga tinggi. Jadi,
awal potofuidologisnya bahkan bukan disebakan oleh kuangnya sekresi insulin,
tetapi karena sel- sel sasaran insulin
gagal atau tidak mampu merespon insulin pada penderita DM tipe 2 hsnys bersifat
relative, tidak dabsolut. Oleh sebab itu, dalam penanganannya tidak memerlukan
terapi pemberian insulin. Sel- sel beta kalenjar pancreas non sekresi insulin
alam dua fase. Fase pertama sekresi insulin terjadi segera setelah stimulus
atau rangsangan glukosa yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah,
sedangkan sekresi dua fase terjadi di sekitar 20 menit sesudahnya. (Ganiswara,
1995).
3.
Diabetes
Melitus Gestasional
Diabetes
mellitus gestasional adalah kadaan diabetes dan interaksi glukosa yang terlibat
timbul selama masa khamilan,dan biasanya berlangsung hanya sementara. Sekitar
4- 5 % wanita hamil diketahi menderita GOM dan umunya terdeteksi pada atau
setelah trimester kedua. Diabetes dalam masa kehamilan, walaupn umumnya kelak
dapat pulih kembali sendiri bebrapa saat setelah melahirkan, namun dapat
berakibat buruk pada bayi yang dikandung. Akibat buruk yang dapat terjadi
antara lain nolfarmasi konguinental, peningkatan berat badan bayi ketika lahir
dan meningkatnya resiko mortalitas prenatal. (Ganiswaera, 1995)
4.
Pra
diabetes
Pra diabetes
adalah kondisi dimana kadar gula darah seseorang berada diantara kadar normal
dan diabetes, lebih tinggi daripada normal tetapi tidak cukup tinggi untuk
dikategorikan ke dalam diabetes tipe 2. Penderita pra- diabetes di perkirakan
cukup banyak, kodisi pra- diabetes merupakan factor resiko untuk diabetes,
serangan jantung dan stroke. Apabila tidak dikontrol dengan baik, kondisi pra-
diabetes dapat meningkat menjadi diabetes pada tipe 2 dalam kurun waktu 5- 10
tahun. Namun pengaturan diet an olahraga yang baik dapat mencegah atau menunda
timbulnya diabetes. Ada 2 tipe mencegah atau menunda timbulnya diabetes, yaitu;
1.
Impaired
fasting glucose, yaitu keadaan dimana kadar glukosa darah puasa seseorang
sekitar 100- 125 mg/dL (kadar normal <100 mg/dL)
2.
Impaired
glucose tolerance (IGT)yaitu keadaan dimana kadar glukosa darah seseorang pada
ujitoleransi glukosa nberada di atas normal tetapi tidak cukup tinggi untuk
dikategorikan ke dalam kondisi diabetes. (Nurachman,
2003)
4.3
Mekanisme Terjadinya Diabetes
Penyakit
diabetes mellitus ditandai dengan tingginya kadar glukosa dalam darha atau
hiperglikemia. Gejala awal penyakit dibetes mellitus biasanya kan terjadi
poliurea sebagai akibat meningkatnya dieresis yang ditentukan oleh osmosis,
gejala selanjutnya yang timbul adalah glikosuria bila kondisi hiperglikemia
melebihi 180 mg/dL (kadar gula darah normal 80- 100 mg/dL. Hiperglipidemia
terjadi kemudian yang disebabkan oleh mobilisasi cadangan lemak, khususnya
karena konsentrasi asam emak bebas yang meningkat akan menyebabkan letouriadan
asidosis yang parah dan menimbulkan komadiabetik. Hiperglipidemia timbuk karena
penyerapan glukosa ke dalam sel terhambat serta metabolism terganggu. Pada
keadaan normal, kira- kira 50% glukosa yang masuk ke dalam tubuh mengalamu
metabolism sempurna menjadi CO2 dan H2O pada jaringan
adipose melalui proses glikolisis, 15% menjadi glukogen pada jaringan hepar
melaluii proses glikogenesis dan kira- kir 30- 40% diubah menjadi lemak pada
jaringan adipose.
Karbohidrat
dicerna menjadi glukosa sehingga kadar glukosa darah meningkat. Insulin beperan
dalam menjaga kadar glukosa darah tetap normal dengan cara mentransfer glukosa
darah ke dalam sel- sel yang membentuk membutuhkan glukosa darah tidak dapat
digunakan secara langsung menjadi energy melaluipross oksidasi(respirasi)
C6H12O6 + 6CO2 --Ã 6CO2 + 6H2O + energy
Bentuk gangguan diabetic yang paling berat yaitu
diabetikum, terdapat gangguan proses biokimia glukosa dara dalam tubuh, yaitu
terjadinya ketoasidosis akibat embentukan benda keton dalam jumlah besar.
Eliminasi glukosa dalam urin menyebabkan dieresis osmotiik dengan kehilangan
air, dengan demikian cerna diabetic bergantung pada asidosis. (Campbell, 2004)
2.4 Gejala
Gejala
penyakit diabetes melitus dari satu penderita ke penderita lainnya tidak selalu
sama. Gejala yang disebutkan dibawah ini adalah gejala yang umumnya timbul
dengan tidak mengurangi kemungkinan adanya variasi gejala lain. Ada pula
penderita diabetes melitus yang tidak menunjukkan gejala apa pun sampai pada
saat tertentu (Tjoktoprawiro, 1998).
1.
Pada permulaan, gejala yang ditunjukkan
meliputi “tiga P” yaitu:
a.
Polifagia (meningkatnya nafsu makan,
banyak makan)
b.
Polidipsia (meningkatnya rasa haus,
banyak minum)
c.
Poliuria (meningkatnya keluaran urin,
banyak kencing)
Dalam fase ini biasanya penderita menunjukkan berat badan
yang terus meningkat, bertambah gemuk, mungkin sampai terjadi kegemukan. Pada
keadaan ini jumlah insulin masih dapat mengimbangi kadar glukosa dalam darah
(Kee dan Hayes,1996; Tjokroprawiro, 1998).
2.
Bila keadaan diatas tidak segera
diobati, kemudian akan timbul gejala yang
disebabkan oleh kurangnya insulin,
yaitu :
a.
Banyak minum
b.
Banyak kencing
c.
Berat badan menurun dengan cepat (dapat
turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu)
d.
Mudah lelah
e.
Bila tidak lekas diobati, akan timbul
rasa mual jika kadar glukosa darah melebihi 500 mg/dl, bahkan penderita akan
jatuh koma (tidak sadarkan diri) dan disebut koma diabetik.
Koma diabetik adalah koma pada penderita diabetes melitus
akibat kadar glukosa darah terlalu tinggi, biasanya 600 mg/dl atau lebih. Dalam
praktik, gejala dan penurunan berat badan inilah yang paling sering
menjadi keluhan utama penderita untuk berobat ke dokter (Tjokroprawiro, 1998).
Kadang-kadang penderita diabetes melitus tidak
menunjukkan gejala akut (mendadak), tetapi penderita tersebut baru menunjukkan
gejala setelah beberapa bulan atau beberapa tahun mengidap penyakit diabetes
melitus. Gejala ini dikenal dengan gejala kronik atau menahun (Katzung, 2002).
Gejala kronik
yang sering timbul pada penderita diabetes adalah seperti yang disebut dibawah
ini :
v
Kesemutan
v
Kulit terasa panas, atau seperti
tertusuk-tusuk jarumRasa tebal pada kulit telapak kaki, sehingga kalau berjalan
seperti diatas bantal atau kasur
v
Kram
v
Capai, pegal-pegal
v
Mudah mengantuk
v
Mata kabur, biasanya sering ganti
kacamata
v
Gatal di sekitar kemaluan, terutama
wanita
v
Gigi mudah goyah dan mudah lepas
v
Kemampuan seksual menurun, bahkan
impoten, dan
Para ibu hamil sering mengalami gangguan atau kematian
janin dalam kandungan, atau melahirkan bayi dengan berat lebih dari 3,5
kg. (Tjokroprawiro, 1998).
2.5 Hormon Insulin dan Glukagon
Glukosa darah
berasal dari absorpsi pencernaan makanan dan pembebasan glukosa dari persediaan
glikogen sel. Tingkat glukosa darah akan turun apabila laju penyerapan oleh
jaringan untuk metabolisme atau disimpan lebih tinggi daripada laju penambahan.
Penyerapan glukosa oleh sel-sel distimulus oleh insulin, yang disekresikan oleh
sel beta dari pulau-pulau Langerhans. Glukosa berpindah dari plasma ke sel-sel
karena konsentrasi glukosa dalam plasma lebih tinggi daripada dalam sel. Di
dalam sel, glukosa dikonversi menjadi glukosa 6 fosfat yang ditahan dalam sel
sebagai hasil daripada pengurangan permeabilitas membrane oleh pengaruh
kelompok fosfat. Insulin meningkatkan masuknya glukosa ke dalam sel dengan
meningkatkan laju transport terbantu dari glukosa melintasi membran sel. Begitu
glukosa telah masuk sel, segera difosforilasi untuk menjaganya tanpa control
(Soewolo, 2000).
Insulin adalah
hormon yang mengendalikan gula darah. Tubuh menyerap mayoritas karohidrat
sebagai glukosa (gula darah). Dengan meningkatnya gula darah setelah makan,
pankreas melepaskan insulin yang membantu membawa gula darah ke dalam sel untuk
digunakan sebagai bahan bakar atau disimpan sebagai lemak apabila kelebihan.
Orang-orang yang punya kelebihan berat badan atau mereka yang tidak berolahraga
seringkali menderita resistensi insulin. Konsekuensinya, tingkat gula darah meningkat
di atas normal (Anonimous, 2011).
Dalam otot rangka insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam sel otot
yang juga menstimulasi sintesis glikogen. Dengan demikian simpanan glikogen
dalam sel otot meningkat. Penyerapan asam amino ke dalam hati, otot dan
jaringan adipose juga meningkat setelah makan sebagai respon adanya insulin
(Soewolo, 2000).
Penolakan
insulin adalah kondisi pada jumlah normal insulin yang tidak mencukupi untuk
menanggapi respon insulin normal dari lemak, otot dan sel hati. Penolakan
insulin pada sel lemak merupakan akibat dari hidrolisis. Penolakan insulin pada
otot mengurangi pengambilan glukosa, dan penolakan insulin pada hati mengurangi
stok glukosa, dengan akibat pada penyediaan glukosa darah. Penolakan insulin
dapat disebabkan oleh sindrom metabolisme dan diabetes melitus tipe 2
(Lopulalan, 2008).
Glukagon
merupakan hasil dari sel alfa, yang berperan untuk meningkatkan derajad glukosa
darah ketika kadar glukosa darah turun di bawah normal. Target dari glukagon
adalah hati. Glukagon mempercepat perubahan glikogen menjadi glukosa
(glikogenesis), mendorong pembentukan glukosa dari asam laktat dan asam amino
tertentu (glukoneogenesis) dan mempertinggi penglepasan glukosa dalam darah.
Sebagai hasilnya derajad glukosa darah naik (Soewolo, 2005).
Insulin dan
glukagon adalah hormon yang bekerja secara antagonis dalam mengatur konsentrasi
glukosa dalam darah. Hal ini merupakan suatu fungsi bioenergetik dan
homeostasis yang sangat penting, karena glukosa merupakan bahan bakar utama
untuk respirasi seluler dan sumber kunci kerangka karbon untuk sintesis senyawa
organik lainnya. Keseimbangan metabolisme bergantung pada pemeliharaan glukosa
darah pada konsentrasi yang dekat dengan titik pasang, yaitu sekitar 90 mg/ 100
mL pada manusia. Ketika glukosa darah melebihi kadar tersebut, insulin
dilepaskan dan bekerja menurunkan konsentrasi glukosa. Ketika glukosa turun
dibawah titik pasang, glukagon meningkatkan konsentrasi glukosa. Melalui umpan
balik negatif, konsentrasi glukosa darah menentukan jumlah relatif
insulin dan glukagon (Campbell, 2004).
2.6 Komplikasi
Diabetes mellitus jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan
timbulnya komplikasi yang pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di
seluruh bagian tubuh (angiopatik diabetik).
Komplikasi akut DM :
-
Hiperglikemia dan ketoasidosis
diabetikum
-
Ketidak seimbangan elektrolit
-
Hiperglikemia, hiperosmolar, koma non
ketotik
-
Hipoglikemia (reaksi insulin)
Komplikasi kronik DM :
-
Komplikasi
makrovaskuler
Yang termasuk komplikasi makrovaskuler
adalah : Coronary anteri disease (CAD), hypertensi, infeksi, cerebro vaskuler
disease dan penyakit vaskuler perifer. Pneyakit makrovaskuler menunjukkan
atheroskleoniosis dengan pengumpulan lemak di dinding pembuluh darah lapisan
dalam.
-
Komplikasi
mikrovaskuler
Mikroangipati berhubungan dengan
perubahan pada kapiler mata dan ginjal. Pada mata dapat terjadi retinopati
diabetik, pandangan kabur dan katarak. Pada ginjal dapat terjadi netropati.
Neuropati adalah kimplikasi diabetes mellitus yang paling umum.
-
Komplikasi
kronik pada gangren diabetik :
·
Retino diabetik
·
Netropati diabetik
·
Katarak
·
Penyakit jantung koroner
·
Tuberkolosis paru
2.7 Obat Antidiabetes
1.
Terapi
insulin
Insulin adalah hormon yang
disekresi oleh sel β pulau Langerhans dalam pankreas. Berbagai stimulus
melepaskan insulin dari granula penyimpanan dalam sel β, tetapi stimulus yang
paling kuat adalah peningkatan glukosa plasma (hiperglikemia). Insulin terikat
pada reseptor spesifik dalam membran sel dan memulai sejumlah aksi, termasuk
peningkatan ambilan glukosa oleh hati, otot, dan jaringan adipose (Katzung,
2002).
Insulin adalah polipeptida yang
mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua rantai (A dan B) dan
dihubungkan oleh ikatan disulfida. Suatu prekursor, yang disebut proinsulin,
dihidrolisis dalam granula penyimpan untuk membentuk insulin dan peptida C
residual. Granula menyimpan insulin sebagai kristal yang mengandung zink dan
insulin.
Glukosa
merupakan stimulus paling kuat untuk pelepasan insulin dari sel-sel β pulau
Langerhans. Terdapat sekresi basal yang kontinu dengan lonjakan pada waktu
makan. Sel-sel β memiliki kanal K+ yang diatur oleh adenosin trifosfat (ATP)
intraselular. Saat glukosa darah meningkat, lebih banyak glukosa memasuki sel β
dan metabolismenya menyebabkan peningkatan ATP intraselular yang menutup
kanalATP. Depolarisasi sel Depolarisasi sel β yang diakibatkannya mengawali
influks ion Ca 2+ melalui kanal Ca2+ yang sensitif tegangan dan ini memicu
pelepasan insulin (Katzung, 2002).
Reseptor insulin adalah glikoprotein
pembentuk membran yang terdiri dari dua subunit α dan dua subunit β yang
terikat secara kovalen oleh ikatan disulfida. Setelah insulin terikat pada
subunit α, kompleks insulin-reseptor memasuki sel, dimana insulin dihancurkan
oleh enzim lisosom. Internalisasi dari kompleks insulin-reseptor mendasari
down-regulation reseptor yang dihasilkan olh kadar insulin tinggi (misalnya
pada pasien obes). Ikatan insulin pada reseptor mengaktivasi aktivitas tirosin
kinase subunit β dan memulai suatu rantai kompleks reaksi-reaksi yang
menyebabkan efek insulin (Neal, 2006).
Berbagai aktivitas
yang dapat menghilangkan aktivitas insulin antara lain:
o esterifikasi gugus karboksil
o oksidasi atau reduksi gugus sulfide
o pengrusakan oleh enzim proteolitik, misalnya
krimotripsin, pepsin, dan topain
o modifikasi pada gugus amino bebas atau gugus hidroksil
alifatik.
Insulin
disintesis oleh sel beta pulau langerhans dari proinsulin. Proinsulin berupa
polipeptida yang berbentuk rantai tunggal dengan 86 asam amino. Insulin
merupakan hormone yang penting untuk kehidupan. Hormone ini mempengaruhi baik
metabolism karbohidrat maupun metabolism protein dan lemak.
Berikut merupakan kerja insulin:
o menaikkan pengambilan glukosa ke dalam sel- sel sebagian
besar jaringan
o menaikkan penguraian glukosa secara oksidatif
o menaikkan pembentukkan glikogen dalam hati dan juga dalam
otot dan
mencegah penguraian glikogen
o menstimuasi pembentukan protein dan lemak dari glukosa
o menaikkan pengambilan ion kalsium ke dalam sel dan
menurunkan kerja
metabolic glukokortikoid dan hormone kalenjar tiroid
Mekanisme
kerja insuin adalah menurunkan kadar gula dengan menstimulasi pengambilan
glukosa perifer dan menghambat produksi glukosa hepatit. Waktu darah insulin
pada orang normal sekitar 5- 6 menit, dan memanjang pada pasien DM yang
membentuk antibody terhadap insulin. Hormone ini dimetabolisme terutama di
hato, ginjal dan otot; mengalami diltrasi di ginjal, kemudian diserap kembali
ditubulus ginjal yang juga merupakan tempat metabolismenya. Gangguan fungsi
ginjal yang berat lebih berpengaruh terhadap kadar insulin di darah
dibbandingkan gangguan fungsi hati. (Anonim, 2011)
Penggolongan insulin:
1.
Kerja
singkat
2.
Kerja
sedang (NPH)
3.
Kerja
sedang mulai kerja singkat
4.
Kerja
lama
Pemberian insulin merupakan keharusan pada pasien dengan
diabetes tipe 1. Selanjutnya insulin juga dibutuhkan pada diabetes tipe 2 jika
diet atau
pemberian antidiabetika sebagai tindakan pengobatan tidak
cukup.
Insulin normal diindikasikan pada koma diabtik dan
orakoma diabetic, keadaan metabolism yang bersifat antidotik, infeksi berat dan
juga pemberian pertama dan baru. Pada koma diabetic disuntikkan insulin normal
bersama dengan larutan glukosa secukupnya atau dan elektrolit terutama kalium.
Larutan glukosa dibutuhkan untuk mencegah koma hperglipidemia yang disebabkan
oleh kelebihan dosis insulin dan untuk mngoksidasi badan keton dengan lebih
cepat.
Insulin dengan kerja yang diperlambat digunakan apda
diabetes tipe 1 stabil dan diabetes tipe
2 yang stabil dn membutuhkan insulin. Pada diabetes tipe 1 dan tipe 2 yang
tidak stabil dan juga pada pasien yang jadar gula darahnya tidak cukup
diminumalkan dengan insulinnya diperlambat, maka dianjurkan penggunaan
kombinasi insulin normal dan insulin dengan kerja di perlabat yang kerjanya
sedang.
Di samping bahaya hipoglikemik, insulin juga dapat
meneyebabkan reakdi alergi. Resistensi insulin dengan disebabkan oleh
pembentukan antibody melawan inulin dipisahkan dari reaksi alergi ini.
2.
Antidiabetik
Oral
Antidiabetika
oral dapat digunakan untuk penderita alergi insulin atau yang tidak mau
menggunakan suntikan insulin. Obat- obat antidiabetika hanya diindikasi jika:
- Tidak
terdapat diabetes tipe 1
- Tindakan diet tidak
cukup
- Tidak perlu diberikan insulin sebagai pengganti antidiabetika
oral, seperti pada
suatu
ketoasidosis(Anonim, 2011)
Perawatan
diabetes mellitus diambil dari empat faktor fundamental : pengajaran pasien
tentang penyakit; latihan fisik; diet dan agen-agen hipoglikemia. Agen-agen
yang baru digunakan sebagai kontrol diabetes mellitus adalah obat-obat dari
golongan sulfonilurea, biguanida, turunan thiazolidinedione, dan insulin
(diberikan secara injeksi). Meskipun obat-obat ini telah digunakan secara
intensif karena efek yang baik dalam kontrol hiperglikemia, agen-agen ini tidak
dapat memenuhi kontrol yang baik pada diabetes mellitus, tidak dapat menekan
komplikasi akut maupun kronis (Galacia et.al, 2002).
A. Sekretagok
Insulin
Sekretagok
insulin mempunyai efek hipoglikemik dengan cara stimulasi sekresi insulin oleh
sel β pankreas. Golongan ini meliputi:
Obat ini hanya
efektif pada penderita diabetes melitus tipe 2 yang tidak begitu berat, yang
sel-sel β masih bekerja cukup baik. Mekanisme kerja dari golongan sulfonilurea
antara lain:
a. Merangsang
fungsi sel-sel β pulau Langerhans pankreas agar dapat menghasilkan insulin.
b.
Mencegah (inhibisi) konversi glikogen
hati kembali ke glukosa.
c.
Meningkatkan penggunaan glukosa darah
Sulfonilurea
dibagi dalam dua golongan/generasi yaitu:
a.
Generasi pertama meliputi: Tolbutamide,
Acetohexamide, Tolazamide, Chlorpropamide
b.
Generasi kedua meliputi: Glibenclamide,
Gliclazide, Glipizide, Gliquidon, Glibonuride.
Sekretagok insulin baru, yang kerjanya melalui reseptor sulfonilurea dan
mempunyai struktur yang mirip dengan sulfonilurea. Repaglinid dan nateglinid
kedua-duanya diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian secara oral. Repaglinid mempunyai masa paruh yang singkat dan dapat menurunkan
kadar glukosa darah puasa. Sedangkan nateglinid mempunyai masa tinggal yang
lebih singkat dan tidak dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa (Soegondo,
2006).
B. Sensitizer
Insulin
Golongan obat
ini meliputi obat hipoglikemik golongan biguanida dan thiazolidinedione, yang
dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin secara lebih efektif (Depkes
RI, 2005).
1.
Golongan Biguanida
Saat ini
golongan biguanid yang banyak dipakai adalah metformin. Mekanisme kerja
golongan biguanid (metformin):
a.
Meningkatkan glikolisis anaerobik hati.
c. Menghambat
absorpsi glukosa dari usus (Herman, 1993; Soegondo, 2006)
2.
Golongan Thiazolidinedione atau
Glitazon
Golongan obat ini mempunyai efek farmakologis untuk meningkatkan
sensitivitas insulin. Glitazon merupakan agonist
peroxisomeproliferator-activated receptor gamma (PPAR) yang sangat
selektif dan poten. Reseptor PPAR gamma terdapat di jaringan target kerja
insulin yaitu jaringan adiposa, otot skelet dan hati, sedang reseptor pada
organ tersebut merupakan regulator homeostasis lipid, diferensiasi adiposit,
dan kerja insulin. Glitazon dapat merangsang ekspresi beberapa protein yang
dapat memperbaiki sensitivitas insulin dan memperbaiki glikemia, seperti GLUT
1, GLUT 4, p85alphaPI-3K dan uncoupling protein-2 (UCP) (Soegondo,
2006).
III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
·
Neraca
analitik
·
Beaker
glass
·
Batang
pengaduk
·
Mortir
dan Stamper
·
Spuit
·
Sonde/Kanulla
·
Spidol
·
Stopwatch
·
Wadah
Pengamatan
·
Gluco
DR
·
Silet
3.2 Bahan
·
Obat
Glibenklamid
·
Obat
Metformin
·
Larutan
Glukosa
·
Larutan
Na.CMC
·
Mencit
(hewan uji)
·
Herba
daun salam
·
Herba
daun sambiloto
·
Herba
pare
·
Alkohol
·
Aquadest
·
Tissue
3.4.
Cara kerja
1.
Disiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan
2.
Setiap
kelompok mendapatkan 4 mencit.
3.
Dibuat
larutan stok sesuai perhitungan
4.
Ditimbang
bobot mencit dan catat hasilnya
5.
Ditempatkan
masing-masing mencit pada tempat yang telah disediakan
6.
Diperiksa
/ dicek kadar gula mencit normal pada setiap mencit dan catat hasilnya.
7.
Diberi
larutan gula pada setiap mencit yang telah diperiksa kadar gula normalnya /
sebelum diberi perlakuan apapun.
8.
Ditunggu
selama 30 menit pada setiap mencit setelah diberi larutan gula
9.
Diperiksa
/ dicek lagi kadar gula pada setiap mencit setelah diberi larutan gula dan
catat hasilnya
10.
Setelah
itu mencit pertama diberi larutan Na-CMC 0,5% dan tunggu selam 30 menit.
11.
Pada
mencit kedua diberi larutan metformin dan tunggu selama 30 menit
12.
Pada
mencit ketiga diberi ekstrak herba A (ekstrak pare) dan tunggu selam 30 menit
13.
Dan
pada mencit keempat diberi larutan cinula an tunggu selam 30 menit.
14.
Setelah
30 menit maka dilakukan pemeriksaan / pengecekan kadar gula darah pada
masing-masing mencit, dan catat hasilnya.
IV. PERHITUNGAN
Metformin
= 500 mg x 0,0026
=
13
= 26
= = →
X =
= 9,615 ml =
Glibenklamid = 5 mg x
0,0026
= 0,013
= → =
0,052 =
X = → 96,15 ml
=
Cinna dan Glucosafe
1 Kapsul x 0,026 =
=
= 0,052
1 Kapsul =
0,104 =
X = = 9,6 ml → 1 kapsul 9,6
mL
V.
HASIL PERCOBAAN
A. Tabel
Pengamatan
Kelompok (Mencit)
|
Kadar Gula Darah
|
||
0 menit
|
30 menit
|
60 menit
|
|
I
(kontrol
normal)
|
144 mg/dL
|
130 mg/dL
|
114 mg/dL
|
II
(kontrol
positif, Glibenklamid)
|
79 mg/dL
|
133 mg/dL
|
108 mg/dL
|
III
(Herba
Manggis)
|
111 mg/dL
|
141 mg/dL
|
154 mg/dL
|
IV
(Herba
Manggis + Cinula)
|
114 mg/dL
|
164 mg/dL
|
147 mg/dL
|
B. Volume
Injeksi
1. Kontrol
Normal : x 0,5 ml = 0,40975 ml
2. Glibenklamid : x 0,5 ml = 0,3695 ml
3. Herba
Manggis : x 0,5 ml = 0,3722 ml
Herba
Manggis + Cinula : x 0,5 ml = 0,411 ml
VI.
PEMBAHASAN
Diabetes mellitus atau yang juga dikenal sebagai
penyakit kencing manis, adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh:
·
Ketidakmampuan organ pankreas untuk
memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang cukup, atau
·
Tubuh tidak dapat menggunakan insulin
yang telah dihasilkan oleh pankreas secara efektif, atau
·
Gabungan dari kedua hal tersebut.
Pada penderita diabetes melitus yang tidak
terkontrol akan terjadi peningkatan kadar glukosa (gula) darah yang disebut hiperglikemia. Hiperglikemia yang berlangsung dalam waktu lama akan menyebabkan
kerusakan serius pada sistem tubuh kita, terutama pada saraf dan pembuluh
darah. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengontrol kadar glukosa dalam
darah pasien diabetes mellitus.
Diabetes mellitus dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
·
Diabetes
melitus tipe 1, yakni diabetes
mellitus yang disebabkan oleh kurangnya produksi insulin oleh pankreas.
·
Diabetes
melitus tipe 2, yang disebabkan oleh resistensi insulin,
sehingga penggunaan insulin oleh tubuh menjadi tidak efektif.
Selain
tipe-tipe diabetes melitus,
terdapat pula keadaan yang disebut prediabetes.
Kadar glukosa darah seorang pasien prediabetes
akan lebih tinggi dari nilai normal, namun belum cukup tinggi untuk didiagnosis
sebagai diabetes melitus. Yang
termasuk dalam keadaan prediabetes
adalah Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) dan Glukosa Darah Puasa Terganggu
(GDPT). Keadaan prediabetes ini akan meningkatkan risiko seseorang untuk
menderita diabetes melitus tipe
2, penyakit jantung atau stroke.
Meski sama-sama
berhubungan dengan kelebihan gula di dalam darah, diabetes tipe 1 dan 2 punya
beberapa perbedaan yang sangat mendasar. Penyebabnya sangat berbeda, pengobatan
dan cara pencegahannya juga tidak bisa disamakan begitu saja.
Perbedaan pertama
terletak pada usia pasien saat pertama kali didiagnosis. Diabetes tipe 1 lebih
banyak menyerang pasien di bawah umur 20 tahun sehingga sering disebut juvenile
onset, sebaliknya tipe 2 menyerang usia 35 tahun ke atas atau disebut adult
onset.
Penggunaan istilah juvenile onset dan adult
onset saat ini sudah dihilangkan, sebab pada kenyataannya diabetes tipe 1
dan 2 bisa menyerang usia berapapun. Hanya saja, kecenderungannya masih sama
yakni tipe satu lebih banyak menyerang di usia muda dan tipe 2 di usia tua.
Selanjutnya adalah
postur dan perawakan pengidapnya. Pasien diabetes tipe 1 umumnya memiliki
perawakan kurus, sedangkan diabetes tipe 2 lebih banyak menyerang orang-orang
bertubuh besar yang dikategorikan kelebihan berat badan (overweight)
maupun obesitas.
Diabetes tipe 1 dan 2
juga dibedakan berdasarkan penyebabnya. Diabetes tipe 1 disebabkan oleh
kerusakan pankreas sehingga produksi insulin berkurang, sementara tipe 2
disebabkan oleh resistensi insulin dalam arti insulinnya cukup tetapi tidak
bekerja dengan baik dalam mengontrol kadar gula darah.
Karena penyebabnya
berbeda, pengobatan kedua tipe diabetes ini juga tidak sama. Pengidap diabetes
tipe 1 membutuhkan insulin dalam bentuk suntikan maupun pompa insulin sedangkan
pasien diabetes tipe 2 cukup mengonsumsi obat oral atau obat telan.
Diabetes tipe 1 susah
diprediksi dan dicegah, sebab merupakan kelainan genetik yang dibawa sejak
lahir. Lain halnya dengan diabetes tipe 2 yang sangat bisa dicegah, karena
biasanya menyerang orang-orang dengan pola makan tidak sehat dan jarang
berolahraga.
Ada beberapa faktor
resiko penyakit diabetes
melitus yang harus mendapatkan perhatian serius untuk bisa terhindar dari
penyakit yang bisa dibilang sangat mematikan ini, yaitu :
1.
Riwayat
Keluarga
Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang tidak bisa diremehkan
untuk seseorang terserang penyakit diabetes. Menghilangkan faktor genetik
sangatlah sulit. Yang bisa dilakukan untuk seseorang bisa terhindar dari
penyakit diabetes melitus karena sebab genetik adalah dengan memperbaiki pola
hidup dan pola makan.
2.
Obesitas
Atau Kegemukan
Kegemukan bisa menyebabkan tubuh seseorang mengalami resistensi terhadap
hormon insulin. Sel-sel tubuh bersaing ketat dengan jaringan lemak untuk
menyerap insulin. Akibatnya organ pankreas akan dipacu untuk memproduksi
insulin sebanyak-banyaknya sehingga menjadikan organ ini menjadi kelelahan dan
akhirnya rusak.
3.
Usia
Yang Semakin Bertambah
Usia dia atas 40 tahun banyak organ-organ vital melemah dan tubuh mulai
mengalami kepekaan terhadap insulin. Bahkan pada wanita yang sudah mengalami
monopause punya kecenderungan untuk lebih tidak peka terhadap hormon insulin.
4.
Kurangnya
Aktivitas Fisik
Kurangnya aktivitas fisik menjadi faktor cukup besar untuk seseorang
mengalami kegemukan dan melemahkan kerja organ-organ vital seperti jantung,
liver, ginjal dan juga pankreas.
5.
Merokok
Asam rokok ternyata menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan dan sifatnya sangat komplek. Termasuk terhadap resiko seseorang mudah terserang penyakit diabetes melitus.
Asam rokok ternyata menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan dan sifatnya sangat komplek. Termasuk terhadap resiko seseorang mudah terserang penyakit diabetes melitus.
6.
Mengkonsumsi
Makanan Berkolesterol
Tinggi Makanan berkolesterol
tinggi juga diyakini memberi kontribusi yang cukup tinggi untuk seseorang mudah
terserang penyakit diabetes melitus..
7.
Stres
Dalam Jangka Waktu Lama
Kondisi setres berat bisa mengganggu keseimbangan berbagai hormon dalam
tubuh termasuk produksi hormon insulin. Disamping itu setres bisa memacu
sel-sel tubuh bersifat liar yang berpotensi untuk seseorang terkena penyakit
kanker juga memicu untuk
sel-sel tubuh menjadi tidak peka atau resiten terhadap hormon insulin.
Jagalah tekanan darah
Anda tetap di bawah 140/90 mmHg. Jangan terlalu banyak konsumsi makanan yang
asin-asin. Garam yang berlebih memicu untuk seseorang teridap penyakit darah
tinggi yang pada akhirnya berperan dalam meningkatkan resiko untuk terserang
penyakit diabetes melitus.
9.
Kehamilan
Pada saat hamil, plasenta memproduksi hormon yang mengganggu keseimbangan hormon insulin dan pada kasus tertentu memicu untuk sel tubuh menjadi resisten terhadap hormon insuline. Kondisi ini biasanya kembali normal selah masa kehamilan atau pasca melahirkan. Namun demikian menjadi sangat beresiko terhadap bayi yang dilahirkan untuk kedepan punya potensi diabetes melitus.
Pada saat hamil, plasenta memproduksi hormon yang mengganggu keseimbangan hormon insulin dan pada kasus tertentu memicu untuk sel tubuh menjadi resisten terhadap hormon insuline. Kondisi ini biasanya kembali normal selah masa kehamilan atau pasca melahirkan. Namun demikian menjadi sangat beresiko terhadap bayi yang dilahirkan untuk kedepan punya potensi diabetes melitus.
Mekanisme
Cara Kerja Insulin, yaitu :
1.
Insulin dan
Glukagon
Organ sasaran kedua hormon ini adalah
hati, otot dan jaringan lemak. Glukagon dan insulin memegang peranan penting
dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Bahkan keseimbangan kadar
gula darah sangat dipengaruhi oleh kedua hormon ini. Fungsi kedua hormon ini
saling bertolak belakang. Secara umum, insulin menurunkan kadar gula darah
sebaliknya glukagon meningkatkan kadar gula darah. Perangsangan glukagon
terjadi bila kadar gula darah rendah, dan asam amino darah meningkat. Dalam
meningkatkan kadar gula darah, glukagon akan merangsang glikogenolisis
(pemecahan glikogen menjadi glukosa) dan meningkatkan transportasi asam amino
dari otot serta meningkatkan glukoneogenesis (pemecahan glukosa dari yang bukan
karbohidrat).
2.
Efek Insulin
pada Metabolisme Karbohidrat
Setelah makan maka di lambung proses
pencernaan makanan berlangsung selama 2 jam dan pada saat itu Pankreas
melepaskan insulin kedalam usus halus. Lalu di bantu insulin terjadi proses
penyerapan makanan sehingga glukosa darah meningkat Insulin berguna untuk
memasukkan glukosa ke dalam sel-sel atau organ seluruh tubuh untuk digunakan
pada semua aktifitas. Sisa glukosa di ubah menjadi glikogen dan disimpan di
hati, otot dan jaringan lainnya. Glikogen dapat digunakan lagi menjadi glukosa
jika dibutuhkan, misalnya pada saat kita berpuasa. Proses ini dilakukan oleh
hormon glukagon.
3.
Efek Insulin
pada Metabolisme Protein
·
Insulin menyebabkan pengangkutan secara
aktif asam amino dalam sel.
·
Insulin menghambat proses katabolisme
protein sehingga mengurangi pelepasan asam amino dari sel dan mengurangi
pemecahan protein oleh sel.
·
Insulin menekan kecepatan
glukoneogenesis (pembentukan glukosa dari protein).
·
Bila insulin tidak ada atau sedikit
sekali, maka tubuh akan memecah protein menjadi gula melalui proses glukoneogenesis.
·
Pemecahan asam amino ini meningkatkan
kadar ureum dalam urine, yang bila berlangsung lama akan merusak ginjal.
4.
Efek Insulin
pada Metabolisme Lemak
·
Insulin berguna meningkatkan
pembentukan asam lemak. Sintesis lemak dalam sel hati dan ditranspor dari hati
melalui darah dalam bentuk lipoprotein menuju jaringan adipose untuk disimpan.
·
Jika di butuhkan Lemak yang disimpan
dapat dipakai sebagai energi melalui proses lipolysis.
·
Pengaruh jangka panjang kekurangan
insulin menyebabkan aterosklerosis hebat, serangan jantung, stroke, penyakit
vascular /Pembuluh darah lainnya.
5.
Faktor lain
yang Merangsang Pelepasan Insulin
a.
Hormon
gastrointestinal ( Lambung dan Usus)
Campuran beberapa hormon pencernaan
yang penting seperti gastrin,sekretin, kolesistokinin, dan peptida penghambat
asam lambung (yang merupakan hormon terkuat yang dikeluarkan oleh kelenjar
pencernaan) akan meningkatkan pelepasan insulin dalam jumlah banyak. Hormon ini
dilepaskan setelah makan. Selanjutnya hormon ini akan menyebabkan antisipasi
insulin dalam darah yang merupakan suatu persiapan agar glukosa dan asam amino
dapat diabsorbsi atau diserap.
b.
Hormon lain
dan sistem saraf otonom
Hormon-hormon yang dapat
meningkatkan sekresi atau pengeluaran insulin : glukagon, hormon
pertumbuhan, kortisol, dan yang lebih lemah adalah progesteron dan estrogen .
Pelepasan insulin secara terus menerus dan dalam jumlah yang besar kadang dapat
menyebabkan sel Beta Pankreas mengalami kelelahan sehingga dapat menyebabkan
terjadinya diabetes.
Pada praktikum kali ini mencit yang
digunakan berjumlah 4 mencit, masing-masing mencit diukur kadar gula normal
(sebelum diberikan apa-apa), 30 menit kemudian diukur kadar gula setelah
diberikan larutan gula 0,5 ml dan 30 menit kemudian lagi diukur kadar gula
setelah pemberian obat antidiabetes. Sebelum melakukan pengukuran kadar gula
pada mencit, mencit terlebih dahulu dicukur bulunya pada bagian ekor agar
pembuluh vena terlihat. Setelah itu ekor mencit dikompres menggunakan air
hangat agar pembuluh darah mengalami vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah). Hal ini dilakukan
agar pembuluh darah vena mencit terlihat dan memudahkan praktikan dalam
menyayat bagian ekor. Setelah ekor terluka maka segera dilakukan pengukuran
kadar gula pada mencit.
Pengambilan darah pada bagian ekor
mencit dikarenakan jika pengambilan kadar gula darah dibagian perut akan
mengganggu saluran pencernaan pada mencit atau bahkan lebih sulit untuk
mencukur bulu pada mencit maka dari itu dilakukan pencukuran dan penyayatan
pada ekor mencit agar memudahkan praktikan untuk mengambil dan mengukur kadar
gula darah pada mencit.
Pengaturan Kadar Glukosa Darah
Respon sekresi
insulin terhadap peningkatan konsentrasi glukosa darah memberikan mekanisme
umpan balik yang sangat penting untuk pengaturan konsentrasi glukosa darah,
yaitu kenaikan glukosa darah, meningkatkan sekresi insulin dan insulin
selanjutnya sebagai transport glukosa kedalam sel (Guyton, 1997).
Kerja insulin di
dalam sel menyebabkan berbagai macam respon biologis, jaringan target untuk
pengaturan homeostasis glukosa oleh insulin adalah hati, otot, dan lemak.
Insulin merupakan hormon utama yang bertanggung jawab untuk pengontrolan,
penggunaan, dan penyimpanan nutrisi sel, kerja anabolik insulin meliputi
stimulasi penyimpanan dan pengguanan glukosa, asam amino, dan asam lemak di
intraseluler (Gilman, 2007).
Pengaturan kadar
glukosa darah erat kaitannya dengan hati yang berfungsi sebagi suatu sistem
penyangga glukosa darah yang sangat penting. Pada saat glukosa darah meningkat
melebihi batas normal, glukosa disimpan di dalam hati dengan bentuk glikogen,
jika konsentrasi glukosa darah menurun, maka hati melepaskan glukosa kembali ke
darah maka konsentrasi darah pada nilai normal (Rujianto, 1997).
Mekanisme insulin
menyebabkan ambilan dan penyimpanan glukosa
didalam hati
melalui beberapa tahap:
- Insulin menghambat fosoforilasi enzim yang menyebabkan glikogen hati menjadi glukosa.
- Insulin meningkatkan ambilan glukosa dari darah oleh sel-sel hati yang meningkatkan aktivitas enzim glukokinase, yaitu enzim yang menyebabkan fosforilase awal glukosa setelah berdifusi ke dalam sel-sel hati.
- Insulin meningkatkan aktivitas enzim yang meningkatkan sintesis glikogen, termasuk enzim glikogen sintetase yang bertanggung jawab untuk polymerase dari unit-unit monosakarida untuk membentuk molekul-molekul glikogen. Jadi efek akhir dari insulin ini meningkatkan jumlah glikogen dalam hati (Guyton. 1997).
Insulin memicu
pengubahan semua kelebihan glukosa menjadi asam lemak. Insulin juga menghambat
glukoneogenesis dengan menurunkan jumlah dan aktifitas enzim-enzim hati yang
dibutuhkan untuk glukoneogenesis. Insulin meningkatkan pemakaian glukosa ke
dalam sebagian besar sel tubuh (Guyton, 1997). Baik insulin maupun glukagon
mempengaruhi konsentrasi glukosa darah melalui berbagai mekanisme, insulin
menurunkan kadar glukosa darah dengan cara merangsang hampir semua sel tubuh
kecuali sel-sel otak untuk mengambil glukosa darah, peningkatan glukosa darah
di atas batas normal (sekitar 90/100 mL pada manusia) merangsang pankreas untuk
mensekresi insulin yang memicu sel sel targetnya untuk mengambil kelebihan
glukosa. Dari darah. Ketika konsentrasi glukosa darah turun di bawah titik
batas, maka pankreas akan merespon dengan cara mensekresikan glukagon yang
mempengaruhi hati untuk menaikan kadar glukosa darah (Campbell, 2004).
Glukosa Darah Setelah Makan
Peningkatan glukosa darah segera setelah makan
menstimulasi sekresi insulin dan supresi glukagon. Hal itu bersamaan pula
dengan pemasukan glukosa ke dalam hati, stimulasi sintesis glikogen, dan
penghambatan degradasi glikogen. Perubahan ini juga memicu produksi glukokinase
(enzim pertama untuk membakar glukosa menjadi energi melalui proses
glikolisis), penyediaan substrat- substrat untuk sintesis glikogen, dan
pengaktifan asetil- CoA karboksilase (enzim untuk sintesis asam lemak di hati,
kemudian asam lemak ditranspor ke jaringan adiposa dalam bentuk lemak).
Sintesis glikogen serupa, juga terjadi di otot (Nurachman, 2003).
Beberapa jam kemudian, bila kadar glukosa turun, kejadian
sebaliknya berlangsung. Sekresi insulin ditekan dan sekresi glukagon
ditingkatkan. Penurunan insulin mengurangi penggunaan gula oleh otot, hati, dan
jaringan adiposa. Kejadian ini mempromosikan mobilisasi glikogen dalam hati
melalui mekanisme kaskade yang mengaktifkan glikogen fosforilase (enzim pertama
dalam tahapan degradasi glikogen) dan menonaktifkan glikogen sintase (enzim
untuk sintesis glikogen). Degradasi lemak di adiposa juga teraktifkan.
Mekanisme pengaturan kadar gula di atas terjadi secara otomatis sehingga kadar
gula darah konstan dan selalu tersedia untuk menjalankan fungsi otak. Semua ini
dapat berlangsung atas kerja prima pankreas yang memproduksi enzim-enzim
pencernaan dan hormon- hormon pengatur kadar gula darah (Nurachman, 2003).
Kadar Gula Darah Orang Puasa
Mekanisme kadar gula orang puasa adalah pengurangan
konsumsi kalori secara fisiologis akan mengurangi sirkulasi hormon insulin dan
kadar gula darah. Ini akan meningkatkan sensitivitas hormon insulin dalam
menormalkan kadar gula darah dan menurunkan suhu tubuh. Pengontrolan gula darah
yang baik akan mencegah penyakit diabetes tipe 2, yang disebabkan hormon
insulin tidak sensitif lagi mengontrol gula darah.Puasa sangat bagus dalam
menurunkan kadar gula dalam darah hingga mencapai kadar seimbang. Berdasarkan
ini, puasa sesungguhnya memberikan kesempatan kepada kelenjar pankreas untuk
beristirahat. Maka, pankreas pun mengeluarkan insulin yang menetralkan gula
menjadi zat tepung dan lemak. Sudah banyak dilakukan usaha pengobatan terhadap
diabetes dengan mengikuti "sistem puasa" selama lebih dari 10 jam dan
kurang dari 20 jam. Setiap kelompok mendapatkan pengaruh sesuai keadaan.
Kemudian, para penderita mengonsumsi makanan ringan secara berurutan yang
kurang dari 3 minggu. Metode ini telah mencapai hasil menakjubkan dalam
pengobatan diabetes dan tanpa menggunakan satu pun obat kimiawi (Romdoni,
2007).
Faktor Kesalahan
Beberapa faktor kesalahan yang mungkin mempengaruhi data
yang diperoleh yaitu, kurangnya mencit jantan yang diujikan sehingga praktikum
tidak efesien, kurangnya waktu puasa mencit, kurangnya ketelitian praktikan
dalam menimbang mencit sehingga akan berpengaruh pada volume pemberian pada
mencit dan tidak sempurnanya suatu obat masuk kedalam tubuh mencit akibat cara
perlakuan pemberian yang salah.
Alat yang digunakan untik memperoleh hasil glokosa
Percobaan ini digunakan alat glukometer, dengan alasan
bahwa alat glikometer merupakan alat yang otometik memudahkan dalam memperoleh
hasil glokosa darah, periksaan dengan menggunakan alat ini memerlukan waktu
yang reltif singkat, akurat, waktu tesnya minimal 30 detik. Adapun cara
penggunaan dari alat glukometer tersebut yaitu penyaiapan alat dan strip
glukotest, masukka strip glukotest kedalam bagian ujung glukometer, teteskan
darah pada tempat reagen strip glukotest, kemudian dibaca kadar gula yang
tertera pada layar glukometer, dimana mekanisme kerja dari alat glukometer
yaitu dalam strip terdapat enzim glukooksigenase yang mana jika sampel darah
mengenai strip maka akan langsung terbaca oleh glukometer.
Mekanisme kerja Metformin
Metformin
bekerja menghambat glukoneogenesis dan meningkatkan penggunaan glukosa di
jaringan.
Data
farmakokinetik
Bioavaibilitas absolute metformin IR 500 mg yang diberikan dalam kondisi
puasa adalah sekitar 50 – 60 %. Makanan menghambat absorbs metformin. Metformin
diekskresikan tidak berubah ke dalam urin dan tidak mengalami metabolism
hepatic atau ekskresi melalui kantung empedu. Waktu paruh eliminasi sekitar
17,6 jam.
PARE
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Violales
Famili : Cucurbitaceae (suku labu-labuan)
Genus : Momordica
Spesies : Momordica charantia L.
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Violales
Famili : Cucurbitaceae (suku labu-labuan)
Genus : Momordica
Spesies : Momordica charantia L.
Khasiat & Manfaat:
Buah pare bersifat mematikan cacing. Tanaman yang rasanya pahit ini mendinginkan, membersihkan darah (buah yang belum masak), anti radang, menambah nafsu makan, menurunkan panas, dan menyegarkan.
Buah pare bersifat mematikan cacing. Tanaman yang rasanya pahit ini mendinginkan, membersihkan darah (buah yang belum masak), anti radang, menambah nafsu makan, menurunkan panas, dan menyegarkan.
Kandungan senyawa dalam buah pare adalah saponin, flavonoid, dan
polifenol (antioxidant kuat), serta glikosida cucurbitacin, momordicin, dan
charantin, karatin, hydroxytryptamine, vitamin A, B, dan C. Sementara itu
bijinya mengandung momordisin. Hampir semua bagian tanaman ini, baik biji,
bunga, daun, maupun akar, berkhasiat untuk obat.
Efek pare dalam menurunkan gula
darah pada hewan percobaan. Bekerja dengan mencegah usus menyerap gula yang
dimakan oleh hewan tersebut. Selain itu diduga pare memiliki komponen yang
menyerupai sulfonylurea (obat antidiabetes paling tua dan banyak dipakai). Obat
jenis ini menstimulasi sel beta kelenjar pankreas tubuh untuk memproduksi
insulin lebih banyak, selain meningkatkan deposit cadangan gula glycogen di
hati. Efek pare dalam menurunkan gula darah pada kelinci diperkirakan juga
serupa dengan mekanisme insulin. Selain itu insulin mengandung saponin
(triterpen) yang bekerja dengan aktivitas yang mirip dengan insulin, sehingga
dapat memasukkan glukosa dalam darah ke dalam sel.
VII. KESIMPULAN
Dari
percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Kadar
glukosa darah pada mencit yang diberi Ekstrak Pare lebih besar dari pada kadar
glukosa yang diberi obat Metformin
Efek obat antidiabetes
yang digunakan paling efektif adalah obat Metformin dari pada Ekstrak Pare.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, J.M.F. 2000.
Klasifikasi dan kriteria diagnosis diabetes melitus yang baru. Cermin Dunia
KedokteranNo. 127.
Campbell, Neil A.dkk. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3.Erlangga .Jakarta.
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit
Diabetes Mellitus. Dirktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Jakarta.
Galacia, E. H.,dkk. 2002. Studies on hypoglycemic activity of mexican
medicinal plants.Proc. West.
Pharmacol. Soc. 45: 118-124
Ganiswara,dkk. 1995. Farmakologi
dan Terapi edisi IV. Departemen Farmakologi dan Teraupetik FK UI. Jakarta
Herman, F. 1993. Penggunaan
obat hipoglikemik oral pada penderita diabetes melitus. Pharos Bulletin
No.1.
Jones, D.B. and Gill, G.V. 1998. Insulin-Dependent
Diabetes Mellitus : An Overview . In J. Pickup and G. Williams (Eds):
Textbook of Diabetes. Vol.1. second Edition. Blackwell Science. United Kingdom.
Katzung, G. Bertram.
2002. Farmakologi : Dasar dan Klinik. Buku 2. Penerbit Salemba Medika.
Jakarta.
Kee, J.L. dan Hayes E. R. 1996. Farmakologi:
Pendekatan Proses Keperawatan. Alih Bahasa : Dr. Peter Anugrah. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta .
Lopulalan, Christine Rosalina. 2008. Sekitar Tentang Diabetes Melitus. Media Artikel. Jakarta
Neal, M. J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis.
Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Nurochman,Zeily. 2003.
Diabetes. ITB. Bandung
Reinauer, H., P. D. Home, A.
S. Kanagasabapathy, C. C. Heuck. 2002. Laboratory Diagnosis and Monitoring
of Diabetes Mellitus. World Health Organization. Geneva.
Soegondo, S. 2006. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Farmakoterapi pada pengendalian glikemia diabetes
melitus tipe 2. Editor Aru W. Sudoyo et al. Jilid ke-3. Edisi ke-4.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Sukandar, E. Y., J. I. Sigit,
I. K. Adnyana, A. A. P. Setiadi, Kusnandar. 2008. ISO Farmakoterapi.
Penerbit PT. ISFI Penerbitan. Jakarta.
Soewolo,dkk. 2000. Fisiologi
Hewan. Pengembangan guru sekolah menengah. Jakarta
Soewolo,dkk. 2005. Fisiologi
Manusia. Um:Malang
Sukarida,dkk. 2009. Iso
Farmakoterapi. PT ISFI Penerbit. Jakarta
Tjokroprawiro, A. 1998. Hidup Sehat dan Bahagia
Bersama Diabetes. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar